19 - Pelakor

11.5K 667 7
                                        

ALVI menatap dirinya dari pantulan cermin sambil memasang kancing baju seragamnya. Wajahnya lebih buruk dari kemarin, memar disudut alisnya sedikit membengkak, rahangnya juga sulit digerakan, serta dadanya terdapat dua lebam berwana biru keunguan.

Kemarin sore Lula meluangkan waktu belajarnya untuk mengobati luka Alvi, tentu saja ia bersenang hati menerima tawaran Lula yang ingin mengobati lukanya. Bunda sendiri tidak ingin mengobatinya karena masih marah.

Seperti yang Bunda katakan, ayah pulang sekitar pukul lima sore. Ayah yang melihat keadaan Alvi kontan marah dan melemparkan ceramah panjang-pendek yang membuat Alvi mau tak mau mengelus dada.

Perhatiannya teralih pada ponsel di atas nakas yang berbunyi satu kali, pertanda masuknya sebuah pesan dari akun chatnya.

Alula: .

Alvi mengernyit melihat hanya sebuah titik yang Lula kirimkan, tapi satu titik itu mampu menarik sudut bibirnya ke atas, melengkung membentuk sebuah senyuman.

Alvi: Kangen ya?

Alula: Kepencet.

Alvi terkekeh.

Alvi: Jangan mantengin room chat aja, chat dong orangnya hahaha.

Alula: Apasih nggak jelas banget. Keadaan lo gimana?

Alvi: Lo khawatir?

Alula: Apasih, enggak.

Alvi: hahahaha

Alula: kenapa ketawa?

Alvi: Apasih susahnya bilang "Gue khawatir, lo udah baik-baik aja kan?"

Alula: Gila, pede banget jadi orang.

Alvi: 😝🖤🖤🖤🖤

Alvi berjalan ke jendela kamar, lalu matanya dapat menangkap Lula sedang duduk di meja rias sambil tersenyum melihat ponsel.

Alula: Kenapa pake emot gitu? Bikin sakit mata tau nggak.

Alvi: Tapi efeknya sampe ke hati ya?

Alula: Ga.

Alvi: tuhkan nggak mau ngaku juga.

Alula: mabok ya? Ngawur gini.

Alvi menggigit bibirnya ketika melihat Lula terkekeh di dalam kamar.

Alvi: mabokin kamu hehehe

Alula: GELIIIIII!!!

Alvi: gelinya bikin senyum-senyum ya?

Setelah pesan itu terkirim, Alvi dapat melihat saat ini Lula sedang mencari keberadaannya, ketika mata Lula menangkap sosoknya, Alvi justru melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. Lula diseberang sana melotot, lalu bergegas menuju ke jendela dan menutup rapat tirainya.

Alvi: Yah, kok tirainya di tutup sih?

Read.

Alvi mendengus, kemudian terkekeh. Rambutnya yang masih basah ia sisir ke atas, lalu bergegas turun untuk sarapan pagi seperti biasanya. Alvi menemukan adiknya sudah duduk di meja makan bersama Bunda dan Ayah.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang