SETIAP hari libur sekolah Alvi selalu menyempatkan diri untuk lari pagi. Namun sudah satu bulan belakangan ini dirinya tidak pernah merasakan udara subuh, juga jarang berolahraga semanjak keluar dari futsal di sekolah. Oleh karena itu hari ini Alvi memutuskan untuk lari pagi.
Kemarin Alvi sudah janjian dengan Lula untuk mengajaknya lari pagi di sekitar komplek. Tapi cewek itu tidak membalas pesannya atau mengangkat teleponnya. Alvi mendesah berat, dirinya sudah siap dengan setelan celana training dipadu baju kaos oblong berwarna putih serta sepatu olahraga bersimbol centang warna abu-abu.
Prioritas: Beb, jadi?
Alvi melihat jam di ponselnya.
5.37 am.
"Ya ampun, masih tidur nih kayaknya." gumamnya gemas sambil berjalan keluar pagar dan menyebrang menghampiri rumah di depannya.
Alvi menekan bel yang berada di pinggir dinding pagar tanpa ragu. Bel pertama tidak mendapat sahutan, setelah menekan bel keempat barulah pintu pagar bergeser dan menampakan wajah khas bangun tidur milik Mama Lula.
"Nak Alvino?" suara berat wanita paruh baya itu terdengar.
Alvi nampak terkejut dan membungkuk menyalimi tangan Tante Ranti sopan, "Maaf tante, saya banguni tante pagi-pagi kayak gini."
Tante Ranti mengucek matanya, "Enggak, tante emang mau bangun kok. Ada apa Alvi?" tanya Tante Ranti menyunggingkan senyum ramah.
Alvi jadi tidak enak, serius. "Maaf tante, kemarin udah ada janji sama Alula buat lari pagi bareng. Tapi kayaknya dia belum bangun, ya?" Alvi berkata kikuk.
"Belum bangun dia jam segini, Nak."
Alvi mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Oh ya udah Tante, saya lari sendiri aja."
"Yah jangan," Tante Ranti menyentuh lengan Alvi, "Masuk aja, kamu bangunin sendiri di kamarnya."
Alvi melongo tak percaya, Tante Ranti memercayainya?
"Alula kalo libur susah di bangunin, mana mau dia bangun kalo tante yang suruh. Coba kalo kamu, pasti langsung bangun." perjelas Tante Ranti yang menyadari keterdiaman Alvi.
"Beneran, tan?" kata Alvi ragu.
Tante Ranti mengangguk antusias membuat Alvi cengegesan menggaruk daun telinganya.
Lampu ijo nih dari calon mertua.
Alvi sudah melepaskan sepatu dan masuk kedalam rumah Lula, keadaan rumah begitu sepi dan sebagian lampu masih padam karena belum di hidupkan. Dengan gerakan ragu ia menaiki tangga dua sekaligus. Ragu karena nanti dikira cowok mesum yang memasuki kamar perempuan, dan ada senangnya karena bisa melihat Lula sehabis bangun tidur.
Setelah sampai di depan pintu kamar Lula, Alvi membatu selama dua menit dengan tangan yang memegang handle pintu. Matanya membaca tulisan di depan pintu tersebut.
🦋My room is my privacy.🦋
Knock it.
Don't login before you can get permission.Princess, Alula.
Hanya tulisan seperti itu sudah mampu membuat sudut bibir Alvi tertarik melengkung keatas. Alvi terkekeh pelan.
"Wah, si bagong tidur disini." ucap Alvi melebarkan mata setelah pintu terbuka.
Di kamar bernuansa pink putih ini terdapat dua manusia berbeda gender sedang tertidur pulas. Zio tertidur di karpet beludru dengan posisi meringkuk, sedangkan Lula tertidur di atas tempat tidur dengan posisi terlentang. Selimut sudah tersibak dari tubuhnya, bantal guling sudah jatuh dari atas tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
Novela JuvenilAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...