Part 40

1.4K 114 6
                                    

Lama banget ya aku gak update? Sorry banget yaa.. akhir-akhir ini aku sibuk dan lagi aku ingin menamatkan cerita ini secepatnya jadi aku harus buat draft ulang supaya gak kepanjangan dan membuat bosan.
________________________________

Hubungan aku dan Arthur semenjak kejadian itu biasa-biasa saja. Tidak ada perubahan yang berarti ataukah sapaan manis di pagi hari dan belakangan ini Arthur tampak mengurung diri di ruang kerjanya. Jarang keluar untuk menampakkan batang hidungnya.

Marques Gawaine sampai menangis dikamarnya karena aku lebih memilih Arthur daripada dirinya. Dia juga jarang menemuiku meskipun dia berkata akan merebutku dari Arthur dan membuatku berpaling dari cintaku pada Arthur yang kurasakan tidak mungkin terjadi.

Yahh, aku tidak bisa menyalahkan siapapun sebenarnya. Aku juga tidak tahu dimana hati ini dapat berlabuh tapi cinta ini, aku tidak bisa membiarkannya untuk terus berkembang, meskipun hanya sebentar mendapatkan kebahagiaan akan kenyataan bahwa Arthur juga mencintaiku. Karena akan ada saatnya dimana aku~

Harus pergi meninggalkan dunia ini.

Mataku menelusuri sekeliling halaman dengan tenang, melihat-melihat apa yang dapat kurekam apabila aku harus kembali ke duniaku lagi.

Tak terasa kakiku membawaku menuju hutan barat, aku melangkahkan kakiku memasuki hutan itu. Tanpa penerangan atau pedang aku masuk kedalam hutan. berjalan-jalan sebentar mungkin dapat meringankan bebanku.

"Lin? Mengapa kau disini?" Lancelot datang dari arah depan. Dia berjalan pelan menghampiriku begitupula denganku.

"Tidak, kakiku membawaku kemari," dengan tersenyum aku menjawab pertanyaannya.

Lancelot menganggukan kepalanya, "Mau berjalan denganku?" Tawarnya.

"Boleh," aku menyetujuinya kemudian berjalan di samping Lancelot. Lancelot memang selalu manis dan pengertian, dia tahu dimana saat aku tidak ingin berbicara apa-apa maka dia akan ikut diam menemaniku. tidak seperti Kai yang tidak pekaan ataupun Arthur yang menyebalkan.

Kami menelusuri hutan dalam kesunyian. Hanya suara gemerisik daun dan binatang hutan sajalah yang terdengar, kamu berdua terlalu tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Ada yang mengganjal di dalam pikiranmu Lin?" Lancelot akhirnya membuka suaranya setelah sekian lama dalam keheningan.

Aku menggelengkan kepala kemudian mengangguk. "Sebenarnya aku takut," kataku pelan. Lancelot menaikkan sebelah alisnya tapi tetap tidak berkata apa-apa, dia menungguku berbicara dengan sabar. "Aku takut tidak bisa mendampinginkalian sampai akhir, aku takut aku tidak bisa—" suaraku bergetar. Lancelot tanpa banyak kata menarik tubuhku mendekat. Dia memelukku dengan erat sambil sesekali mengusap rambutku.

"Tenang Lin, Tidak usah takut," Lancelot menjawab dengan suaranya yang menenangkan. "Kau pasti dapat membantu kami, membantu Yang Mulia." Katanya dengan yakin.

"Tidak Lan Lan." Aku menggelengkan kepalaku. "Sebentar lagi aku harus kembali ke duniaku, setelah kalian berperang melawan Saxon dan Dahl. Terakhir saat kalian melawan Roma aku akan pergi ke duniaku sendiri." Aku menangis sesenggukan.

"Kau masih bisa berkunjung kemari." Lancelot menenangkan yang kutahu itu pasti tidak berhasil.

"Kalau bisa aku pasti berkunjung Lan Lan tapi tidak aku tidak bisa karena misiku sudah selesai dan aku tidak bisa kembali lagi kesini, semua pintu menuju dunia ini sudah tertutup." Aku menjelaskan dengan tangis berderai.

Lancelot terdiam, seperti sedang berpikir. Aku juga tidak menghentikannya lebih baik membiarkan saja. Aku frustasi, sungguh frustasi. Tapi akan lebih bijak jika aku tidak mengatakannya pada siapapun.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang