18. Macan vs Gajah [II]

1K 139 66
                                    

TIDAK ada yang bilang mudah mencari satu orang di antara banyaknya lalu-lalang pengunjung bonbin. Belum lagi seberapa luas area bonbin itu sendiri untuk dijelajahi. Jelas semua akan lebih mudah kalau ponsel Kenzie tidak dibawa Juki.

Kalau sudah begini, mesti mencari cowok itu ke mana lagi coba? Di area satwa, wahana waterboom dan flying fox, hingga pusat suvenir tidak ada tanda-tanda keberadaan Kenzie. Rissa dan lainnya sudah berpencar ke masing-masing empat penjuru, tetapi belum ada yang memberi kabar kalau salah satu di antara mereka sudah menemukan Kenzie.

Sudah lebih dari setengah jam Rissa menyusuri jalan dari mulai berpencar mencari Kenzie sampai berhenti di bawah pohon di sekitaran taman yang banyak dijadikan tempat piknik beberapa pengunjung bonbin. Rissa menyedot es teh kemasan cup yang baru saja dibelinya dari penjual keliling. Huh, kenapa sudah panas-panas begini ia malah jadi ikutan repot mencari cowok itu? Kenapa nggak biarin saja cowok itu kesasar? Sekalian biar diculik sama orang utan, terus dijadikan Tarzan.

Kalau sehabis jalan ini sudah mentok, Rissa mau membuat laporan saja ke bagian informasi orang hilang. Yah, solusi terakhir yang bisa dipikirkannya daripada pusing muter-muter tidak jelas begini. Rissa baru akan meneruskan pencarian ketika perhatiannya masih bisa menangkap sosok orang yang sedari tadi dicarinya.

Kenzie!

Benar, itu Kenzie yang sedang ... bermain ayunan?

"Ternyata kamu di sini."

Kenzie yang baru saja mengambil foto dengan kamera polaroidnya mendongak kedatangan Rissa. "Kamu?" Lalu cowok itu mengerutkan kening dan bertanya, "Kok, kamu di sini?"

Rissa memutar bola matanya. "Heh, aku sama anak-anak dari tadi itu cari-cari kamu, tahu nggak? Mereka, tuh, takut kalau kamu nyasar. Eh, ternyata kamu malah nyantai-nyantai di sini."

"Eh, Can-Macan, dari tadi itu juga aku sibuk muter-muter cari jalan, tahu. Ada orang yang aku tanyain, tapi malah bikin aku tambah nyasar. Udah nggak ada ponsel, nggak bisa nelepon. Aku capek, makanya aku istirahat sebentar dulu di sini."

Melihat Kenzie manyun sambil mencurahkan pengalaman kesasarnya begitu malah membuat Rissa ingin tertawa geli. "Nggak nyangka aku, cowok segede kamu masih bisa nyasar. Ini baru bonbin, lho. Gimana kalau aku lepasin kamu di hutan Afrika? Jangan-jangan nggak bisa pulang."

Kenzie malas menyahut selagi Rissa meledeknya.

"Kata Juki, kalian kepisah pas lihat-lihat macan sumatra. Mungkin itu balasan buat kamu karena kualat sama aku," lanjut Rissa semakin puas meledek, bahkan tak segan lagi tertawa sejadi-jadinya. Rissa bisa melihat Kenzie mendelik dongkol ke arahnya. Namun, sebelum mulut Kenzie yang megap-megap itu ingin menyemburkan kedongkolannya, Rissa berpaling meraih ponselnya ketika ia ingat perlu memberi tahu Juki, Rumaisha, dan Kinar kalau anak hilang ini sudah ditemukan.

Usai menutup ponsel, Rissa kembali memutar tubuhnya menghadap Kenzie yang masih duduk memainkan ayunan. "Sama-sama."

"Apa?" Kenzie memiringkan kepalanya.

"Aku pikir ada orang yang mau ngucapin makasih ke aku," sindir Rissa menyeringai. "Asal kamu tahu aja, ya. Kalau bukan demi bantuin Kinar ambil photoshoot buat majalah sekolah, aku sama Rumaisha juga nggak bakal ke sini. Dan kalau kami nggak ke sini, aku nggak tahu apa sekarang Juki udah nemuin kamu atau belum. Terus kalau Juki nggak juga nemuin kamu, bisa-bisa kamu beneran nggak bisa pulang, nginap di sini nemenin siamang-siamang itu. Kenyataannya aku yang berhasil nemuin kamu. Tapi, kok, aku belum dengar ada orang yang ngucapin makasih, ya, ke aku?"

Yaa salaam, apa cewek itu menyindirnya? Kenzie berjengit melihat gaya sok pongah Rissa yang sedang merasa jadi pahlawan. Sebenarnya cewek itu ikhlas nggak, sih, bantu mencarinya? Yah, tetapi memang ada benarnya juga Kenzie mesti berterima kasih sama Rissa.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang