[ IRENE ]
Segelas Creamy Daegu belum cukup untuk membuatku tenang.
Seorang model yang baru saja selesai shooting MV sepertiku, di saat seperti ini seharusnya sudah tiba di rumah dan beristirahat.
Tapi yang kulakukan saat ini adalah menunggu Wendy yang sedang berbicara empat mata dengan Mark. Dan aku bersumpah, ini menit-menit terlama dalam hidupku.
"Irene, kamu memikirkan apa?" tanya Jaebum padaku sambil mengangkat gelasku yang sudah kosong.
Bukan hanya aku, semua pegawai Café Hometown juga penasaran dengan apa yang dibicarakan Wendy dan Mark di dalam ruangan manajer. Tugas seperti bersih-bersih café sampai mereka abaikan.
"Aku cemas dengan mereka berdua," jawabku pasrah. "Aku nggak nyangka sama sekali kalau Mark akan marah pada Wendy."
Jinyoung yang terlihat paling tenang justru menggelengkan kepala. "Sepertinya hari ini Mark hyung kesal karena pekerjaan di SBS TV. Ditambah lagi Wendy datang terlambat, wajar kalau Mark hyung jadi terbawa emosi."
Yugyeom menambahkan, "Ah, aku ingat. Tadi saat pulang dari kerja, Mark hyung terlihat sangat kecapekan. Pasti pekerjaannya di SBS TV sangat berat."
Apa ini salahku? Aku adalah pencetus ide untuk impian baru mereka. Aku yang mengusulkan agar Mark dan Wendy berusaha keras untuk mewujudkan impian mereka.
Kini aku sadar bahwa aku sudah terlalu banyak ikut campur. Aku juga tidak tahu kondisi Mama Wendy, tapi malah menyuruh Wendy makin jauh dari Rumah Sakit tempat Mamanya dirawat.
"Ngomong-ngomong, kenapa Wendy bisa terlambat, sih?" Youngjae bertanya dengan suara lantang. "Wendy nggak pernah terlambat, 'kan?"
Benar juga. Kalau kupikir lagi, tadi Wendy datang bersama Suga. Wendy masih memakai baju yang kemarin dan datang bersama Suga ke Café Hometown.
Sebenarnya siapa Suga dan sejauh apa hubungannya dengan Wendy? Bukankah dia hanya produser biasa yang sedang tenar akhir-akhir ini? Mengapa dia bisa bertemu dengan Wendy? Kalau tidak salah, Suga juga pasti tahu tentang penyakit Mama Wendy.
Mengapa tidak terpikirkan olehku sebelumnya? Laki-laki bernama Suga itu benar-benar mengganggu. Dia pasti sumber masalah yang menyebabkan Wendy terlambat.
10 menit setelah masuk ke ruang manajer, Wendy keluar seorang diri. Aku dan pegawai Café Hometown spontan menoleh ke arah Wendy dengan pandangan penuh tanya.
Wendy tidak menangis seperti sebelum ia masuk ke ruangan, tapi tangan Wendy bergetar begitu hebat. Nafas Wendy tidak teratur dan orang pertama yang dilihat Wendy adalah aku.
"Kemarilah," panggilku sambil merentangkan tangan.
Dan dalam hitungan detik, Wendy jatuh ke dalam pelukanku. Sekilas aku bisa mencium wangi parfum Mark pada rambut Wendy. Mereka pasti berpelukan tadi. Kurasa masalah mereka sudah selesai.
"Wendy! Kamu juga bisa peluk aku, lho!" seru Jackson begitu ceria. "Syukurlah masalah kamu dan Mark sudah selesai. Bagaimana kalau kamu rayakan dengan segelas Seoul Latte?"
Di luar dugaanku, Wendy menggelengkan kepala. "Nggak usah. Aku akan pulang sekarang."
Kemudian aku merasakan sesuatu yang lembab di bahuku. Bajuku yang menjadi tempat sandar kepala Wendy mulai basah. Apa Wendy sedang menangis.
"Semua baik-baik saja, 'kan?" tanyaku hati-hati.
Wendy menjauhkan diri dariku kemudian menghela napas. Wendy menatap satu-satu pegawai Café Hometown yang mengelilinginya. "Hari ini juga kita akan berpisah."
Hah? Apa maksud Wendy?
"Kamu bicara apa?" tanya Bambam bingung. "Kamu hanya akan pulang ke rumahmu, 'kan? Kenapa kita akan berpisah—"
"Aku sudah berhenti bekerja di sini," jawab Wendy tegas tapi bibirnya masih bergetar. "Itu yang kubicarakan dengan Mark tadi."
Tidak mungkin. Ini pasti mimpi. "Wendy, kenapa kamu berpikir untuk berhenti—"
"Mulai sekarang aku dan Mark akan bekerja secara terpisah," kata Wendy memotong kalimatku. Wendy terdengar tidak ingin basa-basi dan membuang waktu. "Tenang saja, kami tetap akan mewujudkan impianmu, Irene."
Aku menggigit bibir. "Impianku? Apa maksudmu—"
"Irene, berkat kamu, aku dan Mark bisa sama-sama menemukan hal yang ingin kami perjuangkan," lanjut Wendy. "Aku akan menjadi penyanyi kemudian mengisi soundtrack untuk drama yang naskahnya ditulis oleh Mark. Kami akan tetap berusaha mewujudkan itu."
Melalui tatapan Wendy, aku sadar bahwa Wendy begitu serius. Dan aku sadar, Wendy tahu keinginanku yang berharap untuk kebahagiaannya dengan Mark.
"Aku juga harus berterima kasih padamu, Irene," kata Wendy sambil tersenyum. Ini adalah senyum Wendy yang begitu tulus. "Aku nggak keberatan kalau kamu berhenti memihakku mulai sekarang. Tapi aku sayang kamu, Irene."
Dengan cepat aku menggelengkan kepala. "Aku akan selamanya ada di pihakmu, Wen. Aku sahabatmu."
Meski aku sering mengesampingkan perasaanku karena aku lebih ingin melihat Wendy bahagia, bukan berarti aku akan membenci Wendy. Aku akan tetap berada di pihak Wendy, sahabat yang mendukung Wendy sampai kapanpun.
"Kami juga bisa diandalkan," tambah Jaebum. "Kalau kamu butuh bicara baik-baik dengan Mark, kami bisa membantu."
"Semua yang ingin kukatakan, sudah kutulis di kertas yang tadi kuminta darimu," balas Wendy lagi-lagi sambil tersenyum. "Aku punya permintaan untuk kalian."
Mengapa aku merasa ini akan menjadi permintaan terakhir Wendy? Aku melihat sosok Wendy yang baru. Wendy yang seakan sudah memiliki sayap dan siap terbang dengan tenaga yang ia miliki sendiri.
"Kalian semua yang ada di Café Hometown, tolong jaga Mark," ujar Wendy serius. "Perhatikan dia baik-baik, jangan sampai dia memaksakan diri. Ingatkan dia untuk jaga kesehatan dan makan teratur. Sebisa mungkin tolong ringankan pekerjaan dia sebagai manajer."
Semua pegawai Café Hometown hanya bisa diam mendengar permintaan Wendy. Masing-masing dari mereka pasti sudah tahu bahwa Wendy tidak memiliki niat untuk kembali ke Café Hometown, apalagi berhubungan dengan Mark.
Setelah itu Wendy menggenggam kedua tanganku begitu erat. Wendy seperti menyalurkan sesuatu padaku. Bukan energi, bukan kekuatan. Melainkan perasaan cinta.
"Irene, tolong tetap bantu aku setelah ini. Aku senang kamu mau tetap percaya padaku, aku benar-benar bahagia. " Wendy sudah selesai memberi semua perasaan cintanya padaku. Dan samar-samar aku tahu apa permintaan Wendy untukku.
Aku yang masih tidak terima dengan keputusan Wendy hanya bisa memohon, "Wen, jangan katakan itu—"
"Tolong gantikan aku untuk berada di sisi Mark," ujar Wendy bersungguh-sungguh. "Tolong bahagiakan Mark seperti bagaimana kamu membuatku bahagia."
Tiba-tiba saja aku tidak tahu bagaimana cara untuk menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fanfiction[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...