Sang Pangeran berjalan hingga ia berhenti di depan Lin Ling. "Bolehkah aku menjadi partner dansamu yang pertama?" Pangeran mengulurkan tangannya. Sesaat Lin Ling hendak menyambut uluran tangannya, matanya membulat menatap seseorang yang sangat dirindukannya berada di hadapannya, sontak ia terkejut melihat hal tersebut.
"Kau...!" Lin Ling berujar dengan suara lirih sarat akan kerinduan yang mendalam.
"Ya, ini aku. Aku kembali padamu dan menepati janjiku padamu bahwa kita akan selalu bersama sampai akhir kehidupan kita."
****
Lin Ling terdiam di panggung, tak juga menyambut uluran tangan pria itu. Matanya terpaku pada pangeran yang entah mengapa menutupi separuh wajahnya dengan topeng. Hati Lin Ling terasa berdebar keras, ia mengenali suara ini. Mengenali perawakan pria ini hanya saja, ia ragu. Ragu yang menggeluti hatinya hingga tak terbendung.
"Tidak ingin menyambut tanganku, nona?" Pria itu bersuara kembali.
Lin Ling tersentak kaget. "Maafkan aku," ucap Lin Ling tanpa suara lalu ia menyambut uluran tangan pria itu yang dibalas dengan kecupan di telapak tangannya.
Saat mulai berdansa, Lin Ling mengamati pria itu. Dadanya seakan meledak oleh sesuatu yang tidak ia ketahui. Berulang kali ia menepis kalau di hadapannya adalah Arthur, lelaki pujaannya.
Lin Ling tidak mengetahui mengapa pria itu mengucapkan kalimat yang hanya diketahui Arthur dan dirinya saja?
Lin Ling berputar di dalam pelukan pria itu. Ia menatap senyum manis yang diberikan pria itu kepadanya. Hatinya hendak berharap tapi tidak sanggup.
Teng... Teng...
Lin Ling langsung tersadar dari lamunannya saat bunyi lonceng jam yang sengaja dibunyikan oleh para kru. Hampir saja ia lupa bahwa ia sedang berada di panggung, berdansa dengan pangeran misterius.
Lin Ling langsung memulai aktingnya, meninggalkan sebelah sepatunya dan berlari menuju kereta yang kebetulan adalah properti yang bisa dinaiki.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Dinh saat Lin Ling sudah dibelakang, sekarang memang lagi blackout.
"Campur aduk," gumam Lin Ling.
"Why?" Dinh mengerutkan alis tapi bibirnya tetap tersenyum. Siapa yang tidak gugup jika dihadapkan oleh pesona pria itu?
"Aku... entahlah, tidak perlu dipikirkan. Bukan masalah serius juga." Lin Ling mencoba mengulas senyum. "Rasanya perasaanku seperti hendak meledak antara rindu, marah dan bahagia bergabung jadi satu." Lin Ling tidak menjabarkan perasaannya karena ia tahu, cerita yang dimilikinya adalah salah satu cerita yang tidak masuk akal. Dan lagi itu adalah cerita yang akan dibawanya sampai mati. Perasaan bisa mencintai manusia dari dunia lain, tentang rasa sakit saat harus berpisah, rasa rindu saat tidak bisa bertemu lagi apapun caranya.
"Apapun masalahmu aku akan selalu berada di sisimu. Jangan lupakan bahwa aku adalah sahabatmu, Lin Ling." Ding menepuk pundak sahabatnya, memberi semangat.
"Terimakasih Dinh."
"Sama-sama dear. Sekarang giliranmu keluar, sukseskan pentas ini. Aku tahu kau bisa meskipun masalah bergelanyut di pundakmu."
****
Sorak-sorai terdengar saat para pemain satu persatu keluar, bahkan masih terdengar saat tirai menutupi para pemain yang ada.
"Terimakasih atas kerja kerasnya."
"Terimakasih atas kerja kerasnya."
"Terimakasih atas kerja kerasnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/61819726-288-k259085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...