12 - Apa Kabar?

13K 685 16
                                    

"Katakan padaku, bagaimana menghilangkan rasa rindu secepat angin berlalu?"

-Alula Adreena-

-----

ALVI menyenderkan tubuhnya di kursi setelah menangkap sosok yang tidak asing lagi dimatanya berada di pintu masuk kantin. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika melihat cewek itu mendorong bahu salah satu siswi hingga piring yang berisi siomay ditangan siswi itu terjatuh ke lantai.

Bunyi 'prang' mendominasi kantin, membuat segelintir pengunjung kantin mau tak mau memusatkan perhatian pada si pembuat kerusuhan. Sepuluh menit lagi bel istirahat berbunyi, tapi murid-murid mulai berdatangan ke surganya sekolah. Di tengah renggangnya kantin, Alvi dapat melihat jelas bahwa si korban dan si pelaku sedang beradu mulut.

Alvi tidak mengikuti pelajaran Geografi dijam pertama, lebih memilih berdiam diri di kantin. Tentu saja ia beralasan ke UKS karena sakit.

Alvi memasukan kentang goreng--piring ketiga yang ia pesan-- ke dalam mulutnya, lalu menyeruput es jeruk dengan mata yang masih setia melihat ke arah pintu kantin. Kemudian Alvi membuang pandang ketika seseorang yang ia amati sejak tadi menoleh ke arahanya.

Julukan dewi langit memang pantas untuk Kirana, dari cara berjalannya saja sudah berbeda dari perempuan lainnya. Tatapan tajamnya, postur tubuh semampainya, rambut panjang bergelombangnya, seperti tidak ada cacat sedikit pun didiri seorang Kirana Prawita. Tapi, siapa yang tahu?

Kirana berjalan anggun menuju meja Alvi, tidak memedulikan siswi yang mengumpat di belakangnya. Kirana memberikan tatapan tajam ketika murid-murid memerhatikan gerak langkahnya. Bahkan ada yang terang-terangan memuji wangi parfume Kirana yang semerbak jika ia lewat.

"Lo ngeliatin gue?" kata Kirana setelah sampai di hadapan Alvi.

Alvi menyeruput es jeruknya sebelum mendongak menatap Kirana, "Gue?" tunjuknya pada diri sendiri, "Nggak."

Kirana membuang wajah ke samping lalu terkekeh pelan, "Kenapa sayang? Udah berubah pikiran mau pacaran sama gue?" tebaknya percaya diri.

Murid lelaki yang mendengar itu saling bersahutan heboh.

Alvi mengedikan bahu, "Nggak juga."

Harusnya Kirana kesal, kemudian mengacak-acak rambut Alvi karena berani bersikap jual mahal padanya. Tapi entah pelet apa yang Alvi gunakan hingga membuatnya tidak mampu melakukan itu semua.

Kirana menyentuh rahang Alvi yang terlihat biru keunguan, lalu matanya beralih pada kaki dan tangan Alvi yang dibalut oleh kassa. Matanya membulat sempurna.

"Jadi lo beneran kecelakaan?" pekik Kirana heboh, lalu mengambil posisi duduk di sebelah Alvi.

Alvi menepis tangan Kirana, seolah tangan itu mengandung bakteri kotor mematikan. Kirana mendengus kesal menerima perlakuan kasar Alvi.

"Jangan. Sentuh. Gue." peringat Alvi penuh penekanan.

Kirana berdecih, "Jangan sok jual mahal, deh. Lo sama cowok lain itu sama, dikasih umpan juga dimakan." ujarnya kesal.

Alvi tertawa, "Gue dikasih umpan milih-milih kali." balasnya.

Kirana menyingkirkan rambutnya ke belakang, sudah kebal di pojokan oleh Alvi. Tanpa persetujuan Alvi, Kirana mencomot kentang goreng kemudian menyeruput es jeruk milik Alvi.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang