EKSPEKTASI mengenai Alvi yang psikopat buyar seketika setelah motor berbelok ke alamat yang Lula sebutkan. Sedikit bernapas lega melihat daerah ini ramai oleh penduduk. Jadi Lula tidak perlu khawatir jika seandainya Alvi berniat macam-macam, ingin menculiknya misalnya.
Di sepanjang perjalanan hanya terjadi kebisuan, yang mengisi pendengaran keduanya hanya suara bising hiruk-pikuk jalanan. Alvi sama sekali tidak membuka suara, terakhir Alvi bicara saat menanyakan dimana alamat yang akan mereka tuju.
Alvi tidak membawa motor sekencang pembalap Valentino Rossi, tidak ada embel-embel rem mendadak seperti sinetron-sinetron yang Lula tonton di televisi. Pokoknya, Lula merasa naik Go-jek. Yah, katakanlah seperti itu meski ia tidak pernah merasakan naik Go-jek.
"Udah sampe tuan puteri ..."
Suara itu membuyarkan Lula dari pikirannya yang bercabang kemana-mana.
"Eh?!"
Lula mengedarkan pandangan ke sepenjuru arah dan benar, ternyata sudah sampai tepat di depan rumah barunya. Alvi ... tahu rumahnya?
"Lo-"
"-nyaman banget, sampe gue nggak sadar kalo udah sampe." Alvi menyela sekaligus menyambungkan ucapan Lula yang terpotong, "Iya?" tanyanya membuat Lula lupa ingin berkata apa.
Refleks Lula memegang pundak Alvi guna membantunya turun. Tidak tahu seberapa merah pipinya menahan malu, ia mencoba mengalihkan dengan cara merapikan rok yang sedikit naik juga merapikan rambut yang sedikit berantakan.
"Minta tolong apa susahnya, sih?" Alvi mencibir melihat Lula yang kesulitan menggerakan tangan, lalu mengambil alih buku paket dari tangan Lula.
Pipi Lula semakin merona.
Merasa sudah cukup, Lula kembali mengambil alih bukunya, "L-lo nggak perlu lagi serepot ini."
Alvi mengedikan bahu, "Gue nggak merasa repot kok, jadi besok gue boleh dong kayak gini lagi?"
Tawaran macam apa itu.
Lula mengeratkan pelukan pada buku paketnya, "Lo terlalu repot buat orang asing kayak gue."
"Kalo orang asingnya elo sih gue nggak masalah."
Lula tidak mengerti gombalan itu seperti apa, tapi saat ini ia merasa kalau Alvi sedang menggombalnya.
Pintu pagar terbuka, menampakkan sosok cantik wanita paruh baya keluar dari balik pagar tersebut. Wanita itu membawa kardus besar yang Alvi yakini adalah sampah kering seperti plastik atau benda-benda tak terpakai lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
JugendliteraturAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...