LULA merasakan kepalanya luar biasa berat setelah membuka mata, pipinya terasa semakin bulat akibab sembab semalaman menangis. Lula menoleh ke jendela kamar, yang ternyata bumi tak lagi diselimuti oleh gelap.
Lula beranjak menyibakan selimut, menapaki kaki pada ubin lantai yang dingin. Ia berjalan ke arah meja rias, menatap dirinya di pantulan cermin. Ternyata, Lula masih mengenakan seragam kemarin. Matanya menyendu menatap dirinya sendiri. Rambut yang terlihat berantakan, mata luar biasa bengkak, juga wajahnya yang terlihat sembab.
Bagaimana bisa ia menjelaskan ini kepada Mama juga kakaknya nanti?
Lula melirik ponselnya di atas nakas yang semalaman mati total, ia meraih ponsel itu kemudian di hidupkannya. Puluhan notifikasi langsung menjejali layar ponselnya. Matanya berhenti pada pesan yang Alvi kirimkan pukul 19.48.
A: I feel a bad feeling. Semuanya baik-baik aja, kan?
"Bad feeling?" Lula menarik senyum masam, "You will."
-----
"Lo habis nangis?"
Lula menundukan kepalanya ketika Dera mendekatkan wajah, berusaha menutupi wajahnya yang luar biasa terlihat tidak baik-baik saja. Sadar kalau Lula tidak menanggapi, Dera menarik lengan Lula.
"Gue semakin nggak yakin kalo lo nganggep gue temen, La." ujar Dera terlihat kecewa.
"Nggak, Ra." jawab Lula sambil melepas tangan Dera dari lengannya kemudian kembali melanjutkan langkah di koridor.
"Mata lo nggak bisa bohong," Dera memutar kedua bola matanya, "cerita sama gue." pintanya.
Lula menoleh sambil menarik senyum, tapi justru terlihat sangat aneh, "Gue baik-baik aja. Oke?" ujarnya tetap meyakinkan.
"I know." Dera mengangguk, "gue tau lo lagi nggak baik-baik aja." katanya sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuk lalu menggerakan ke atas dan bawah.
"Ra," panggil Lula setelah mereka sudah duduk di kursi masing-masing, "kepala gue pusing." adunya.
"Gimana nggak pusing kalo habis nangis semaleman." celetuk Dera yang seratus persen benar.
Lula menjatuhkan kepalanya di atas meja. Ia berupaya keras menahan diri agar tidak memejamkan mata. Seluruh bagian wajahnya terasa berat akibat sembab.
Dera menopang dagu memandang Lula, "Semalem Alvi nanyain lo ke gue." ceritanya mengingat semalam Alvi terus-menerus meneror nomor Dera tanpa ampun.
Mendengar itu Lula memejamkan matanya tanda tak peduli.
"Alvi nanya kenapa lo nggak angkat telepon dia. Smsnya juga lo kacangin." ujar Dera, "Alvi nanya gue tau nggak lo kenapa, gue jawab nggak tau. Ya lo aja nggak cerita apa-apa ke gue. Yakan? Alvi nyuruh gue coba ngomong sama lo, tapi semalem gue telpon nomor lo nggak aktif." sambungnya panjang lebar yang hanya di tanggapi dehaman oleh Lula.
Dera memutar bola matanya kemudian ikut menjatuhkan kepala di atas meja menghadap Lula yang memejamkan matanya.
"Lulaaaaaaaa....." Dera memanggil dengan rengekan panjang, "Lagi ada masalah? Sama siapa? Alvi? Sampe nangis gitu." semburnya dengan rentetan pertanyaan.
Dera menegakan punggungnya ketika melihat mata Lula mengeluarkan air mata. Tangannya terulur menyentuh ekor mata Lula untuk memastikan bahwa matanya tidak salah lihat, dan dugaannya benar kalau saat ini Lula menangis dengan mata terpejam.
![](https://img.wattpad.com/cover/121968543-288-k615118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello A : Alvino & Alula
Teen FictionAwalnya, Alvino tidak mengenal Alula. Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino. Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah. #94 in TeenFiction [28/10/18] #2 in FiksiRema...