64

759 179 42
                                    

[ WENDY ]

Aku sangat menyukai Café Hometown. Di tempat ini, aku bernyayi. Di tempat ini, aku bisa mengingat keluarga dengan segelas minuman. Di tempat ini, aku bertemu dengan Mark, laki-laki yang aku suka.

Di Café Hometown, aku membuat impian baru. Bahwa aku akan menjadi penyanyi yang mengisi soundtrack untuk drama yang naskahnya dibuat oleh Mark.

Di Café Hometown, aku membuat janji bersama Mark. Kalau impian kami terwujud, Mark akan menyampaikan sesuatu padaku. Dan aku akan memberi jawaban yang sudah kusiapkan untuk Mark.

Di Café Hometown, aku membuat kesalahan. Aku mengakui rahasiaku pada Irene yang akhirnya membuat sahabatku itu dan juga Mark merasa kecewa.

Tempat ini benar-benar penuh dengan kenangan, penuh dengan peristiwa, penuh dengan ingatan. Tapi mengapa hanya kesalahan-kesalahanku saja yang saat ini memenuhi pikiranku?

Aku sudah tidak bisa merasakan kehangatan Café Hometown. Aku belum masuk ke dalam, tapi pengunjung sudah menatapku dengan tatapan heran. Mereka pasti bingung, sedang apa diriku, seorang penyanyi tidak profesional, diam berdiri di luar Café Hometown?

"Wendy, kamu siap?" tanya Irene yang sedaritadi memegang bahuku dari belakang. "Kamu akan baik-baik saja."

Di dalam hati, aku ingin sekali melarikan diri. Aku benar-benar takut kalau apapun yang akan kubicarakan nanti, akan membuat Mark semakin marah. Tapi otakku memberiku perintah untuk masuk dan menyelesaikan masalah ini.

"Aku siap. Aku harus siap, 'kan?" hanya itu yang terucap dari bibirku.

Tubuhku benar-benar lemas, tenagaku sudah hilang sebagian. Aku begitu lelah karena perjalanan panjang dari Busan ke Seoul. Tapi alasan seperti itu tidak bisa ditoleransi.

"Kalau begitu aku akan mengatakan rahasiaku sekarang. Supaya kamu makin percaya diri," ujar Irene sambil tersenyum.

Setidaknya sel-sel otakku masih bisa bekerja untuk tetap mendengarkan apa kata Irene. Yang kubutuhkan saat ini memang rasa percaya diri, hingga aku bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan.

"Aku baru sadar kalau selama ini aku menyimpan rahasia ini darimu. Tapi sekarang karena semua sudah baik-baik saja, aku akan memberitahumu," jelas Irene.

Itu yang kurasakan selama ini. Aku sengaja menyimpan rahasia tentang penyakit Mama dan berjanji pada diriku sendiri untuk menyimpan rahasia itu sampai kondisi Mama sudah baik-baik saja.

"Wen, pertama aku mau minta maaf padamu juga karena sudah menyimpan rahasia ini. Tapi percayalah, aku melakukan ini karena aku ingin kamu bahagia," lanjut Irene kali ini lebih serius.

Selalu. Irene selalu rela melakukan apa saja untuk membuatku bahagia. Seperti mendukung impianku menjadi penyanyi, berkarir sebagai model karena itu permintaanku, mengajakku pergi ke konser agar aku terhibur, dan memintaku bernyanyi di Café Hometown.

Lalu apa yang sudah kulakukan untuk membuat Irene bahagia?

Mark benar. Aku ini egois. Aku selalu manja pada Irene. Dan aku selalu menjadi penjahat yang menyakiti perasaan Irene.

"Wendy, kamu mungkin nggak percaya dengan yang kukatakan. Tapi baru-baru ini, aku jatuh cinta pada seseorang," mata Irene berbinar. "Dia adalah orang pertama yang bisa memecah anggapanku terhadap laki-laki."

Bagus, Irene. Jatuh cinta itu hal yang indah. Syukurlah kamu bisa merasakan cinta dan tidak perlu selalu mengkhawatirkanku.

"Dia orang yang sangat memperhatikanku meski dia selalu bertindak seperti itu tanpa sadar," Irene tertawa kecil. "Dia membuatku menjadi lebih berani dan lebih dewasa."

Tanpa sadar, air mataku menetes. Aku tidak tahu bahwa selama ini di saat aku menyakiti hati Irene, ada laki-laki di luar sana yang dapat menyembuhkan hati sahabatku itu. Aku harus berterima kasih pada laki-laki itu.

"Wendy, jangan menangis, ceritaku belum selesai," ujar Irene kemudian mengeluarkan sapu tangan dari tasnya.

Aku menerima sapu tangan tersebut dan menggunakannya untuk mengusap air mataku. "Apa aku kenal dengan laki-laki yang kamu suka itu?"

Irene mengangguk tanpa ragu. "Kamu sangat mengenal orang itu, Wendy. Dia laki-laki yang dekat padamu juga. Itu juga alasanku untuk menjaga rahasia ini dari kamu."

Apa? Orang yang disukai Irene juga dekat denganku?

Siapa? Aku tidak begitu dekat dengan banyak laki-laki. Hanya pegawai di Café Hometown, Suga, dan ...

Mark. Hanya itu nama yang terpikirkan olehku. Laki-laki yang dekat denganku, laki-laki yang sudah mengubah hidupku, dan laki-laki yang aku cinta. Jangan katakan padaku bahwa orang yang disukai Irene adalah ...

"Aku suka pada Mark. Aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya," kata Irene dengan pipi memerah.

Oh, tidak. Apa yang sudah kulakukan selama ini? Bagaimana bisa aku tidak tahu perasaan Irene pada Mark?

Ditambah lagi aku selalu bermesraan bersama Mark di depan Irene. Bagaimana perasaan Irene saat melihatku dan Mark? Bukankah ini berarti aku sudah membuat Irene patah hati?

"Tapi kamu nggak perlu khawatir," lanjut Irene begitu tegar. "Aku tahu kalau kamu dan Mark saling mencintai. Kemarin aku menyatakan perasaan padanya dan tentu saja Mark nggak bisa menjawab perasaanku."

Ini salah. Ini semua salah. Irene tidak harus mengalami ini. Irene pantas untuk bahagia, jauh lebih bahagia daripada aku.

Kenapa banyak sekali kesalahan yang sudah aku buat?

"Dengan begini, kamu dan Mark bisa berpacaran tanpa merasa bersalah padaku!" ujar Irene kemudian dia memelukku. "Sekarang kamu masuk dan bicaralah dengan Mark."

Bahkan pelukan dari Irene sudah tidak sanggup menghangatkanku. Hatiku sudah terlalu dingin. Pikiranku dipenuhi dengan cacian dan makian pada diriku sendiri.

Aku tidak pantas mendapat semua kasih sayang ini.

Dengan kaki bergetar, aku melangkah masuk ke dalam Café Hometown. Aku berusaha menghabiskan banyak waktu sebelum masuk ke ruang kerja Mark.

Setiap tempat menyimpan cerita. Café Hometown yang terletak di tengah kota dengan lokasi strategis sudah menyimpan banyak cerita tentangku.

Aku adalah perempuan yang berusaha keras mewujudkan impian, di tengah masyarakat Kota Seoul yang selalu memiliki seribu alasan untuk menolakku. Kadang penolakan mereka bisa memotivasiku, juga bisa membuatku putus asa.

Setelah konser natal tahun lalu, hari-hariku yang suram kembali berwarna. Aku diizinkan bernyanyi di Café Hometown, bertemu dengan banyak orang yang menyukai penampilanku, dan merasakan cinta bersama Mark.

Kami berdua memiliki cerita yang sama. Kami sama-sama ditolak oleh impian kami. Dan di saat aku benar-benar sudah menyerah, Mark justru mendorongku untuk terus maju. Dia tidak mau aku melupakan impianku, seperti bagaimana dia melupakan impiannya dan datang ke Seoul.

Dan kurasa ini adalah akhir ceritaku di Café Hometown.

Aku bertemu dengan Mark di sini. Dan aku juga harus berpisah dengan Mark di sini.

After the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang