Hei, Gajah! Jangan ge-er dulu. Bukan karena kamu baru ulang tahun lantas aku mau kasih kamu kado. Ini bukan kado ulang tahun. Anggap aja sebagai ungkapan terima kasih karena kamu udah kasih izin aku mainin ayunan itu. Tapi sekali lagi ... barakallah fii umrik.
Kertas bertuliskan tangan Rissa itu tak bosan-bosannya dibaca Kenzie sambil telungkupan di atas tempat tidurnya. Begitu sampai rumah dan mengganti seragam, Kenzie langsung ingat untuk membuka kado yang tadi pagi diberikan Rissa. Kenzie tidak peduli meskipun Rissa bilang bukan kado, tetapi bagi Kenzie itu tetap kado. Dan kini Kenzie tidak bisa berhenti tersenyum mendapati gantungan ponsel boneka gajah berwarna biru keabu-abuan itu telah terpasang di ponsel pintarnya.
"Assalamu'alaikum ...."
Terdengarnya suara pintu diketuk diiringi ucapan salam kontan membuat Kenzie terkesiap menoleh ke arah pintu kamarnya. Buru-buru ia menyembunyikan kertas ucapan itu di bawah bantal. "Wa'alaikumussalam."
Dari luar, Sakha membuka pintu kamar Kenzie begitu mendengar salamnya dijawab si empunya kamar. Cowok yang datang dengan masih berbalut seragam SMAIT-nya itu serta-merta merebahkan tubuhnya di pembaringan sebelah Kenzie.
"Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmus sholihat," gumam Sakha meluapkan rasa letihnya seolah usai berjalan kaki berkilo-kilo meter demi menemukan sebuah kasur.
Masih PW alias 'posisi wenak' dengan tiduran telungkupnya, Kenzie hanya melirik Sakha yang datang-datang malah ikutan tidur di kasurnya. Habis pulang sekolah hari ini, Sakha memang bilang mau ke rumah Kenzie untuk mengantarkan oleh-oleh madu super asli dari Bogor. Ditambah beberapa oleh-oleh makanan khas hasil buruan umi Sakha di Kota Hujan itu.
"Kha, makanan kucingnya nggak lupa dibeliin, kan?" tanya Kenzie menjawil-jawil pinggang Sakha dengan ujung-ujung jari kakinya.
"Iya, di tas. Ambil sendiri," sahut Sakha ogah-ogahan dan tanpa berniat membuka matanya yang terpejam. Hanya ditunjuk dengan lemas tas sekolahnya yang juga tergeletak begitu saja di samping tubuhnya.
Kenzie mendudukkan dirinya, lalu meraih tas punggung Sakha. Sekejap diliriknya Sakha yang tergolek lemas. Entah benar-benar sudah tidur atau belum. Lengan kanan Sakha terangkat menutupi sebagian wajahnya yang tampak kecapaian.
"Kha, kamu tidur?"
"Hm ...."
"Puasa?"
"Hm ...."
Kenzie berjengit. Mengabaikan Sakha dengan jawaban tidak jelasnya, Kenzie pun menggeledah tas Sakha untuk mencari barang pesanannya. Kenzie ingat makanan kucing peliharaannya hampir habis, tetapi ia lupa membelinya sepulang sekolah. Makanya begitu tahu kalau Sakha mau mampir ke rumahnya, sekalian saja Kenzie titip dibelikan. Dan soal kucing peliharaan Kenzie, tentu saja kucing itu ....
Benar, kucing tabi berbulu abu-abu belang yang dibawanya dari rumah Rissa tempo lalu itu. Yakin kucing itu tidak punya pemilik, Kenzie memutuskan memeliharanya setelah tak tega membuangnya.
Sekantong plastik bertuliskan nama sebuah swalayan dikeluarkan Kenzie dari dalam tas Sakha. Namun, bersamaan itu tangannya turut mendapati bungkusan lain yang seketika menyedot perhatiannya.
"Kha, Kha, ini apa?"
Sakha yang terusik dengan guncangan keras tangan Kenzie di bahunya, mau tak mau sedikit membuka matanya demi melihat kehebohan sepupunya itu. Seperti yang ia duga, Kenzie pasti langsung kepo pakai banget begitu menemukan kotak berbungkus kertas kado itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Ficção Adolescente[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Apa pun keadaanmu, bisakah aku terus hidup dalam memorimu yang katamu sehebat ingatan gajah itu? _____ Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan b...