39 - Tato Pokemon

9.2K 589 28
                                    

APA yang terpikirkan jika mendengar kata IPS?

Kata kebanyakan orang, anak IPS adalah tipikal kelas yang menyukai keributan. Di dalam kelas tersebut terdapat manusia yang memiliki perilaku di atas rata-rata alias luar biasa ajaib. Hobinya membuat guru menggeleng sambil mengelus dada sabar menghadapi tingkah laku anak muridnya.

Sepertinya, tipikal seperti itu sudah melekat seumur hidup untuk anak IPS di sekolah manapun, karena dari tahun ke tahun anak IPS tetap sama; rusuh. Tidak peduli siapa orangnya, bahkan yang dulunya pendiam bisa berubah setelah masuk kedalam kelas legend tersebut.

Wajar, karena di dalamnya dominan anak laki-laki ketimbang perempuan. Mengapa? Itu masih menjadi misteri. Namun satu kelebihan anak IPS; di dalamnya tempat perkumpulan para cowok tampan sekolah. Tidak tahu mengapa, tapi rata-rata cowok tampan di sekolah adalah anak IPS. Dedemit yang bersemayam di tubuh pangeran tampan.

"ANAK NAKAL! KEMARI KAMU HEI!"

Murid yang berada di koridor langsung menyingkir ketika melihat guru bertubuh gempal berlarian di koridor sambil membawa gunting panjang. Perutnya yang menonjol kedepan membuatnya kesulitan untuk berlari cepat, sebelah tangan yang kosong terus mengibas kedepan meminta agar murid lelaki yang sedang menjadi buronannya segera berhenti.

"Minggir oi minggir!" teriak si cowok memberi perintah, kepalanya tak henti-hentinya menoleh kebelakang bersikap waspada. "Sori-sori!" ucapnya cepat setelah menabrak satu murid yang berada di koridor.

Merasa begitu kelelahan, guru itu berhenti lalu membungkuk menarik oksigen sebanyak-banyaknya, bobot tubuh yang terlalu berat membuatnya kehilangan banyak oksigen ketika berlari.

Alvi--cowok yang sejak tadi menjadi buronan tanpa tahu kesalahannya-- ikut membungkuk dengan napas yang memburu akibat berlari. Alvi memutar tubuh menghadap guru itu dari jarak sejauh empat meter.

"Pak, salah saya apa?" Alvi bertanya dengan napas terengah, "Saya capek kali Pak di kejar begini. Bapak belum pernah ngerasain lelahnya berlari ya?" sambung Alvi mendramatisir.

Pak Suryo masih mencoba mengatur napasnya sembari berkata, "SINI KAMU!" Pak Suryo mengacungkan gunting panjang di tangannya.

"Pak, tolong jangan bunuh saya." Alvi memasang wajah memelas minta di tabok dengan sepatu.

Pasalnya, Alvi benar-benar tidak tahu mengapa Pak Suryo mau mengejarnya sampai sejauh ini. Padahal masih terlalu pagi untuk kejar-kejaran. Berawal dari Alvi sedang bercakap-cakap ria bersama guru muda cantik di koridor, tiba-tiba Pak Suryo datang sambil membawa gunting. Alvi yang shock duluan, berlari pontang-panting sampai ke gedung kelas sepuluh.

"KAMU!" Pak Suryo menunjuk Alvi dengan napas terengah, "DASAR ANAK BADUNG!"

"Nggak, Pak. Bukan. Saya anak Ayah-Bunda, bukan anak badung. Saya nggak kenal siapa badung." Alvi mengibaskan tangannya, masih nampak terengah-engah.

"Hei!" Pak Suryo mendelik galak, "Mau bercanda kamu?"

"Saya mau makan, Pak. Bukan mau bercanda."

"Anak bandel, kemari kamu!" Pak Suryo kembali meneriaki.

"Saya anak Ayah-Bunda, Pak. Bukan anak bandel. Duuuh si bapak mulai hobi melawak ya?" Alvi pura-pura tak habis pikir, cowok nakal itu menggeleng tanda mengejek.

Guru berkumis tebal juga berbadan gembal itu menggeram, "Kamu-"

"Iya, Pak?" Alvi menyela tidak tahu malu, ia sedikit membungkuk dengan tampang kalem. Padahal mengejek Pak Suryo yang tubuhnya sedikit lebih pendek dari Alvi.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang