[ MARK ]
Kondisiku belum fit untuk bekerja sepenuhnya karena kejadian kemarin. Aku masih tidak percaya Wendy meninggalkanku tidur di dalam Olympic Stadion setelah konser selesai. Syukurlah Jaebum dan teman-teman menemukanku dan aku bisa kembali ke café dengan selamat.
"Hoaaaaaam,"
Sudah sepanjang hari ini Jackson menguap tidak karuan sambil bekerja. Aku yang menjadi manajer saja cuma bisa geleng-geleng tidak percaya.
"Jackson, tahan nguapnya, dong. Nanti pelanggan kita kabur semua," candaku pada Jackson.
"Siap bos geng! Hoaaaaam," jawab Jackson membuatku tertawa kecil.
Ini sudah pukul lima sore dan Café Hometown sedang ramai karena banyak anak muda baru pulang sekolah dan pegawai kantor yang baru selesai bekerja. Café Hometown buka hingga pukul sebelas malam karena masih ada orang yang butuh minuman kami di saat itu.
"Coba ada Irene datang. Mataku bisa langsung buka," ungkap Jackson sambil membuat segelas Busan Frappe.
"Irene siapa?" tanyaku bingung. Aku yakin pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi ingatanku cepat sekali kabur.
"Irene yang biasa datang ke sini buat pesan Creamy Daegu. Kemarin juga datang," jelas Jackson cepat.
Oh, aku ingat. Perempuan cantik bersurai hitam lurus itu. Aku jadi mengerti mengapa Jackson ingin Irene datang ke Café Hometown. Paras Irene memang cantik dan bisa membuat lelaki manapun jatuh hati. Tapi tidak untukku.
"Kalau yang pesan Seoul Latte itu Wendy, kan?" tanyaku memastikan kemudian Jackson mengangguk.
Aku justru lebih tertarik dengan teman Irene yang bernama Wendy. Perempuan itu sangat menarik, tidak bisa ditebak, dan memiliki pemikiran yang dalam. Aku rasa dia lumayan introvert dan hanya bisa mengungkapkan isi hatinya begitu bertemu orang yang bisa dia percaya.
Kenapa aku bisa tahu? Karena aku sendiri juga introvert. Aku tidak pandai memulai pembicaraan dengan orang-orang baru dan lebih suka memendam segala sesuatu sendirian. Apa ini alasan kenapa aku tidak bisa segera menjadi aktor?
Ah, sudahlah. Kembalilah pada kenyataan. Aku tidak boleh memikirkan lagi impian yang sudah kubuang. Aku harus hidup bahagia di Seoul dan membuat kedua orang tuaku bangga.
"Wendy, selamat datang!"
Hah? Apa kata Jackson barusan? Wendy? Benarkah perempuan itu datang ke tempat ini?
Pengelihatanku tidak salah, Wendy memang baru saja masuk ke dalam Café Hometown. Wendy terlihat cantik dengan celana hitam serta kemeja bermotif bunga yang menampakkan sedikit area bahunya.
Those white milky skin that gave me sweet dream last night.
Mataku bertemu dengan mata Wendy dan aku sadar kalau pipiku sudah bersemu merah. Tapi Wendy tampak biasa saja, seakan perempuan itu tidak ingat bahwa aku semalam sudah tidur dengan nyenyak di bahunya.
"Langsung nyanyi saja," ujar Jackson sambil tersenyum saat Wendy berdiri tepat di hadapan kami. "Atau mau minum dulu?"
Wendy menggeleng kecil dan aku berani bersumpah, dia terlihat menggemaskan saat melakukannya. "Nanti saja deh setelah selesai. Aku mau Seoul Latte, ya."
Sial, aku bahkan bisa mencium aroma parfum yang dipakai Wendy saat perempuan itu pergi menjauh. Aku meneguk ludahku sendiri, seperti serigala yang menahan diri untuk memangsa kelinci.
Ayah, maafkan aku. Maaf karena aku sudah menjadi laki-laki yang mengecewakan.
Kalau aku tidak bisa mengembangkan Café Hometown lebih jauh dari sekarang, apa aku boleh membawa Wendy ke Los Angeles dan memperkenalkannya sebagai istriku?
Gila, gila, gila. Aku sudah gila.
"Mark, kok bengong?" tanya Jackson membuatku tersentak. Sial, aku tertangkap basah sedang memikirkan Wendy!
"Nggak apa-apa," sanggahku cepat. "Ngomong-ngomong, kenapa Wendy datang ke sini? Dia mau ngapain?"
Jangan bilang kalau dia mau menemui salah satu dari pegawai Café Hometown. Apa dia punya hubungan spesial dengan Jinyoung? Atau jangan-jangan dia pacar Jaebum? Oh, tidak. Jangan sampai itu benar.
"Wendy itu penyanyi tetap café kita," jawab Jackson dengan nada bangga. "Irene yang bawa Wendy ke sini dan dinilai sama Jaebum. Dan kami sepakat kalau dia boleh nyanyi di sini."
"Nyanyi?" tanyaku tidak percaya. Oh, Wendy bisa nyanyi?
"Iya, nyanyi. Enak banget, dah, pokoknya! Sampai bikin semua orang diam," cerita Jackson.
Aku menggigit bibir. "Dia dibayar berapa?"
Jackson mengangkat bahu. "Mana aku tahu. Itu urusan Jaebum, sih. Diskusikan saja dengan Jaebum. Kan kamu manajer café yang baru. Tapi kami sudah sepakat untuk memberi Wendy minuman gratis di sini."
Aku baru tiba di sini beberapa hari yang lalu jadi wajar jika Jaebum belum membahas hal ini denganku. Tapi aku ingin berterima kasih pada Jaebum karena berkat dia, aku bisa bertemu lagi dengan Wendy hari ini.
"Selamat sore semua," suara Wendy yang lembut terdengar di seluruh Café Hometown. Bahkan tangannya yang menggenggam microphone terlihat indah di mataku. "Aku akan menemani kalian selama dua jam ke depan."
Wendy mengangat gitar yang sudah tersedia di panggung, mengambil duduk di sebuah kursi putih, dan menatap sayu semua orang yang ada di dalam café. She's looking like a goddess.
"Ini lagu pertama," kata Wendy sambil tersenyum. "Lagu Cashmere Cat featuring Ariana Grande dengan judul Quit."
And you say that I'm the devil you know
And I don't disagree, no, I don't see the harm
They say, "You crazy, just leave him, he'll suffocate you."
But I wanna be in your arms
...............Suara Wendy berhasil menghipnotis semua orang, termasuk aku. Apa yang sedang Wendy lakukan, aku tidak mengerti. Di mataku, dia tidak sedang bernyanyi. Tapi dia sedang bercerita.
Pada siapakah kau bercerita, Wendy? Apa kau sama seperti diriku, yang sedang berjalan di sebuah jalan yang kabur, dengan ujung yang tidak jelas?
Tatapan mata, gerakan tangan, bentuk bibir, gerakan tubuh, semua yang ada pada diri Wendy, membuatku ingin mengenalnya lebih jauh. Tidak melalui sebuah lagu, tapi melalui sebuah rasa.
"Jackson, aku boleh minta tolong?" tanyaku dengan suara pelan, seperti berbisik.
"Minta tolong apa?" tanya Jackson penasaran, dia juga terhipnotis dengan nyanyian Wendy.
Aku mengambil napas. "Bisa ajarkan aku cara membuat Seoul Latte? Aku mau membuatnya untuk Wendy, setelah dia selesai bernyanyi."
Aku dan Wendy sama-sama introvert, karena itu aku akan maju duluan. Tidak akan ada yang berubah jika aku tetap diam dan menunggu.
Jangan gagalkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Concert ✔️
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] Semua dimulai setelah konser, di mana Mark melihat Wendy bernyanyi di café miliknya. Ini kisah tentang empat manusia yang berusaha hidup di tengah kerasnya Kota Seoul. Empat manusia yang bertemu secara tidak sengaja dan terbelit jalin...