-TRAILER HELLO A-
-----
SETIAP sekolah pasti memiliki beberapa murid yang hobby keluar masuk ruang Bimbingan Konseling, atau nama yang tidak pernah absen tertulis di buku hitam sekolah. Entah karena tidak mematuhi tata tertib sekolah, berkelahi, bolos lewat gerbang yang jarang di patroli oleh guru, ketahuan mengisap tembakau ramai-ramai di belakang aula, membawa make-up berlebihan, atau membuat peraturan sendiri seperti memakai sepatu berlist putih, baju di ketat-ketatkan berasa artis sedang foto model, rambut di cat warna-warni, celana berasa pakai jeans, rok seperti kekurangan bahan, memakai aksesoris seperti dukun, atau bibir bergincu semerah janda. Tidak sedikit pula siswa-siswi yang menegakan aksi senioritas pada pihak yang di anggap lemah.
Waktu masih menunjukan pukul delapan pagi, namun rasanya panas matahari pagi ini seperti pukul dua belas siang. Menyengat. Membuat satu-satunya siswa yang kini berdiri di lapangan berulang kali menyeka bulir keringatnya yang jatuh.
"Kamu lagi, kamu lagi," ketukan penggaris kayu panjang menghentak diatas paving block lapangan, "Bosen saya lihat kamu melulu." ucapnya kembali sambil mondar-mandir. Tak lupa melemparkan tatapan intimidasi pada siswa tersebut, seperti siap mencabik-cabik lewat tatapan mata yang tajam.
Mau tidak mau, si tersangka utama mengangkat kepalanya yang sejak sepuluh menit terakhir menunduk, dan benar saja setelah itu sinar matahari langsung menusuk kornea matanya.
"Sama dong, Bu. Saya juga bosen lihat ibu terus, ibu sih, udah tau bosen tapi masih di liatin juga." katanya kalem, sama sekali tidak ada beban. Tidak lagi takut melihat penggaris kayu yang bisa jadi sewaktu-waktu siap menghantam punggungnya.
Dari berjalan mondar-mandir, guru itu kini berdiri tegap menatap tajam anak muridnya. Lalu ketukan penggaris kayu terdengar keras, "Alvino Ghayda."
Alvino Ghayda, satu-satunya nama yang paling banyak tertulis di absensi ketertiban sekolah. Hanya dia yang paling rajin mengisi absensi ketertiban dengan namanya. Entah dengan alasan berkelahi, membuat onar, terlambat, melanggar peraturan, atau ketahuan merokok di WC juga di belakang aula bersama teman-temannya. Pokoknya, ada-ada saja yang membuat namanya lagi-lagi tertulis diabsensi ketertiban.
"Iya, Bu Risma?" Alvi tersenyum simpul, meski dalam hati mengumpat habis-habisan.
Guru itu, Bu Risma, memicingkan matanya melihat kejanggalan dari penampilan Alvi, "Mau jadi boyband kamu?" cibirnya mengomentari rambut Alvi yang begitu mecolok.
"Saya?" Alvi menunjuk dirinya sendiri, lalu tertawa sambil mengibas tangan di depan wajah, "Boro-boro jadi boyband Bu, pulang diatas jam sepuluh malem aja udah di telponin seribu kali."
Bu Risma menatap galak pada Alvi yang tersenyum kalem. Suara ketukan sepatu pantofel terdengar nyaring di atas paving block, yang berarti guru itu sedang berjalan mendekat ke arah Alvi yang berdiri di pinggir lapangan.
"Rambut kamu kenapa bisa warna abu-abu?" Bu Risma kembali melempar pertanyaan dengan galak, membuat yang ditanya kembali melempar senyum tanpa dosanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
Teen FictionAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...