Part 30

2.1K 162 18
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca ^.^
_____________________________________

"Nada Arthur terdengar jengkel? Tidak salah dengar kan aku?" Batinku, mataku menatap wajah Arthur dengan seksama berusaha mencari apa pendengaranku yang salah atau Arthur memang mengucapkan kata itu dengan nada jengkel.

"Hei... Lin? Sudah puas memandangi wajahku?"

"Ahh... Ada apa?" Kataku gelagapan karena ketahuan mencuri pandang kearahnya.

"Kau melamun."

"Ohh maafkan aku," sesalku.

"Kau tidak bisa lari apalagi kabur dariku dengan posisi sekarang Lin, jadi ceritakan kenapa kau menjauhiku beberapa jam terakhir ini," seru Arthur, nafasnya bahkan terasa sangat dekat di wajahku, tangannya melingkari pinggangku dengan possesive memaksaku agak tak bisa beranjak sedikit pun dari pangkuannya.

"Arthur, aku tidak bermaksud menghindarimu," kataku dengan hati-hati.

"Tidak bermaksud?"

"Engg..."

"Kalau kau tidak bermaksud untuk menghindariku, setidaknya kau tidak perlu melarikan diri ke taman belakang istana untuk menyendiri dan tidak menemuiku di pesta penobatanku, bukankah kau jauh-jauh ke sini hanya untuk melihat penobatanku bukan? Tapi kenapa malah kau yang lari dan tidak ingin melihatku?" Tanya Arthur. Nafasnya memburu karena kesal.

"Maafkan aku, Arthur," kataku hati-hati.

"Sudahlah, jadi apa maksud perkataan Kai tadi? Dia bilang kau akan kembali ke duniamu? Kembalilah! aku tidak peduli lagi," jawabnya ketus. Hatiku tiba-tiba terasa sakit saat saat mendengar perkataannya tadi, seakan-akan ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum tak kasat mata, tapi aku berusaha menahannya agar air mata bodoh sialan ini tidak keluar dari mataku.

"Aku memang tidak akan kembali lagi ke duniamu ini Arthur, kau suka itu bukan? tidak ada lagi pengganggu sepertiku di dalam hidupmu," jawabku dengan sangat pelan, bahkan aku yakin bahwa Arthur tidak mendengar perkataanku tadi.

Tapi ternyata suaraku ternyata tidak cukup pelan untuk tidak didengarnya. "Apa maksudmu?"

Aku sudah tidak dapat berbohong lagi jika seperti ini. "Maafkan aku Arthur," kataku dengan pelan. "Selama ini yang tahu rahasia ini hanyalah Merlin, aku memang tidak dapat kembali lagi ke dunia ini jika kau sudah menjadi Raja, Arthur. Aku tidak tahu kenapa saat ini aku belum juga menghilang, aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa aku akan berpisah darimu, jadi menurutku lebih baik jika aku tidak bertemu denganmu sama sekali untuk beberapa hari. Aku sengaja mengungsikan diri ke istana Farkas hanya untuk menata hati," jawabku pelan, berusaha menahan air mataku yang hampir turun.

"Aku? Menjadi Raja?"

"Ya. Kau ingat saat pertama kali aku datang ke sini? Tugasku hanyalah membantumu hingga kau menjadi seorang Raja, Arthur, lebih dari pada itu aku harus kembali lagi ke dunia asalku karena jalan untuk menuju dunia ini sudah tidak ada lagi, aku sudah menyelesaikan misiku," kataku parau.

"Apa?"

"Sudahlah Arthur, kau menginginkan aku pergi bukan? Kau juga tidak pernah peduli juga denganku. Untuk apa kau mengkhawatirkan aku? Sebentar lagi aku juga akan pergi dari hadapanmu," kataku sengit. Hatiku sudah tidak tahan lagi. Arthur tidak pernah menginginkanku jadi untuk apa aku mempertahankan rasa suka yang setiap kali berkembang setiap bertemu dengannya jika hasil akhirnya nanti adalah sakit. Aku benar-benar tidak mau.

Air mataku mengalir tanpa kusadari saat bibir Arthur menempel di bibirku, membuatku tak bisa berpikir apa-apa lagi. Arthur menciumku dengan sangat lembut seakan Ia memang tidak dapat hidup tanpaku, membuatku ingin menangis bahagia tapi mungkin itu hanyalah kamuflase karena aku terlalu berharap banyak untuk dicintai olehnya.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang