Awalnya, Alvino tidak mengenal Alula.
Awalnya, Alula tidak ingin mengenal Alvino.
Namun pada akhirnya, awalan tersebut berubah ketika Alvino dan Alula dipertemukan pada insiden kecil di kantin sekolah.
#94 in TeenFiction [28/10/18]
#2 in FiksiRema...
Suara menggemaskan anak kecil berhasil memecahkan kebisuan di dalam mobil, sekaligus mengalihkan perhatian kedua anak remaja yang sejak tadi hanya diam--sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sekitar sepuluh menit yang lalu Lula kembali menjemput Ve di rumahnya, yang ternyata di sambut oleh Alvi. Di luar dugaan, ternyata Ve sudah cantik dengan bando pink di atas kepalanya. Begitu pula dengan Alvi, cowok itu sepertinya sudah siap jauh sebelum dirinya siap. Bahkan, belum lagi Lula menekan bel rumah, pintu sudah di buka lebih dulu oleh Alvi. Cowok itu sangat kelihatan sedang menunggunya.
Alvi menoleh sekilas, namun tangan kirinya terulur mengelus pipi bulat Ve, "Cium abang dulu," lalu tangannya berpindah menunjuk-nunjuk pipi kirinya.
Ve merengut, "Abang bohong."
"Boneka tits itu apa, sayang?" Lula membenarkan posisi Ve yang merosot dari pangkuannya, ia sedikit merunduk mencuri cium pipi bulat milik Ve.
"Kak Uya nggak tau?" tanya Ve yang salah menyebutkan nama Lula menjadi Uya.
"Kamu kira Uya Kuya?" Alvi mencibir.
"Apa itu Uya Kuya?" Ve menanyakan dengan tatapan polosnya, membuat Lula terkekeh pelan.
"Adadeh. Kepo banget anak kecil." jawab Alvi asal ceplos, Lula mendengar itu refleks mencubit lengan Alvi hingga cowok berahang tegas itu mengaduh kesakitan. "Kok gue di cubit?" protes Alvi mengelus pelan lengannya.
"Kakak Uya nakal," Ve ikut menyentuh lengan Alvi yang sempat di cubit oleh Lula dengan wajah sedih, "Jangan cubit Abang Api." sambungnya sambil menggeleng kecil.
Alvi hampir berteriak bangga pada adik kecilnya, sekaligus tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Lula yang terlihat kecewa.
"Dengerin tuh adik ipar." celetuk Alvi sambil terkekeh, tapi setelah itu ia langsung menipiskan bibirnya.
Lula melirik jengkel kearah Alvi, "Abang kamu yang nakal, Ve. Makanya kakak cubit."
"Yang penting ganteng." sahut Alvi tak peduli, sedikit pun tidak menoleh. Sibuk memusatkan perhatian pada jalanan di depan.
Lula melirik jengkel kearah Alvi yang kini bersiul-siul, sesekali cowok itu terkekeh, padahal sama sekali tidak ada yang lucu disini.
"Kota tua?" Lula terperangah sesaat ketika mobil sudah berhenti, terakhir ia kesini saat kelas dua SMP.
Lula menggeleng kecil kemudian melepas seatbelt. Baru ingin membuka pintu, tapi sudah keduluan oleh Alvi, itu membuat pipi Lula merona begitu saja.
"Ayo turun," ajak Alvi, ia mengulurkan tangan meraih tubuh Ve agar beralih ke gendongannya.
Kemudian Lula turun, membenarkan sedikit roknya yang naik. Ia merutuk dalam hati karena salah kostum, ia pikir Alvi akan mengajaknya jalan-jalan ke mall atau semacamnya.
Lula mengenakan rok hitam sedikit di atas lutut, dengan baju kaos putih di lapisi oleh jaket jeans biru dan tas clucth hitam bertenger di bahu kirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.