[ 9 BULAN KEMUDIAN ; IRENE ]
Membahagiakan orang lain sudah menjadi tugasku.
Bodoh memang, di saat kita rela mengorbankan perasaan sendiri demi melihat orang lain tersenyum. Tapi jika itu berhasil, bukankah kita juga akan merasa senang?
Aku, Irene, saat ini bersyukur aku bekerja sebagai seorang model.
Profesiku yang awalnya berupa berpose di depan kamera dengan riasan di wajah, berubah menjadi konteks yang lebih luas.
Aku bisa mengisi sampul majalah, menjadi bintang iklan untuk brand ternama, dipilih menjadi duta oleh Pemerintah, dan yang terpenting adalah menyebarkan pengaruh positif pada orang lain.
Sudah setahun lebih aku bekerja keras di bidang modeling dan aku tidak pernah menyangka akan tiba hari di mana orang datang mengantri untuk bertemu denganku.
Padahal aku hanya duduk, menyapa mereka sambil senyum, berbicara sedikit, dan terakhir menggoreskan tanda tangan di tempat yang diminta. Yup, saat ini aku sedang menghadiri fansign.
"Terima kasih, unnie!" seru gadis muda yang datang dengan pakaian sekolah.
"Hati-hati saat pulang, ya," balasku sambil melambaikan tangan. "Terima kasih sudah datang!"
Berakhir sudah acara fansign pada sore hari ini. Kata manajerku, penggemar dan media yang datang mencapai jumlah 300 orang. Banyak sekali, bukan? Tapi aku sama sekali tidak merasa waktu berjalan cukup lama hingga aku selesai memberi tanda tangan.
Sebagai penutupan, aku mengambil microphone dan berkata, "Terima kasih sudah datang, ya, semua! Sekarang sudah Desember, jangan lupa pakai mantel hangat saat di luar. Kalian juga harus minum banyak minuman hangat, ya!"
Satu tahun juga sudah berlalu sejak aku mengajak Wendy menonton Konser Natal di Olympic Hall. Saat itu usiaku masih 24 tahun dan Wendy sedang murung karena ditolak oleh Antena Records.
Ah, aku benar-benar rindu masa itu. Masa di mana aku belum sesibuk sekarang dan masih sempat untuk mendengar Wendy bernyanyi.
Sekarang kami sudah jarang bertatap muka. Pekerjaanku makin banyak dan Wendy juga fokus pada karirnya. Terakhir kali aku bertemu Wendy adalah saat Hari Halloween di mana aku mengundang Wendy datang ke pesta yang diadakan kantorku.
Hasil dari kerja keras Wendy ternyata berbuah manis karena saat ini dia sudah dikenal sebagai penyanyi pendatang baru terbaik tahun ini. Dia sering tampil di TV dan kudengar saat ini sahabatku itu sedang menyiapkan mini album yang pertama.
"Irene, sudah waktunya," kata manajer sambil membawakan mantel dan tas tanganku.
Aku menerima tas tanganku dan memakai mantel yang akan melindungiku dari dingin. "Terima kasih, unnie. Yuk, kita langsung pergi!"
Sambil berjalan menuju mobil yang sudah menungguku, aku mengambil ponsel dari dalam tas dan menghubungi satu nomor. Menghubungi orang yang sudah membuat janji denganku hari ini.
"Sore, Irene. Tepat waktu sekali, aku baru saja pulang kerja,"
"Hebat. Aku juga baru selesai," balasku senang. "Aku langsung ke Café Hometown, 'kan, Mark?"
Benar, saat ini yang ada di seberang teleponku adalah Mark Tuan. Laki-laki yang cukup gila untuk memiliki dua pekerjaan dalam hidupnya. Sebagai asisten penulis naskah dan sebagai manajer café.
"Ya, akan kutunggu. Kamu sudah di dalam mobil?"
"Ini aku baru masuk," ujarku cepat dan aku segera masuk ke dalam mobil, duduk di bangku belakang bersama manajer. "Kenapa kamu buru-buru begitu?"
"Kamu lupa kalau hari ini hari pengumuman hasil sayembara?"
"Oh, iya. Maaf," jawabku gugup. Ya Tuhan, aku benar-benar lupa. Padahal aku masih muda, tapi aku sering sekali lupa akan suatu hal. "Aku akan segera ke sana."
"Hati-hati di jalan, Irene. Akan kubuatkan minuman favoritmu,"
Panggilan telepon kami berakhir. Aku segera meminta supirku untuk menambah kecepatan agar aku tiba di Café Hometown secepat mungkin.
Aku jadi cemas, bagaimana kira-kira hasil sayembara yang diikuti Mark? Dia sudah bekerja keras selama berbulan-bulan. Aku ingin dia berhasil karena terakhir kali Mark memberitahuku tentang ini, dia bilang pemenang sayembara bisa bebas memilih penyanyi untuk mengisi soundtrack drama karyanya.
Tentu saja aku tidak lupa dengan impian indah itu. Mark dan Wendy bekerja terpisah demi terwujudnya impian itu. Aku, sebagai orang yang sudah mengusulkan impian itu juga berusaha membantu mereka.
Salahkah jika aku berharap banyak? Aku ingin sekali impian mereka terwujud.
"Asyiknya yang mau pergi kencan," goda manajer sambil menatapku.
Aku menghela napas. "Unnie, kenapa unnie suka sekali menggodaku seperti itu?"
Entah mengapa manajerku ini sering sekali salah paham. Setiap kali aku memiliki janji dengan Mark, manajerku pasti mengira kalau aku akan pergi berkencan.
Hmm, biar aku tegaskan. Hari ini aku memang memiliki janji dengan Mark di Café Hometown, tapi aku juga akan bertemu dengan teman-temanku di sana! Ada Jaebum, Jackson, Jinyoung, Youngjae, Bambam, dan Yugyeom.
"Kamu manis kalau lagi kesal," ungkap manajerku diikuti tawa kecilnya. Kemudian ia mengeluarkan dua lembar kertas dari dompetnya dan memberinya padaku. "Ini untuk kamu, gratis dariku."
Keningku berkerut. "Ini apa, unnie?"
"Tiket nonton Konser Natal di Olympic Hall, malam ini!" jawab manajerku dengan suara lantang. "Aduh Irene, kamu pasti lupa, ya, kalau sekarang Malam Natal?"
Hah? Benarkah? Bagaimana mungkin?
Dengan tangan gemetar aku menerima dua lembar tiket dari manajerku. Kemudian aku memeriksa tanggal yang tertera di layar ponselku. 24 Desember. Konser Natal. Ya Tuhan, aku terlalu sibuk bekerja sampai lupa seperti ini!
Sekarang aku ingat bahwa sejak sebulan lalu aku memang sudah berencana membeli tiket untuk Konser Natal. Tapi karena pekerjaan, perhatianku jadi teralihkan dan aku tidak mendapat tiket yang sudah terjual habis.
Hari ini aku benar-benar beruntung!
"Ya ampun, unnie, terima kasih. Ini benar-benar buatku? Tiket ini mahal, 'kan? Kenapa unnie kasih aku dua?" tanyaku dengan senyum sangat lebar.
"Iya, itu untukmu. Minggu lalu kamu sedih karena gagal beli tiket untuk kamu dan pacarmu, 'kan?" tangan manajer menepuk bahuku lembut. "Anggap saja hadiah natal dariku karena kamu sudah bekerja keras selama setahun ini."
Aku memejamkan mata lalu berteriak, "Yes! Yes! Yes! Terima kasih banyak, unnie!"
Yang membuatku sangat senang mendapat tiket adalah karena Wendy juga ikut tampil pada Konser Natal tahun ini. Juga karena aku bisa pergi berkencan dengan Mark setelah sekian lama kami tidak menghabiskan waktu berdua saja.
Eh, kenapa kalian terkejut? Apa aku belum memberitahu kalian?
Mark Tuan itu pacarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fanfiction[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...