33 - Wanita Ular

8.3K 567 12
                                    

SUASANA sekolah masih sangat riuh, suara tepuk tangan, sahut-menyahut, siulan, bahkan suara para supporter masing-masing kelas masih setia berteriak menyemangati kelasnya yang tampil tanpa peduli pita suara yang mungkin akan putus setelahnya.

Tiap sudut lapangan masih penuh dengan murid, namun ada juga yang mengungsi untuk menyaksikan lomba lainnya seperti mading, puisi, atau juga lomba paduan suara.

Disinilah Lula berdiri dengan gugup, berdiri di luar ruang musik bersama teman-teman kelas yang mengikuti paduan suara. Ia terus melantunkan doa penuh harap di dalam hati, agar usahanya dan juga teman-teman tidak sia-sia. Tentu jauh di lubuk hati, atau mungkin memang ini tujuan mereka mengikuti lomba yaitu untuk mendapatkan sebuah penghargaan kelas berupa juara minimal tiga besar.

Kelasnya tampil pada urutan ke dua belas, dan sekarang yang sedang tampil adalah kelas dua belas pada urutan ke sepuluh. Lula sangat berharap bahwa kelas mereka akan menjadi salah satu yang terbaik dari tiga angkatan kelas.

Lula terkesiap ketika tangan lembut meraih dan menggengam tangannya yang dingin. Ia terperangah melihat seulas senyum tulus menyapa matanya.

"Santai aja, yang penting kita semua udah usaha. Menang atau enggaknya itu urusan belakangan." kata cewek berlesung pipi itu menenangkan.

Bukan Dera, karena temannya itu tidak memiliki lesung pipi barang sedikit saja. Lagipula Dera tidak berada disini mengikuti lomba paduan suara, cewek itu masih setia menjadi supporter kelas di pinggir lapangan.

Lula hanya terdiam, canggung sendiri merasakan hal yang tidak diduga-duga seperti ini. Meski hal seperti ini bukan yang pertama kalinya, namun kali ini terasa berbeda. Ada aura pertemanan yang dapat Lula rasakan dari senyum itu, membuatnya mau tak mau membuang pandang secara spontan.

Sasiana Putri, cewek berlesung pipi yang menggengam tangan Lula perlahan melepaskan tangannya menyadari kalau Lula sama sekali tidak merespon. Ia tersenyum getir, seharusnya tidak perlu melakukan hal seperti ini untuk menjadi teman Lula.

Sasi salah satu cewek yang sekelas dengan Lula. Sasi tipe cewek yang mudah berbaur dan memiliki banyak teman karena sifatnya yang friendly. Sejak awal, ia sangat ingin berteman dengan Lula yang tidak pernah sekalipun berbicara di dalam kelas jika tidak di tegur lebih dulu oleh orang lain. Paling-paling teman bicara Lula hanya Dera. Lula sangat irit bicara dengan orang lain kalau tidak penting, kalimat paling panjangnya mungkin saat lagi presentasi di depan kelas.

Meski Lula tidak berteman dengan Sasi, tapi tidak sekalipun ia melupakan wajah-wajah ataupun nama anak kelasnya.

"Iya." Lula balas tersenyum.

Sasi hampir saja melompat, kemudian mendekat kearah Lula dan memeluk tangan cewek itu gembira, "Lo main pianonya keren loh!"

Mereka memang pernah meminjam ruang musik untuk latihan memakai piano, gitar, dan bass. Permainan piano Lula patut di acungi jempol, bahkan yang lain meminta Lula memainkan lagu lain. Dan lagi-lagi mereka terkesima.

"Biasa aja." balas Lula mengulum senyum malu.

Sasi menggeleng antusias, "Kalo gue punya seribu jempol, udah pasti itu buat lo!"

Lula tersipu, "Makasih."

Sasi melebarkan senyumnya, lalu mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya kemudiam menyodorkan kearah Lula.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang