7

1.4K 273 1
                                    

[ IRENE ]

"Wendy, ayo cepat!"

Dari jutaan penduduk Seoul, menjadi salah satu—atau mungkin dua—orang yang dapat hadir di Konser Natal spesial adalah keberuntungan. Hari ini, aku dan Wendy berhasil mendapat tiket secara gratis dan berkesempatan menonton penyanyi kebanggaan di negeri kami.

Ini semua berkat Jaebum dan teman-temanku di Café Hometown. Kebetulan Café Hometown membuka stand di luar Olympic Stadion tempat konser berlangsung. Dan Jaebum sebagai orang dengan kedudukan tertinggi mendapat tiket dari pihak promotor.

Aku datang kemari bersama Wendy dan saat ini kami berdua sedang menuju stand Café Hometown. Antrian yang panjang pada Café Hometown sudah terlihat dari jarak 500 meter.

"Irene, tunggu sebentar," panggil Wendy yang berjalan di belakangku.

Sudah seminggu ini dia gelisah, apa ia harus datang untuk nonton konser atau tidak. Aku mengerti. Menjadi penyanyi adalah impian Wendy yang sampai saat ini belum tercapai.

Mungkin dia berpikir rasa percaya dirinya akan hilang begitu menonton konser. Tapi bagiku, konser ini bisa jadi motivasi Wendy untuk bangkit kembali.

"Wendy, ada apa? Jangan bilang kamu mau pulang sekarang," ujarku cemas.

Sahabatku itu menggeleng kemudian mengangguk. "Kita bisa nonton konser ini di TV, kan? Tidak perlu nonton langsung."

Ah, keras kepala sekali Wendy ini. Aku sebagai sahabatnya sejak masa kuliah sudah terbiasa akan sifat Wendy yang seperti ini. Dan aku tahu persis yang bisa kulakukan adalah mendorongnya maju.

"Wendy, tidak ada yang salah dengan menonton konser langsung. Pasti mood kamu akan naik setelah nonton konser. Lalu kamu akan makin semangat untuk bernyanyi di Café Hometwon," jelasku sambil tersenyum.

Wendy menghela napas sejenak. "Entahlah. Di sini dingin."

Menggemaskan sekali, pikirku. "Kalau begitu ikut aku. Kita akan mencari minuman hangat."

Kami kembali berjalan menuju stand Café Hometown. Bukannya berbaris dan mengikuti antrian, aku justru menghampiri Jackson yang sedang membersihkan salah satu meja.

"Sibuk, ya?" tanyaku pada Jackson setelah menepuk bahunya.

Jackson tersenyum sangat lebar. "Eh, Irene dan Wendy. Barusan sampai, ya? Sini aku antar ke meja VIP."

Beruntung sekali aku berteman baik dengan enam laki-laki yang bekerja di Café Hometown. Mereka bahkan sudah menyediakan meja khusus untukku dan Wendy. Ada tulisan 'reserved' di atas meja yang ditunjukkan oleh Jackson pada kami.

"Irene yang seperti biasa, kan? Creamy Daegu dengan extra sugar?" tanya Jackson kemudian aku mengangguk.

Tiba-tiba, Wendy tertawa. "Creamy Daegu? Itu nama minuman?"

Jackson mengangguk bangga. "Semua menu di Café Hometown memakai nama daerah-daerah di Korea Selatan. Nah, kalo Wendy, di mana kampung halaman kamu?"

"Seoul. Iya, kan?" tanyaku pada Wendy dan sahabatku itu mengangguk.

"Kalau begitu satu gelas Seoul Latte, ya. Mohon tunggu sebentar," Jackson mencatat pesanan kami dan bergegas pergi.

Sebagai sahabat, aku memang tidak mengerti apa yang Wendy rasakan sekarang. Belum ada sebulan sejak ia pergi ke Antena Records dan sekarang ia sudah menonton sebuah konser besar.

Aku tahu semua penyanyi pasti memiliki impian untuk mengadakan konser. Di mana penyanyi bebas mengekspresikan diri mereka, menjamu para penonton dengan penampilan spektakuler, dan menciptakan malam luar biasa yang akan dikenang dalam waktu lama.

