SEJAK perdebatan kecil di ruang tengah pagi tadi, Lula lebih banyak diam, dan hanya mengurung diri seharian di dalam kamar. Bahkan merasa biasa saja ketika Arka pulang siang ini. Biasanya di hari libur seperti ini dirinya mengusik hari libur kedua kakaknya. Seperti mengajak mereka pergi ke mall, jalan-jalan mengelilingi Jakarta, memaksa mereka menemaninya pergi ke toko aksesoris perempuan, menodong Zio agar mau menaktirnya makan, mengajak mereka berenang pada sore hari, atau mengajak Arka anak hits ibukota nongkrong di cafe pada hari libur.
"Dek," panggil seseorang ketika pintu kamar terbuka, menampakan seorang lelaki bertubuh tinggi yang berdiri di ambang pintu.
Lula langsung menoleh dan menegakan punggung, "Abang?"
"Kenapa nggak turun?" tanya Arka sudah duduk ditepi tempat tidur, "Nggak kangen sama abang kamu yang ganteng ini?"
Lula berdecih sambil tersenyum, "Aku nggak tau kalo abang pulang." kilahnya sambil melempar pandang.
"Masasih? Kok abang cium bau-bau kebohongan ya?" Arka mengenduskan hidungnya di sekitar tubuh Lula.
Lula cemberut, "Abang apaan sih?"
"Mau ikut abang nggak?" tanya Arka menaikan alis genit.
"Kemana?"
"Jalan-jalan dong, kan kamu biasanya ngajakin abang pergi kalo libur gini." Arka mengacak rambut Lula gemas. "Terus malakin abang buat beliin kamu stiker line." sambung Arka terkekeh.
Biasanya jika Arka menawarkan diri lebih dulu untuk mengajaknya jalan-jalan mata Lula langsung berbinar dan mulutnya langsung bersorak riang. Namun tidak kali ini.
"Enggak ah," tolak Lula menurunkan bahu tak semangat, "Stikernya udah banyak." katanya beralasan.
"Terus maunya apa dong? Kok jadi lesu gini?"
"Ajakin aku ketemu sama Shawn Mendes aja." pinta Lula bernegosiasi.
Arka terkekeh tertahan dengan tangan mengaruk daun telinga, "Tidur aja dek, nanti kamu ketemu mereka kok, di dalem mimpi tapi ya."
Lula meringis, "Tuh kan,"
"Kamu mintanya aneh-aneh." Arka mengusap wajah Lula, "Kalo kamu mau jalan atau mau di temenin kemana gitu, sebut nama abang tiga kali. Oke?"
Lula terkekeh kecil, "Oke."
Arka mengacak rambut cokelat milik Lula dan memberikan satu kecupan di pipi adik perempuannya, kemudian beranjak berdiri menuju pintu kamar.
Lula menghela napas panjang, kembali menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghadap langit-langit kamar. Ia meraih ponsel yang sejak tadi belum di sentuhnya, dahinya mengeryit melihat notifikasi yang masuk di ponselnya.
'Ladeonmahesa menyukai foto anda.'
'Danuarpr ingin mengirimi anda pesan.'
'Gerald Danuar (@danuarpr) meminta untuk mengikuti anda.'
'Alea Putri (@leaput) meminta untuk mengikuti anda.'
'Domino Arsaneo (@domineo) meminta untuk mengikuti anda.'
'Kiranata ingin mengirimi anda pesan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
Teen FictionAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...