11. Moment on the Stairs

1.3K 166 92
                                    

"EH, KETUA RIMBA, kamu curang. Masa' tumpukan buku yang kamu bawa nggak imbang sama yang aku bawa. Sengaja kamu, ya, limpahin yang banyak ke aku biar bawaan kamu ringan."

Untuk kesekian kalinya Kenzie nyaris kepayahan dengan tumpukan buku bawaannya yang jelas-jelas melebihi separuh jatah bawaan Rissa. Semua itu dikarenakan Rissa yang di tengah perjalanan main seenaknya saja mengurangi jatah buku bawaannya untuk dilimpahkan pada Kenzie.

Pasalnya, karena pelajaran Bahasa Indonesia tadi menggunakan textbook yang dipinjam dari perpustakaan, maka Bu Nur menjadikan Rissa dan Kenzie sasaran untuk mengembalikan buku-buku tersebut ke tempat asalnya lagi. Alasannya, karena Rissa adalah ketua kelas dan Kenzie yang kedapatan 'bonusnya' saja ketika ia menjadi orang pertama yang ditangkap Bu Nur dalam radius pandang paling dekat dengan meja Rissa.

"Ketua Rimba, tungguin napa. Nggak tahu apa bawaanku berat gini. Bukannya bantuin juga."

Ingin rasanya Rissa menyumpal kedua lubang telinganya yang benar-benar sudah gatal saat menghadapi ocehan cowok di belakangnya itu. "Nggak usah kebanyakan protes. Di mana-mana kalau urusan yang berat-berat itu, ya, bagiannya cowok."

"Ini kayaknya kamu memang senang nyiksa aku, ya? Udah bikin kepalaku benjol waktu itu, sekarang mau bikin tanganku pegel-pegel," keluh Kenzie dengan ekspresi ratapan anak tiri yang terzalimi.

Rissa sontak berhenti, mendesah keras, lalu berbalik ke arah Kenzie yang tertinggal sekitar tiga meter di belakangnya. "Kamu itu selain banyak protes, ternyata juga bawel banget, ya. Tinggal diam dan laksanakan tugas aja, kok, kayaknya susah banget. Lagian itu juga kamu jalan kenapa lelet gitu? Bisa lebih cepat nggak, sih? Awas aja kalau keburu bel buku-buku ini belum balik ke perpus, pokoknya semua karena kamu yang salah."

Kenzie megap-megap tidak terima dengan serentetan omelan cewek itu. Bersyukurlah, ia masih punya stok sabar untuk tidak menambah perdebatan. Toh, Kenzie juga ingin urusannya dengan cewek judes itu segera beres.

Selesai mengembalikan semua buku di perpustakaan, Rissa dan Kenzie harus segera kembali lagi ke kelas, karena setelah ini masih ada dua jam pelajaran terakhir. Rissa merogoh ponselnya dari saku ketika benda itu mendentingkan nada pendek tanda ada pesan masuk. Namun, Rissa langsung berjengit begitu mengetahui pesan masuk itu ternyata cuma dari customer service operator selularnya yang isinya lagi-lagi tentang promo paket kuota murah, bonus SMS, atau gratis telepon ke sesama provider.

Teringat ide lain, Rissa sekalian saja membuka akun media sosialnya. Niatnya mau stalking Sakha. Siapa tahu ada up-date-an dari cowok itu. Sebenarnya Sakha tidak selalu aktif bermain di media sosial tersebut. Jadi tidak banyak harapan juga Rissa akan mendapati Sakha mengunggah foto dan caption terbarunya.

Di akunnya, Sakha lebih banyak mengunggah gambar-gambar berisi kutipan islami atau seputar tausiah. Sakha itu jarang, bahkan bisa dibilang tidak pernah sama sekali mengunggah foto narsis dirinya sendiri untuk mejeng di timeline atau minimal hanya digunakan sebagai foto profil. Kalau lagi beruntung saja Rissa bisa menemukan sempilan foto Sakha. Itu juga karena kena tag teman-temannya saat mereka biasanya lagi kumpul bareng terus ada yang ambil foto.

Dan sekarang Rissa akan mencoba peruntungan itu.

Rissa membuka bilah timeline akun Sakha, lalu melihat tag foto tentang Sakha Avaqi. Dan ....

Kedua mata Rissa sontak membelalak lebar. Nyaris pula menjerit histeris sampai mau guling-guling di lantai kalau ia gagal ingat dirinya masih berada di lingkungan sekolah.

Ada yang nge-tag foto ke Sakha!

Ajaibnya di foto itu hanya ada Sakha seorang diri. Bukan foto grufie. Bukan pula foto Sakha yang cuma nyempil dan terlihat kecil. Kali ini benar-benar foto Sakha yang sendirian. Foto utuh. Jelas sejelas-jelasnya. Tanpa blur. Hanya memuat pose Sakha.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang