2 - Psikopat

27.9K 1.2K 42
                                    

LULA berulang kali menarik napas setelah keluar dari kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LULA berulang kali menarik napas setelah keluar dari kantin. Dadanya terasa sesak jika mengingat kembali kejadian di kantin, sekaligus ucapan konyol Alvi yang hanya membuatnya melongo tak percaya. Belum sempat memerotes, Alvi sudah lebih dulu meninggalkan kantin.

"LULA!" teriak seseorang untuk kesekian kalinya, tapi lagi-lagi tidak digubris oleh si pemilik nama.

Lula menggigit ujung jarinya dengan kaki yang berulang kali menghentak lantai. Demi apapun, ia tidak seberani itu menghadapi seseorang.

Bagaimana jika Alvino-Alvino itu benar-benar akan menerornya setiap hari?

"LULA!"

Lula tersentak saat seseorang mengguncang bahunya, "Hah? Bukan gue."

"Lo daritadi dengerin gue nggak, sih?" omel Dera dengan wajah tertekuk. Ia sudah mengoceh sampai berbusa tapi Lula tidak mendengarkan. Dera seperti kebakaran jenggot melihat temannya itu mengangguk, "Jadi gue daritadi ngomong sama angin?"

"Ra, bukan gue." Lula menegakan punggung dan menghadap sepenuhnya pada Dera yang memutar kedua bola matanya.

Dera mengintruksi Lula agar menarik napas lalu membuang perlahan, begitu terus hingga lelah sendiri. Mata Dera memicing lalu berdeham, seakan-akan siap menyindang tersangka.

"Lo sejak kapan kenal sama Alvino Ghayda si trouble maker kelas kakap?" tanya Dera yang mampu membuat Lula melongo begitu saja.

"Gue nggak kenal dia," Lula menggeleng penuh keyakinan. Boro-boro kenal, lihat mukanya saja baru pertama kali.

Mata Dera semakin memicing, "Masa? Deteksi kebohongan nyala tuh di jidad lo." 

Lula kontan mengusap dahinya, "Dera," rengeknya sambil menghentak kaki di lantai. "Lagi nggak bercanda ih!"

"Tapi Alvi kenal lo," Dera bertingkah bak detektif yang sedang memecahkan kasus pembunuhan berlantai.

"Dia nggak kenal gue."

"Dia kenal lo." tegas Dera seyakin-yakinnya.

"Dera." Lula merengek.

"Cewek kedai es krim?" Dera kembali mengulang sepenggal ucapan Alvi saat di kantin, "Lo disini?" sambungnya sambil menatap Lula, lalu memekik histeris membuat beberapa pasang mata mencuri lihat. "OH MY GOD!"

Sebenarnya, Lula juga tidak mengerti mengapa Alvi tiba-tiba berkata seperti itu. Cewek kedai es krim? Lula tidak memiliki kedai es krim ataupun kerja sebagai staff di kedai es krim. Lantas mengapa Alvi menyebutnya seperti itu? Memikirkan itu membuat perutnya bergolak tak karuan.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang