51 - Happy Ending

8.2K 547 87
                                    

LONCENG di atas pintu kedai es krim berbunyi ketika pengunjung menarik atau mendorong pintu utama kedai. Di jam seperti ini, kedai selalu ramai oleh anak sekolah. Entah untuk menikmati atau sekedar duduk bermain Wi-Fi.

Lula mengedarkan pandangnya ke sepanjuru kedai dengan senyum yang merekah sempurna. Moodnya terlalu baik dari kemarin hingga kini. Lula menolehkan kepala ke arah Deon yang berdiri diantara pengunjung yang sedang mengantre.

Ponsel Lula bergetar, dilihatnya layar ponsel yang menampilkan satu pesan masuk dari nomor Alvi. Ngomong-ngomong soal nomor, nama Alvi di ponselnya sudah diganti menjadi A. Mengapa A? Karena nama tersebut akan menjadi nama paling teratas dikontaknya.

A: lagi dimana?

Alula: kedai es krim.

A: pulang sama siapa?

Kepala Lula menoleh ke arah Deon yang sudah selesai pada pesanannya. Lula melempar senyum singkat saat Deon berjalan menghampirinya. Lalu tangannya kembali mengetikan sesuatu.

Alula: Deon.

Yang kemudian, tidak ada balasan lagi setelah itu.

Kepala Lula terangkat saat Deon sudah duduk di hadapannya, senyumnya merekah begitu saja, "Makasih," ucap Lula setelah Deon menyodorkan satu mangkok es krim dihadapannya.

"Gimana sekolahnya?" tanya Deon basa-basi guna melepaskan jarak di antara keduanya.

Lula menjilat bibir atasnya yang terkena es krim, "Baik." jawabnya, "Kamu sendiri?"

"Lebih baik kalo lo masih sekolah di Rajawali."

Lula terbatuk, bukan karena ucapan Deon, melainkan karena ia menelan es krim dalam satu tarikan napas. Setelah batuknya mereda, ia kembali menatap Deon.

"Kamu tadi bilang apa?" tanya Lula sambil mengelus tenggorokannya.

"Enggak."

Deon termenung, ragu antara ingin bicara atau tidak. Matanya menatap Lula, selama sepuluh detik menatap, senyum dibibir Lula terus merekah. Ia dapat menebak bahwa keadaan hati Lula saat ini lebih dari kata baik.

"Bahagia banget, La?" komentar Deon tidak tahan jika diam saja.

Lula mengerjap, "Hah?" lalu terkekeh pelan, "Kelihatan ya?" ujarnya malu-malu.

"Alvino?" tebak Deon langsung, yang membuat jantungnya mencelos adalah ketika wajah Lula semakin merona. Ia menarik senyum miring.

"Mau cicip?" kata Lula lalu tubuhnya tercondong ke depan, menyodorkan sesendok es krim rasa strawberry ke depan bibir Deon, namum ditolak pelan oleh Deon.

"La," panggil Deon pelan, minat pada es krim sudah tidak ada lagi, "ada yang mau gue omongin."

Lula mengangguk, "Aku juga mau kasih tau sesuatu sama kamu." ujarnya sambil senyum.

Melihat senyum itu, hati Deon seperti ditikam oleh puluhan pedang hingga berdenyut sampai ke ubun-ubun.

"Gue nggak mau lo pergi."

Lula menggantungkan sendok di genggamannya ke udara sebelum masuk ke dalam mulut, lalu matanya menatap wajah Deon bingung. Lula kembali menjatuhkan sendok itu ke dalam mangkok, lalu memberikan senyum hangat.

Hello A : Alvino & AlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang