22 - Falling in love

10.4K 662 31
                                    

TERIMAKASIH kepada Alvi yang berhasil membuat Lula tidak bisa tidur semalaman, menyebabkan kantung mata berwarna hitam melingkari matanya pagi ini.

Terimakasih.

Sejak bouquet itu datang kerumah Lula, ia sama sekali tidak napsu makan, bergerak selalu gelisah, serta mata tidak dapat terpejam hingga pukul empat pagi. Efeknya luar biasa menyiksa Lula semalaman.

Bagaimana mungkin Alvi mampu membuat Lula seperti ini? Dan beraninya cowok itu memberikannya ucapan selamat pagi dan menanyakan tidurnya nyenyak atau tidak semalam?

"Lesu banget, La? Padahal baru juga kemarin di kirimin bunga." Dera menoel lengan Lula bermaksud menggoda, tapi Lula hanya terdiam menahan kantuk dimatanya.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, namun Lula masih tetap stuck di tempat duduknya, belum berniat mengeluarkan bekal yang dibawanya dari rumah.

"Sejak kapan mata lo punya lingkaran hitam?" Dera mengamati beberapa saat, "Sejak semalam?" tawa Dera pecah bersamaan Lula mendelik kearahnya.

"Ra, gue ngantuk banget tau." Lula merengek, matanya sudah lima watt, ia benar-benar membutuhkan tempat tidur.

"Emangnya lo nggak tidur semaleman?"

Lula menggeleng, kemudian mengangguk. "Nggak bisa tidur."

"Karena bunga kiriman Alvi?" tebak Dera langsung, tapi Lula tak merespon. "Sudah kuduga.."

Lula menoleh, "Apa?"

"Lo," Dera memicingkan mata, "Nggak jadi, deh."

Lula mendengus, sudah tidak peduli lagi perkataan Dera. Saat ini matanya benar-benar membutuhkan tidur, efek sekolah memang luar biasa, jika semalaman Lula tidak dapat memejamkan mata, entah mantra apa yang sekolah gunakan hingga membuat ngantuk tak terkalahkan.

"Bener kan kata gue kemarin, gue nggak salah lihat kalo emang ada anak baru disini."

"Kan masuknya baru hari ini," sahut siswi satunya setelah duduk di bangku.

Siswi itu tertawa, "Makin bertambah deh populasi jomblo di sekolah ini."

"Gue sih kasihan sama lo, jadi makin susah cari pacar." ledeknya penuh tawa, dibalas umpatan dari siswi satunya.

Suara dua siswi teman sekelasnya berhasil mengusik pendengaran Lula. Ia tidak berniat menguping, tapi jarak mereka yang hanya terhalang satu menja membuat Lula tetap ingin mendengarkan.

"Jangan-jangan anak barunya Deon, La?" ternyata Dera belum cukup puas menggoda Lula dari kemarin, padahal ia tahu kalau anak baru yang di bicarakan oleh temannya itu seorang perempuan. "Terus sekelas sama Alvi," pancing Dera asal.

"Nggak mungkin lah!" mata Lula mendadak secerah semalam, ketika tidak dapat tidur.

"Terus lo binggung, pilih yang lama atau yang baru?" Dera berusaha keras menahan tawa melihat rona pipi Lula yang mulai merambat.

"Dera ih!"

"Iya, gue tau lo binggung," Dera menepuk pundak Lula penuh dramatis, "Hati lo milih siapa?"

"Dera," Lula merengek, "Apaan sih?"

"Terus nanti mereka berantem, lo di suruh pilih salah satu dari mereka, setelah lo ambil keputusan, salah satu dari mereka menjauh. Aduh," Dera memegangi dadanya, seolah-olah menahan sakit disana.

Yang bener aja.

Kantuk Lula sukses hilang akibat perkataan konyol Dera, kendati dirinya tahu bahwa hal seperti yang Dera katakan tidak akan pernah terjadi. Ia mengeluarkan bekal dari bawah laci, kemudian melahapnya dengan rakus, terburu-buru seperti di kejar guru BK jika ketahuan memakai baju seragam ketat.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang