47

870 194 46
                                    

[ SUGA ]

Jumpa lagi denganku, laki-laki membosankan.

Mungkin kalian sudah tahu, kalau lagu buatanku dan Namjoon yang dinyanyikan oleh Jeon Jungkook berhasil menempati peringkat satu di digital chart. Prestasi yang gemilang, bukan? Apa kalian mau lihat foto cover-nya? Sini, aku perlihatkan.

 Prestasi yang gemilang, bukan? Apa kalian mau lihat foto cover-nya? Sini, aku perlihatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah foto cover-nya. Foto ini diambil oleh Kim Taehyung dan di-edit oleh Jung Hoseok. Sekarang, mereka berdua resmi bergabung dengan timku.

Selain kedua hal yang sudah kusebutkan, hidupku berlangsung sangat datar. Sejak aku sadar bahwa aku benar-benar patah hati dan kehilangan Wendy, hidupku sudah tidak berwarna.

Apa aku berlebihan? Sekarang aku tahu mengapa pengalaman cinta sangat penting. Pengalaman cinta membuatku makin semangat menulis lagu. Dan membuatku siap menghadapi proses-proses selanjutnya.

Tapi aku masih menunggu seseorang. Aku masih menunggu pemilik suara favoritku datang padaku. Seharusnya sekarang nama kami mulai terkenal dan dia bisa mengajukan CD ke tempat kami. Lalu kenapa dia belum datang juga?

Namjoon memberitahuku bahwa sejak akhir tahun lalu, pemilik suara itu tidak terlihat di perusahaan rekaman manapun. Namjoon sudah bertanya pada semua orang yang ia kenal dan hasilnya tetap nihil.

Selama menunggu kedatangan perempuan itu, aku mendengarkan CD yang berisi suaranya setiap malam. Suaranya seakan berusaha menyuruhku tidur, pada malam-malam aku patah hari karena Wendy.

Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin mendengarkan suaranya setiap hari. Aku ingin membuatkan lagu untuknya.

Sejak patah hati, aku jadi semakin aneh. Jungkook yang tahu masalahku, memberiku saran agar menelepon orang yang sudah membuatku patah hati, agar aku bisa merasa sedikit lega.

Mungkin sekarang saat yang tepat. Karena aku harus bisa membuat hatiku lebih ringan.

Tentu saja, aku sudah memiliki nomor ponsel Wendy. Yang harus kulakukan adalah tinggal menekan tombol telepon dan menunggu panggilanku diangkat.

"Halo?"

Tunggu dulu... Mengapa suara Wendy berbeda dari biasanya? Suara Wendy terdengar seperti pemilik suara yang aku suka itu.

"Ah, aku Suga. Apa aku mengganggumu?" tanyaku kemudian aku menutup pintu studio rapat-rapat. Jangan sampai ada yang tahu aku sedang menelepon seorang perempuan.

"Nggak, kok. Aku sedang nggak sibuk. Suga apa kabar? Kata orang tuaku, kamu pergi mencariku di hari ulang tahunku, ya?"

Apa suara Wendy daridulu terdengar seperti ini? Samar-samar aku mendengar suara yang sama dengan pemilik suara itu. Ah, aku pasti sudah gila karena patah hati ini.

"Iya, aku datang ke Rumah Sakit, tapi kamu nggak ada," balasku dengan jantung yang berdegub tidak karuan.

"Aku ada acara sama teman-temanku, maaf, ya? Harusnya kamu telepon aku dulu hari itu,"

Teman apa pacar, Wen? Karena hari itu aku lihat pipi kamu dicium oleh manajer Café Hometown. Hanya sebuah ciuman di pipi dan itu sudah bisa membuat pertahananku runtuh.

"Kalau begitu aku juga minta maaf karena nggak telepon kamu dulu," kataku dengan nada datar. Seandainya hari itu aku datang lebih cepat, aku mungkin tidak akan merasa sekesal sekarang.

"Aku dengar dari manajerku, kalau kamu itu Suga yang produser muda jenius. Itu beneran?"

"Memangnya siapa lagi orang bernama Suga selain aku?" tanyaku kembali dengan ketus.

Iya, aku tahu, aku jahat. Sikapku ini hanya akan mengundang kebencian dan hinaan dari para perempuan. Terserah sajalah. Tanpa mereka juga aku masih bisa dapat uang.

"Wah, jadi beneran, ya? Aku suka banget sama lagu It Gets Better, setiap hari aku putar. Dan ternyata produsernya kamu. Keren banget,"

Hatiku terombang-ambing oleh Wendy. Dia tidak pernah merasa takut padaku. Dia tidak merendahkan atau menganggapku orang sombong. Wendy memang berbeda.

Dan lagi-lagi aku merasa suara Wendy mirip sekali dengan pemilik suara semanis madu itu. Gawat, ini benar-benar gawat. Cintaku pada Wendy sudah meluap, hingga di pikiranku hanya ada Wendy.

"Terima kasih," jawabku sewajar mungkin. "Mama kamu sehat?"

"Oh, iya. Kabar baik, besok Mama akan berangkat ke Belanda untuk operasi pengangkatan sel kanker di sana. Aku benar-benar senang, motivasiku untuk kerja sudah kembali,"

"Syukurlah," balasku dan tanpa sadar aku tersenyum.

Mana Jeon Jungkook? Aku harus lapor padanya, bahwa menelepon Wendy justru membuat perasaanku makin kacau dan makin parah.

"Aku juga sedang berusaha mewujudkan impianku. Mungkin sudah terlambat untukku, tapi aku masih ingin mencoba. Aku ingin berubah,"

"Nggak ada kata terlambat," sahutku spontan. "Kalau kamu memang menginginkan itu, kejarlah."

Jarang ada orang di dunia ini yang bisa hidup tanpa merasa menyesal. Dunia ini seakan berputar pada rotasi yang berbeda dengan kita. Sebagai manusia, mengikuti arus mungkin cara paling aman.

Tapi kita tidak akan tahu apa yang ada di belahan dunia lain jika kita tidak mencoba. Kita mungkin kehilangan pelangi saat berteduh menghindari hujan.

Karena itu, Wendy, jangan menyerah. Masih banyak yang bisa kamu lakukan.

Aku hanya mengatakan hal ini di dalam hatiku, karena aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakan secara langsung pada Wendy. Dia sudah pasti milik orang lain, 'kan?

"Terima kasih, Suga. Kamu benar-benar baik,"

Wendy selalu berterima kasih padaku. Aku tahu Wendy pasti masih ragu dengan impiannya. Karena tidak ada orang yang bisa memperkirakan kesuksesan mereka secara pasti. Karena itu yang bisa kulakukan adalah hanya memberi Wendy dukunganku.

"Jaga kesehatanmu. Makan yang banyak, biar nggak pingsan," ujarku menasehati. "Terakhir, jaga suaramu. Kamu mau jadi penyanyi, 'kan?"

"Terima kasih banyak, Suga,"

Kamu tahu, Wendy? Seaindainya kamu adalah pemilik suara yang aku cari itu, mungkin aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu. Tapi kamu bukan pemilik suara itu dan kamu adalah milik orang lain. Takdir sudah bermain dengan kejam untukku.

Aku benci jatuh cinta seperti ini. Aku benci bergantung pada perasaan ini untuk berkarya. Aku benci patah hati.

"Salam untuk Papa dan Mama kamu," kataku dengan nada pasrah. "Dan semoga impianmu terwujud."

"Terima kasih, Suga. Mungkin suatu hari kita bisa kerja sama dalam mengerjakan lagu,"

Mungkin. Jika Wendy berhasil menjadi penyanyi terkenal dan aku memiliki lagu yang pas untuk suaranya, kemungkinan besar aku bisa bekerja bersama Wendy.

Aku tidak bisa menghindar jika takdir mengharuskanku untuk bertemu dengan Wendy lagi. Kali terakhir aku mencoba membuat takdirku sendiri, hasilnya adalah diriku yang patah hati.

Kurasa akan sulit untuk melupakan Wendy dalam waktu dekat ini.

After the Concert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang