6

1.5K 321 54
                                    

[ SUGA ]

Dunia ini sudah busuk. Umat manusia sudah hancur. Tinggal menunggu Tuhan memilih Hari Kiamat dan boom! Kita kembali ke Zaman Es.

Aku benci saat aku tidak bisa melakukan apa yang kusuka dan bekerja di bawah kendali orang lain. Aku menuntut kebebasan dan ada satu orang sialan yang tidak memberiku kesempatan.

Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Suga dan itu bukan nama asliku. Umurku 24 tahun dan aku sudah bekerja sebagai produser.

Kalian pasti merasa asing dengan pekerjaan produser. Mari kujelaskan. Pekerjaanku, lebih spesifiknya sebagai produser rekaman, adalah orang yang bekerja di dalam industri musik. Tugasku adalah mengawasi dan mengatur proses produksi dan rekaman dari artis musik.

Terima kasih Google.

Jangan tanya berapa uang yang kudapat. Saranku pada kalian yang perempuan, carilah pacar yang bekerja sebagai produser. Dengan resiko, kalian mau dijadikan bahan pembuatan lagunya. Bercanda.

Oke, kembali ke topik utama. Meski pekerjaanku sebagai produser terbilang sukses dan sejahtera, ada satu orang sialan yang membuatku sama sekali tidak merasa puas.

Orang itu adalah Direktur Yoo, pemilik dari Antena Records tempatku bekerja. Tentu saja jabatan siput tua—ejekanku untuk beliau—lebih tinggi dariku. Dan itulah hal yang tidak aku suka.

Selama ini aku membuat sebuah lagu, mengajukannya pada Direktur Yoo, dan beliau akan memilih artis labelnya yang akan menyanyikan lagu buatanku.

Direktur Yoo tahu betul apa yang diminati pasar. Masyarakat di negaraku, Korea Selatan, sebagian besar adalah pecinta ballad. Selain itu, masyarakat sangat menyukai suara yang unik.

Awalnya aku menuruti perintah Direktur Yoo dengan membuat 4 lagu ballad yang sesuai dengan selera masyarakat. Tapi di akhir aku sadar bahwa Direktur Yoo sama sekali tidak peduli dengan kualitas lagu.

Mau tahu apa yang terjadi? Beliau memang memberikan laguku pada orang yang bersuara unik. Tapi laguku jadi terdengar biasa saja di telingaku.

Tidak satupun orang yang diajukan Direktur Yoo mampu membawakan emosi yang ada di laguku. Mereka bernyanyi seakan itu adalah pekerjaan mereka, bukan hal yang mereka cintai.

Aku benci itu. Aku tidak suka saat kualitas laguku menurun hanya karena apa yang ingin kusampaikan pada akhirnya tidak tersampaikan. Hanya sebatas melodi yang enak didengar di telinga.

Berkali-kali aku sudah meminta Direktur Yoo untuk mencarikanku penyanyi yang mampu membawakan emosi dalam lagu dengan baik. Tapi hasilnya nihil.

Siput tua itu tetap bersikeras memberiku penyanyi bersuara unik untuk membuat laguku mendapat peringkat tinggi di digital charts dan mengalirkan uang untuk perusahaan.

Aku tidak pernah merasa puas sejak terkurung di Antena Records. Ini bukan sukses yang kucari. Sukses bagiku bukan mendapat banyak uang dan memperoleh popularitas. Sukses bagiku adalah saat lagu yang kuciptakan dapat meresap di hati dan pikiran orang yang mendengarkan.

Sesi curhat selesai. Saatnya membungkam mulut si siput tua.

"Aku menolak," ujar Direktur Yoo sambil memandangku rendah. "Kau mau mencari sendiri penyanyi yang akan menyanyikan lagumu?"

Aku mengangguk tiga kali. "Kalau perlu, aku akan membuat lagu begitu mendengar suara yang menurutku bisa membawakan lagu dengan baik."

Direktur Yoo menggeleng. Sialan, dasar siput tua! Berhenti bermalas-malasan di takhtamu dan bekerjasamalah denganku!

"Kita lakukan seperti biasa saja. Kau membuat lagu lalu berikan padaku. Aku masih punya segudang suara unik yang bisa menghasilkan uang," kata Direktur Yoo membuat darahku naik ke kepala.

Kalau saja aku berani, aku bisa mengangkat kursi yang kududuki dan melemparnya tepat di wajah Direktur Yoo. Membuat siput tua itu sadar bahwa ia tidak akan selamanya bisa bersantai di ruangan nyaman seperti sekarang.

Tapi aku tidak berani.

Karena itulah aku sudah bilang. Dunia ini busuk. Umat manusia sudah hancur. Orang-orang seperti Direktur Yoo adalah orang yang akan menghalangi regenerasi dan perubahan yang lebih baik untuk masa depan.

Sepertinya kalimatku barusan cukup keren.

Apa aku resign dan pindah haluan ke Dunia Politik saja?

Menjadi anggota partai? Atau menciptakan lagu untuk partai, misalnya. Pfft.

Aku gagal membungkam mulut Direktur Yoo hari ini. Aku harus mencari cara untuk mendapatkan sendiri suara yang kuinginkan. Laki-laki atau perempuan, tidak masalah. Aku ingin lirik yang kutulis diubah menjadi sebuah cerita oleh suara seseorang.

"Kembalilah bekerja," kata Direktur Yoo sambil menatapku tajam.

Aku menghela napas panjang dan hanya bisa menjawab, "Terima kasih atas waktumu."

Dan saat aku baru saja bangkit dari dudukku, membalikkan badan, bersiap menuju pintu, Direktur Yoo memanggilku. "Tunggu sebentar, Suga."

Oh, yeah. Come to daddy. Apa akhirnya siput tua sudah menyerah untuk menjadi keras kepala?

"Tolong sekalian bawa semua CD ini ke tempat sampah," ujar Direktur Yoo enteng, sambill menunjuk setumpuk CD yang ada di mejanya.

Kurang ajar! Siput tua sudah menjadikanku pembantu. Kalau bukan karena beliau adalah teman ayah, mungkin aku sudah bekerja di perusahaan rekaman lain.

Dengan lemas aku mengabil semua CD di meja beliau dan membawanya ke luar ruangan bersamaku. Dan tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di benakku. Ini CD apa?

Penasaran, aku segera turun satu lantai, tempat ruanganku berada. Bukannya membuang semua CD ini, aku malah membawanya masuk ke dalam ruanganku.

"Jangan bilang ini CD dari orang yang mengajukan diri jadi penyanyi?" gumamku penasaran. Setahu memang sering terlihat orang-orang yang datang ke Antena Records dan mengajukan CD.

Kuputuskan untuk memutar CD yang terletak paling atas dari tumpukan. Aku memasukkannya ke dalam CD player yang ada di belakang mejaku. Dentingan piano terdengar. Disusul oleh suara perempuan yang sangat manis.

Going out tonight
Changes into something red
Her mother doesn't like that kind of dress
Everything she never had she's showing off
..................

Luar biasa. Aku tahu ini lagu Night Changes milik One Direction. Tapi cara perempuan ini membawakan lagu benar-benar terasa berbeda. Aku bisa membayangkan dirinya yang sedang mengamati salju turun dari jendela. Dengan ekspresi yang menyimpan sejuta kenangan.

Aku benar-benar menikmati nyanyiannya. Bahkan otak jeniusku sudah mulai membentuk lagu yang sesuai dengan suara perempuan ini. Bagaikan sihir, aku terjerat oleh sebuah mantra.

Hingga lagu di CD berakhir, perempuan sang pemilik suara tidak memperkenalkan diri. Aku kecewa karena tidak mendapat informasi apapun tentang dirinya.

Suara seperti inilah yang aku inginkan. Tidak peduli harus keliling dunia, aku akan mencari perempuan ini dan memintanya bernyanyi hanya untukku seorang.

After the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang