4 - Sayang?

19.4K 1.1K 37
                                    

LULA berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar kakaknya sejak lima menit lalu, ia menarik napas lalu membuang secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LULA berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar kakaknya sejak lima menit lalu, ia menarik napas lalu membuang secara perlahan. Setelah berhasil mengumpulkan keberanian, ia mengetuk pelan pintu kamar Zio. Tapi nihil, Zio sama sekali tidak memberi sahutan atau sekadar menyuruhnya masuk.

"Kak?" sapa Lula di balik pintu, tapi tidak mendapat sahutan. Zio sibuk pada gitar di pangkuannya. Padahal Lula tahu kalau saat ini Zio sengaja mengabaikannya. Ia menutup pintu, lalu berjalan menghampiri Zio. "Lagi ngapain?"

Zio tidak menanggapi, bahkan sama sekali tidak berniat menanggapi.

"Beneran ngambek?" ujar Lula setelah mendaratkan bokong di samping Zio.

"Bocah."

"Ngatain diri sendiri." cibir Lula, "Nggak asik mainnya ngambekan."

Zio menahan diri agar tidak mengunci bibir Lula dengan lakban. Tidak tahu diri atau bagaimana?

"Gue sibuk." sahut Zio sewot, seperti perempuan sedang datang bulan hari pertama. Itu membuat Lula merengut sebal.

"Request lagu dong," Lula tidak ingin menyerah membujuk Zio yang tidak menegurnya lalu menyodorkan ponsel di hadapan Zio, "lagu Naik Kereta Api, ini chordnya." unjuknya kelem.

Zio menghentikan permainan gitarnya, lalu melirik pada Lula yang mengerjap sambil senyum tanpa dosa. Tidak tahu apa kalau saat ini ia sedang marah?

Mendapat tatapan seperti itu Lula menurunkan tangan sambil menunduk bersalah, "Iya, iya, ngaku deh gue yang minum susu coklat lo di kulkas." akunya setengah hati.

Zio mendengus sebal mendengar pengakuan Lula. Zio kesal bukan tanpa alasan, tadi saat mereka berdua pulang ke rumah lama untuk mengambil pakaian atau jenis barang lainnya, Zio tidak mendapati dua kotak susu cokelat dinginnya. Tuduhannya langsung jatuh pada Lula yang memasang wajah panik saat ia berteriak memaki siapa yang berani meminum susu coklatnya.

Namun saat Zio bertanya pada Lula, adiknya itu malah merespon sewot dan bersikeukuh tidak tahu menahu soal susu coklat yang berada di kulkas. Dan sekarang, dengan rasa tidak tahu malu Lula mengakui tuduhan Zio.

"Gue nggak pernah marah, La, mau lo salah atau enggak, asal lo jujur." ujar Zio menasehati, "tapi masalahnya lo bohong. Lidah lo di potong ntar kalo bohong melulu."

Lula memainkan jari-jari tangannya sambil menunduk, "Kan gue takut lo marah," belanya.

"Terserah deh." Zio kembali pada gitar di pangkuannya, kembali mengabaikan Lula. Zio paling tidak suka di bohongi, mau sekecil apapun itu ia membenci kebohongan. Terserah mau menilainya lebay atau berlebihan, setiap orang punya prinsip masing-masing.

"Zio ..." rengek Lula, meski tidak pernah akur dengan kakak keduanya ini, ia tidak sanggup di diamkan lebih dari tiga jam. "Ya udah, gue salah, gue minta ma-"

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang