[ SUGA ]
Lagi-lagi aku nekat membuat takdirku sendiri.
Terima kasih untuk Jeon Jungkook, berkat analisanya tentang cinta segitiga yang terbentuk di antara Wendy, Mark, dan Irene, aku jadi penasaran setengah mati.
Memang setelah Wendy dan Irene keluar dari mobilku, aku segera meninggalkan Café Hometown, mengantar Jungkook pulang kemudian kembali ke apartemenku. Tapi tetap saja, aku ingin tahu bagaimana perkembangan Wendy, Mark, dan Irene setelah itu.
Hah, aku pasti akan ditertawakan oleh Namjoon, Taehyung, dan Hoseok. Satu-satunya orang yang bisa pura-pura tidak tahu tentang kegalauanku ini adalah Jungkook.
Ngomong-ngomong soal Jungkook, kami sudah merilis MV dari It Gets Better tiga hari yang lalu. Kami berencana merilis mini album untuk Jungkook sebelum merekrut penyanyi lain untuk bergabung dengan Century Music.
Kandidat pertamaku tentu saja Wendy. Aku sudah berjanji pada perempuan itu untuk mengajukan kontrak padanya dan membuatnya menjadi penyanyi terkenal.
Tapi sampai sekarang aku masih belum berani menghubungi Wendy. Aku ingin mengobrol dengan Wendy, melihat perempuan itu tertawa sambil bercerita banyak hal tentang dirinya.
Aku belum berani menghubunginya karena aku tidak tahu bagaimana hubungan Wendy dengan Mark saat ini. Apa mereka sudah resmi berpacaran? Atau masalah mereka belum selesai?
Orang normal yang realistis pasti akan diam menunggu hingga suatu hari jawaban akan datang dengan sendirinya. Tapi tidak denganku, yang memutuskan untuk datang ke Café Hometown dan melihat situasi.
Ya, saat ini aku sedang berada di dalam mobil yang aku parkir persis di seberang Café Hometown. Dan hari ini adalah Hari Jumat, hari Wendy bekerja sebagai penyanyi di sini.
Kedatanganku ke sini sebenarnya bisa dibilang sukses, mengingat aku adalah manusia yang mengumpulkan niat saja sudah susah. Strategi selanjutnya adalah bagaimana cara masuk ke dalam Café Hometown sewajar mungkin seperti pengunjung lain.
Aku tidak mau disangka sebagai penguntit! Apalagi aku pernah menarik Wendy keluar di tengah-tengah penampilannya.
Yang kulakukan adalah melawan takdir yang sudah dibuat untukku, dengan datang ke Café Hometown dan memastikan sendiri bagaimana keadaan Wendy saat ini.
Tanpa kusadari, kaca mobilku sedaritadi diketuk oleh seseorang. Aku segera menoleh ke samping dan mendapati Irene yang sedang menatapku dari balik kaca.
Dengan cepat aku menurunkan kaca mobil, membiarkan angin luar menerpa wajahku, dan membuat Irene dengan bebas mengunci kedua mataku.
"Sudah kuduga ini mobilmu," ujar Irene sambil menatapku sinis. "Ada urusan apa ke sini?"
Sejak kapan perempuan bernama Irene ini bersikap ketus? Seingatku, dia sangat lembut dan pengertian sebagai sahabat Wendy. Apa lagi kesalahan yang sudah kubuat?
"Irene, ya? Aku nggak nyangka akan bertemu denganmu," balasku basa-basi. Tapi Irene sama sekali tidak tertarik.
"Jawab pertanyaanku, Suga," nada bicara Irene berubah tegas. "Ada urusan apa kamu di Café Hometown? Kalau Wendy yang kamu cari, dia nggak ada."
Tunggu. Bagaimana Irene tahu kalau aku datang ke sini untuk mencari Wendy? Apa selain Jungkook, dia juga tahu kalau aku menyukai Wendy?
Dan lagi, mengapa Wendy tidak ada di Café Hometown? Bukankah dia bekerja di sini setiap Hari Jumat dan Hari Sabtu? Apa aku salah lihat kalender?
"Tanya saja padaku kalau kamu penasaran," lanjut Irene dengan tangan terlipat di dada. "Berkat kamu, aku jadi nggak tahu harus berbuat apa sekarang."
Apa yang salah dari Irene? Kurasa sejak tadi Irene bersikap seakan ia melihatku sebagai gangguan. "Apa maksudmu dengan 'berkat aku'?"
Irene menghela napas. "Berkat kamu yang terlambat mengantar Wendy ke Café Hometown, mereka berdua memutuskan untuk bekerja secara terpisah."
Hah? Jadi masalah seminggu lalu itu belum selesai? "Jadi Wendy sekarang ada di mana?"
"Kenapa aku harus memberitahumu? Kamu nggak bisa diandalkan," ujar Irene begitu jujur dan aku merasa ditusuk dari berbagai arah.
Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengetahui apa yang terjadi di antara Wendy dan Mark, sehingga aku bisa memutuskan tindakanku selanjutnya.
"Ceritakan intinya padaku, Irene. Aku nggak akan peduli dengan kamu yang benci padaku," balasku dengan nada menantang.
Kedua mata Irene membulat. Sepertinya perkataanku tepat sasaran. Irene membenciku karena akulah orang yang menyebabkan Wendy datang terlambat.
"Wendy sudah berhenti bekerja di Café Hometown dan pergi meninggalkan Mark," jawab Irene pelan. "Mereka berdua sudah memutuskan untuk mengejar impian sendiri-sendiri."
Bibirku setengah terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Aku tidak bisa berkata-kata, aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat ini. Sedih? Senang? Atau lega? Aku tidak tahu.
"Kalau saja hari itu Wendy tidak datang terlambat, hari ini dia masih bernyanyi di Café Hometown!" seru Irene membuatku terkejut. "Kenapa semua menjadi seperti ini!?"
Lupakan perasaanku, pikirkan apa yang dirasakan Wendy. Saat ini dia pasti sendirian, tidak tahu harus berbuat apa. Aku harus ke tempat Wendy dan menghiburnya.
"Irene, beritahu aku, di mana Wendy sekarang. Kumohon," kataku bersungguh-sungguh. "Kamu tahu di mana dia sekarang, 'kan?"
Dengan tangannya, Irene mengacak rambutnya frustasi. "Untuk apa aku memberitahumu? Nggak ada yang bisa kamu lakukan! Wendy dan Mark, seharusnya mereka bersama—"
"Karena aku mau Wendy tertawa lagi!" seruku berteriak, menarik perhatian dari orang yang berlalu-lalang. "Aku mau membahagiakan Wendy, apa kamu nggak mau melakukan hal yang sama?"
Sial, aku pasti sudah gila. Apa yang baru saja kukatakan? Aku hanya teman bagi Wendy. Yang dicintai Wendy adalah Mark. Keberadaanku tidak bernilai di mata Wendy.
Tapi bagaimanapun, aku tidak ingin Wendy bersedih. Bagaimana jika di suatu tempat, Wendy mencoba untuk bunuh diri? Bukankah itu jauh lebih buruk?
Tidak adakah yang bisa kulakukan? Aku harus membalas kebaikan Wendy padaku. Kebaikan Wendy yang melalui suaranya saja sudah membuatku tidur nyenyak setiap malam.
Beberapa menit kemudian, Irene bertanya, "Suga, apa kamu serius?"
"Aku serius," jawabku tegas. "Aku nggak bisa diam saja."
Dengan wajahnya yang sudah jauh lebih tenang, Irene menyerahkan selembar kertas catatan padaku. Dilihat dari pulpen yang dibawanya, Irene pasti baru saja menulis di atas kertas ini.
"Itu adalah alamat rumah Wendy. Dia belum keluar rumah sama sekali sejak Hari Sabtu lalu," jelas Irene dengan tatapan sayu. "Pergilah. Kalau perlu, bawakan makanan untuknya."
Aku menundukkan kepala. "Terima kasih, Irene! Ini sudah sangat cukup—"
"Aku belum selesai," sambung Irene cepat. "Sampaikan pesanku untuk Wendy. Bilang padanya, jangan menyerah lagi. Karena aku akan mengabulkan permintaannya mulai hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fanfic[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...