[ MARK ]
Sekarang aku mengerti mengapa kata 'rindu' itu ada.
Saat aku masih muda dulu, yang kupikirkan adalah bermain. Ya, tentu saja aku punya kegiatan sekolah, tapi bisa dibilang, aku tidak terlalu serius dalam belajar. Dan tidak pernah sekalipun aku berpikir betapa besar perjuangan orang tuaku dalam membesarkanku.
Ayahku adalah seorang pengusaha, mendirikan bisnis berupa Café Hometown mulai dari nol. Beliau tidak pernah mengeluh di depanku, apapun yang kuminta pasti beliau akan memberikannya sambil tersenyum.
Ibu adalah wanita luar biasa yang sabar menghadapi empat anak kandungnya yang berbeda sifat. Ibu selalu siap menjadi tempatku bercerita karena di sekolah aku tidak memiliki teman yang bisa kupercaya sepenuhnya.
Aku merindukan mereka. Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih pada mereka secara langsung.
Mencari uang ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Selalu saja ada tantangan dan hambatan yang datang padaku. Tapi apa kalian tahu apa yang membuatku bisa bertahan?
Teman dan keluarga. Mereka adalah sumber motivasi dan semangatku. Percayalah, kamu tidak akan tega berhenti bekerja jika memikirkan teman dan keluargamu.
Kedua orang tuaku bisa bekerja keras dan menjadi sukses seperti sekarang adalah karena kehadiran teman-teman dan keluarga. Lalu dari sana lah perasaan bernama cinta itu tumbuh.
Dua minggu sejak Wendy berhenti bekerja di Café Hometown dan bohong jika aku berkata aku tidak merindukannya.
Aku sangat merindukan Wendy. Tidak cukup mengetahui kabar Wendy hanya dari Irene, aku ingin sekali menemuinya. Tapi aku tidak bisa karena aku memiliki setumpuk pekerjaan yang harus kuselesaikan.
Terserah kalian jika kalian mau bilang bahwa aku hanya mencari alasan. Apa kalian yakin Wendy ingin bertemu denganku setelah dia sendiri yang memutuskan untuk bekerja terpisah dariku?
Kalian cukup menjadi saksi bahwa aku bisa bekerja keras meski aku sudah kehilangan Wendy. Masih ada beberapa orang yang ingin aku banggakan. Orang tuaku, teman-temanku, dan atasanku.
Mataku yang sedang membaca naskah episode terakhir hasil karya tim lain teralihkan saat seseorang mengetuk mejaku. Pelakunya adalah Penulis Choi alias ketua timku.
"Choi sunbae," sapaku setelah berdiri dan membungkuk hormat. "Maaf, aku tidak tahu kalau sunbae ada di sini."
"Aku baru saja datang, kok," jawab Penulis Choi santai. "Kamu sedang membaca apa? Oh, naskah drama yang dibuat tim lain?"
Entah sejak kapan aku terbiasa dengan suasana bekerja di SBS TV. Di antara para penulis naskah pun ada yang namanya kompetisi. Bukan tanpa tujuan kami dibagi menjadi beberapa tim. Karena hanya naskah terbaik lah yang akan terpilih untuk dijadikan drama.
"Kamu tenang saja, Mark. Sudah pasti naskah kita yang akan terpilih," ujar Penulis Choi sambil tersenyum. "Kita, 'kan, sudah bekerja keras menyusunnya."
Setelah melalui beberapa kali revisi, naskah yang sudah terkumpul akan diseleksi oleh para produser bersama ketua penulis naskah. Sebagai salah satu orang yang berpartisipasi dalam pembuatan, yang bisa kulakukan saat ini adalah menunggu hasil rapat dengan hati cemas.
"Ngomong-ngomong, ada perlu apa sunbae datang ke mejaku?" tanyaku mengingat bagaimana Penulis Choi tadi mengetuk mejaku.
Sebagai jawaban atas pertanyaanku, Penulis Choi memberiku beberapa lembar kertas yang terdapat tanda resmi dari SBS TV. Apa ini? Surat bahwa aku akan dipecat?
"Kamu mau coba ikut sayembara?" tanya Penulis Choi dengan tangan terlipat di depan dada. "Itu sayembara resmi yang diadakan oleh SBS TV."
Seketika tanganku bergetar begitu hebat. Ini bukan mimpi, 'kan? Aku mendapat tawaran untuk mengikuti sayembara! Luar biasa, aku sama sekali tidak percaya.
Untuk kalian yang tidak tahu, setiap satu tahun sekali, produser SBS TV akan mengadakan sayembara untuk mencari naskah terbaik yang akan dijadikan drama di awal tahun. Sayembara ini bebas diikuti oleh siapa saja, termasuk oleh orang umum.
Mengapa hanya untuk drama di awal tahun? Karena itu adalah masa-masa tidak efektif. Masyarakat masih terbawa suasana tahun baru sehingga drama di TV sering diabaikan. Otomatis, produser TV tidak mau menayangkan drama dengan aktor aktris terbaik di saat itu.
Sebagai ganti untuk mengisi waktu tayang, stasiun TV akan memutar drama hasil sayembara. Bisa dibilang sebagai pembuka tahun yang baru untuk menunjukkan pada masyarakat, drama seperti apa yang menjadi ciri khas dari suatu stasiun TV.
"Aku mau ikut," jawabku tanpa berpikir panjang.
Sekedar tambahan informasi untuk kalian, sayembara ini tidak boleh diikuti oleh orang yang sudah terjalin kontrak dengan stasiun TV, seperti Penulis Choi. Karena aku masih seorang asisten yang belum dikontrak total, aku boleh berpartisipasi dalam sayembara.
"Tema tahun ini adalah impian dan cinta," lanjut Penulis Choi. "Batas pengumpulan adalah saat perayaan chuseok, berarti sekitar Bulan September."
Gawat, aku jadi bersemangat. Sayembara ini bisa menjadi ajang pembuktianku pada semua orang bahwa aku memang bisa menjadi seorang penulis naskah.
Saat ini adalah akhir Bulan Maret. Itu berarti aku masih punya waktu sekitar 6 bulan untuk menyelesaikan naskah drama.
Iya, aku bisa. Aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku dalam sayembara ini.
"Mark," panggil Penulis Choi setelah aku selesai membaca seluruh syarat dan ketentuan yang berlaku. "Kamu tahu kenapa aku menawarkan sayembara padamu, bukan pada Asisten Kim?"
Aku menggigit bibirku kemudian menggeleng. Benar juga. Kenapa Penulis Choi tidak menawarkan Asisten Kim untuk ikut serta? Dia sudah jauh lebih berpengalaman dariku.
"Karena kamu masih muda. Kamu adalah ekspresi dari impian dan cinta," jelas Penulis Choi sambil tersenyum. "Jadi, susunlah naskah sebaik mungkin. Kalau butuh bantuan, kamu boleh datang padaku."
Kata-kata dari Penulis Choi membuka pikiranku tentang apa arti impian dan cinta. Dan untuk saat ini, aku hanya bisa mengucapkan, "Terima kasih, sunbae."
Kepada Ayah dan Ibu di Los Angeles. Maaf, sepertinya aku tidak bisa mengambil cuti untuk pergi menemui kalian. Masih ada hal yang ingin kulakukan di sini.
Kalau kalian ingin tahu alasanku, kalian harus bertemu dengan Wendy. Dia perempuan luar biasa yang sudah pernah jatuh bangun berkali-kali untuk meraih impiannya.
Kami terjerat cinta dan perpisahan kami memberi arti tersendiri. Bertemu dengan Wendy membuatku sadar bahwa manusia akan berubah, seiring dengan perkembangan mereka terhadap dunia.
Kurasa Seoul adalah tempat yang tepat bagiku. Kota ini menerimaku dan membuatku menjadi lebih kuat. Aku sudah menghadapi berbagai macam perasaan, mulai dari senang, susah, bingung, marah, dan sedih.
Yang saat ini aku hadapi adalah rindu. Bukan hanya Ayah dan Ibu yang aku rindukan, aku juga merindukan masa kecilku. Tapi aku senang menjadi dewasa karena di masa inilah aku berambisi untuk mencari kebahagiaan.
Rindu itu memang ada, supaya kita tahu arti dari berterima kasih.
Dan saat aku bertemu Wendy lagi suatu hari, yang ingin kuucapkan pertama kali padanya adalah 'terima kasih'.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fanfic[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...