[ IRENE ]
Ya Tuhan, aku ingin kabur. Mengapa aku harus menghadapi situasi seperti ini?
Kalau kalian selama ini mengira aku orang yang terbuka, kalian salah. Aku sebenarnya sangat pemalu dan baru bisa membuka diri jika aku sudah dekat dengan seseorang.
Manajerku harusnya tahu tentang ini tapi mengapa aku tetap disuruh bertemu dengan lima laki-laki yang menjadi staff pembuat MV? Ah, aku bisa gila.
Ini mungkin bisa menjadi kabar gembira. Ya, aku baru saja terpilih sebagai model MV untuk lagu It Gets Better yang sudah menempati peringkat satu di digital chart selama hampir dua minggu. Lagu ini terbukti sangat populer. Tapi aku sendiri belum pernah mendengarkan lagu ini.
Lalu hari ini, aku harus bertatap muka dengan lima staff yang ternyata semua laki-laki. Kalau tahu begini, aku tidak akan semangat memesan tempat di Café Hometown dan membiarkan mereka yang memilih tempat untuk diskusi.
Saat ini aku sendirian di meja yang sudah aku pesan pada Mark. Aku juga sudah memesan Creamy Daegu favoritku dan menunggu para staff datang.
Hah, bagaimana kalau semua staff itu om-om tua dan berbau rokok? Atau laki-laki dengan rambut di sekujur tubuh? Membayangkannya saja sudah membuat tubuhku gemetar.
Mataku menangkap pintu Café Hometown yang terbuka. Lima laki-laki muda masuk dan salah satu dari mereka membawa selebaran kertas. Mereka mengamati sekeliling ruangan dengan hati-hati.
Apa mereka anak kuliahan yang sedang observasi Café Hometown? Ada-ada saja tugas zaman sekarang.
Tapi anehnya saat salah satu dari mereka bertatapan denganku, dia memberitahu teman-temannya yang lain. Oh, tidak. Apa aku terpilih menjadi subjek observasi?
Kini mereka berlima ada di hadapanku. Salah satu dari mereka bertanya, "Nona Bae Irene?"
Aku mengangguk. Bagaimana mereka bisa tahu namaku? Ah, jangan-jangan mereka staff MV? Kenapa mereka terlihat sangat muda?
"Baguslah! Maaf, kami terlambat. Saya Kim Namjoon, produser," kata laki-laki tersebut sambil tersenyum. "Ini meja untuk kami?"
"Iya. Saya Bae Irene, salam kenal," ujarku canggung. Mereka tidak bau rokok, syukurlah. "Silakan duduk."
Setelah mereka semua duduk, satu per satu mulai mengenalkan diri. Yang memulai pertama adalah laki-laki yang ternyata membawa fotoku. "Saya Kim Taehyung, fotografer. Kalau untuk MV ini saya jadi cameraman."
Kemudian disusul yang berwajah panjang. "Saya Jung Hoseok. Saya menjadi editor dan juga konseptor."
Yang berbahu paling lebar kemudian tersenyum dan berkata, "Saya Jeon Jungkook yang akan menjadi lawan main anda."
Oh, jadi ini Jeon Jungkook yang bernyanyi di lagu It Gets Better? Ternyata dia juga masih muda. Ralat, mereka semua masih muda dan mungkin beberapa di antara mereka seumuran denganku.
Hanya tersisa satu dari mereka yang belum mengenalkan diri. Seorang laki-laki berwajah muram dan pucat, yang sedaritadi melipat tangan di dada. Dia seakan tidak tertarik dalam diskusi ini.
"Kenalkan dirimu," Namjoon menyenggol lengan laki-laki tersebut.
Dengan malas dia menghela napas dan berkata, "Saya Min Suga. Produser."
Suga? Laki-laki yang disebut produser jenius yang masih muda? Dan laki-laki yang menyampaikan pesan Wendy saat sahabatku tidak bisa masuk bekerja itu? Jadi ini orangnya?
"Maaf, dia tidak ramah," sahut Taehyung sambil tersenyum. "Dia tadi merengek karena kita janji untuk bertemu di Café Hometown."
"Hei, jaga bicaramu," balas Namjoon sedikit kesal. "Tolong jangan dipikirkan. Masalah selera itu sudah biasa, 'kan?"
Aku merengut. "Apa kita pindah tempat saja?"
"Nggak usah. Kami tidak apa-apa di sini," jawab Namjoon sambil tersenyum. "Apa kami boleh pesan sesuatu sebelum diskusi?"
"Oh, ya. Silakan," balasku asal. Kuharap diskusi ini cepat selesai. "Kalian bisa memesan minuman sesuai kampung halaman kalian."
Suga mengetuk-ngetuk meja dan menatap teman-temannya satu per satu. "Aku saja yang pesan untuk kalian semua."
Sudah kuduga laki-laki bernama Suga ini sangat malas untuk berdiskusi. Apa semua orang jenius seperti dia? Sombong dan selalu merasa di atas awan?
Tepat saat Suga sudah pergi menuju antrian pesanan, pintu Café Hometown terbuka dan Wendy masuk sambil tersenyum. Ah, yang kutunggu-tunggu. Moodbooster-ku seorang.
Aku melambaikan tangan dan Wendy membalas sambil berjalan menuju panggung. Dia membawa tas gitar seperti biasa dan pakaiannya hari ini berwarna monokrom.
Beberapa pengunjung Café Hometown bertepuk tangan meriah menyambut kedatangan Wendy. Mereka yang bertepuk tangan pasti sudah mendengarkan lagu Wendy di situs musik.
"Apa dia orang terkenal?" tanya Hoseok sambil menunjuk Wendy yang sudah berdiri di atas panggung.
"Dia sahabatku dan dia akan terkenal suatu hari," jawabku yakin. "Apa kalian sudah dengar lagunya? Dia mengisi soundtrack untuk webdrama. Judul lagunya 'You & Me'."
Mereka berempat menggeleng kompak. Ah, mengecewakan. Kurasa hubunganku dengan para staff akan tetap canggung sampai proses shooting MV selesai.
"Selamat sore semua! Jumpa lagi bersamaku, Wendy," sapa Wendy menggunakan microphone dengan suaranya yang ceria. "Apa kalian semua sehat?"
Lihat baik-baik, ya, kalian para staff. Sahabatku Wendy adalah calon penyanyi besar. Kalian harus perhatikan baik-baik dan mempertimbangkan Wendy untuk menandatangani kontrak dengan kalian.
"Apa kalian sudah mendengarkan laguku?" tanya Wendy pada semua pengunjung. "Terima kasih, ya. Apa kalian mau dengarkan aku nyanyi lagu itu? Oke, akan kunyanyikan khusus untuk kalian."
Di panggung kecil dengan penonton kurang dari tiga puluh orang saja, Wendy seakan siap memberi penampilan yang luar biasa. Sungguh, aku tidak sabar melihat Wendy bernyanyi di konsernya sendiri.
Alunan gitar mulai terdengar dan Wendy menyanyikan lagu ciptaannya dengan penuh penghayatan. Hanya Wendy penyanyi yang bisa membuat orang lain merasakan emosi lagu.
"Wah, dia hebat," puji Jungkook dengan mata membulat.
"Suaranya seperti malaikat," sambung Hoseok.
Namjoon menggigit bibir. "Aneh. Rasanya aku pernah mendengar suara ini di suatu tempat."
Hah? Apa kata Namjoon tadi? Dia pernah mendengar suara Wendy? Di mana?
Tiba-tiba aku merasakan aura aneh dari belakangku. Aku menoleh dan mendapati Suga yang berdiri seperti patung. Sejak kapan dia ada di sini?
"Nggak mungkin," gumam Suga dengan mata yang terkunci pada Wendy.
Dan tepat saat Wendy menyelesaikan nyanyiannya, Suga berlari menuju panggung, menarik tangan Wendy dan membawa sahabatku keluar dari Café Hometown.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...