SETELAH upacara benar-benar selesai di SMA Rajawali, salah satu murid yang berbeda sekolah masuk melewati pagar belakang sekolah. Sama sekali tidak ada aksi mengendap-endap takut ketahuan, bahkan dirinya secara terang-terangan berjalan melewati koridor SMA Rajawali, berjalan tanpa rasa takut sewaktu-waktu ada guru yang memergokinya berkeliaran di Rajawali sementara tubuhnya memakai seragam khas SMA Merpati.
Alvino, si pentolan Merpati, memilih tidak masuk sekolah untuk menemui Reo langsung di Rajawali. Tidak peduli pada kosenkuesi yang diterimanya nanti, tangannya sudah gatal ingin mencabik-cabik si berengsek Reo. Bajingan itu sudah melampaui batas kesabarannya yang tetap diam.
Jika api dibalas dengan api, maka kebakaranlah yang terjadi.
Dan Reo, telah berhasil melalap habis sisa-sisa kesabarannya.
"Seragam Merpati, kan?"
"Anjir, emang sekolah lain boleh masuk kesini?"
"Dia Alvino, kan?"
"Parah, cakep anjir, sayangnya anak Merpati nih."
"Ngapain nih anak ke Rajawali?"
Desisan-desisan itu masuk begitu saja ke telinga Alvi disepanjang melewati koridor sekolah, berbagai macam tatapan dari para murid ia dapatkan. Tatapan bingung, tatapan mengintimidasi, tatapan berbinar dan masih banyak tatapan lain yang tidak Alvi pedulikan. Saat ini, tujuan utamanya hanya satu; mematahkan tulang-tulang Reo.
Kepalan tangannya makin mengeras ketika mengingat sebait pesan yang masuk ke ponselnya semalam--yang ia juga tidak tahu Reo mendapatkan nomor barunya dari mana.
Reo: body cewek lo oke. Sebelas dua belas sama Miletta. Iya, kan?
"Fuck!" Alvi mengumpat jika mengingat itu. Umpatannya berhasil menarik perhatian murid-murid di koridor.
Beraninya Reo membawa Lula di dalam masalah mereka. Setelah menerima pesan tersebut, detik itu pula Alvi mencari Reo, tapi sayangnya semalam ia tidak berhasil menemukan keberadaan bajingan itu. Dan memutuskan hari ini menemui Reo langsung di Rajawali, sebab Alvi tidak dapat menunggu terlalu lama lagi untuk mendaratkan bogemannya di wajah bengis Reo.
Setelah menemukan kelas yang ditujunya, kakinya langsung terangkat mendobrak pintu kelas hingga engsel pintu terlepas, membuat seluruh manusia di dalam kelas memekik kaget.
"REO!!" seperti orang kesetanan, Alvi berteriak dengan mata menyalang tajam mencari sasarannya, "Mana lo anjing!" suaranya naik pitam sampai membuat murid-murid perempuan langsung menyingkir takut. "Ah bangsat!"
Suara ketakutan para murid membuat Alvi semakin tersulut emosi. Memang benar jika kelakuannya saat ini seperti orang kesetanan, tapi yang dilakukannya sekarang karena Reo sendiri yang lebih dulu memancingnya.
Merasa bahwa Reo tidak berada di kelas, Alvi berbalik hendak keluar kelas, tapi langsung berhenti setelah melihat sosok yang dicarinya baru saja muncul dari balik pintu. Rahangnya mengeras, lalu menarik senyum miring.
Berbeda dengan Alvi yang menatap Reo seolah ingin menelan hidup-hidup, Reo malah menatap Alvi penuh keterkejutan. Tidak menyangka bahwa Alvi seberani ini menemuinya langsung di Rajawali.
Pandangan Alvi beralih pada seseorang dibelakang Reo, kemudian terkekeh pelan mendapatkan tatapan dingin tanpa ekspresi dari tetangga barunya, Arzio Davian. Alvi menghela napas kemudian menyisir rambutnya ke belakang dengan kelima jari tangannya sebelum melangkah ke depan, memperpendek jarak diantara Reo dan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
Подростковая литератураAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...