Ini adalah Olympic Stadion, salah satu arena konser terbesar di Korea Selatan. Bisa mengadakan konser di sini adalah suatu kehormatan dan kebanggaan besar.

Aku yakin Wendy bisa. Kalau dulu aku memutuskan untuk mundur, maka aku tidak ingin Wendy melakukan hal yang sama. Aku ingin Wendy memulai karirnya secara perlahan dengan bernyanyi di Café Hometown terlebih dahulu.

Meja VIP, pesanan VIP. Bambam mengantar pesanan kami tepat lima menit setelah Jackson pergi dari meja kami. Benar-benar pelayanan yang memuaskan.

"Terima kasih Bambam," kataku sambil menerima gelas Creamy Daegu milikku.

"Sama-sama. Jangan lupa bayar dua kali lipat, ya!" seru Bambam bercanda.

Aku merengut kesal. "Aku lapor Jaebum, ya!"

Di sisi lain, Wendy mulai mengangkat gelasnya dan mengendus aroma Seoul Latte. Ah, ini pertama kalinya Wendy mencoba minuman asli dari Café Hometown. Minggu lalu setelah selesai bernyanyi, Wendy langsung pamit pulang.

"Coba saja. Aku sendiri tidak tahu itu rasa apa," kataku sambil tersenyum. "Tapi justru ini yang seru. Ada kejutan di balik segelas minuman."

Bersama-sama, aku dan Wendy meneguk minuman kami. Creamy Daegu meresap dalam kerongkongan, memberi kehangatan pada tubuhku untuk bertahan di udara Bulan Desember yang dingin. Minuman ini selalu mengingatkanku pada rumah.

"Enak," ujar Wendy kemudian ia tersenyum. "Enak banget. Aku suka."

"Syukurlah kalau kamu suka," sahutku dan tanpa kusadari gelas minumanku sudah kosong. "Aku bayar dulu, ya. Kamu tunggu saja di sini."

Aku memutuskan untuk meninggalkan Wendy bersama segelas Seoul Latte. Mungkin sekarang Wendy teringat akan keluarganya.

Kebetulan kasir sedang kosong dan aku langsung berdiri tepat di hadapan seorang laki-laki yang wajahnya sangat asing untukku. Hidungnya mancung, rambutnya hitam klimis, dan bibirnya sempurna.

"Atas nama siapa?" tanyanya dengan logat yang agak canggung.

"Irene dan Wendy," jawabku cepat. Apa kehangatan Creamy Daegu sudah berpindah ke pipiku?

"Satu Creamy Daegu dan satu Seoul Latte, ya. Total 8000 won," katanya sambil tersenyum.

Saat aku hendak membayar dengan uang pas, Jaebum tiba-tiba muncul dan menghampiri laki-laki yang sedaritadi menjadi objek pengamatanku. "Ya Tuhan, Mark! Kamu tidak perlu bekerja di kasir!"

Laki-laki yang dipanggil Mark itu tersenyum. "Aku hanya ingin membantu."

"Mana bisa aku melihat manajer bekerja sebagai kasir? Biar aku saja," ujar Jaebum cepat.

Oh, jadi ini manajer baru yang diceritakan Jaebum tempo hari? Harus kuakui, dia berbeda dengan enam laki-laki lain yang bekerja di Café Hometown. Auranya berbeda, seolah terlahir untuk menjadi seorang bintang.

Dan wajahnya... Ya Tuhan, Mark terlihat begitu menggoda. Sulit dipercaya orang setampan dia ada di dunia ini. Aku tidak sabar ingin memperlihatkan Mark pada Wendy. Sahabatku itu juga pasti akan berteriak histeris.

"Ini nota belanjamu," kata Jaebum membuyarkan lamunanku. Tanpa kusadari, 8000 won di tanganku sudah diambil. Aku menerima nota belanja dan memasukkannya dengan rapi di dalam dompetku

Kemudian aku menyadari satu hal.

Kenapa tiket konserku tidak ada?

After the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang