"AMNESIA?"
Hampir-hampir saja Adib terlonjak dari kursinya demi mengulang pernyataan yang masih sangat sulit dipercayai indra pendengarannya. Cobaan apa lagi yang menghampirinya kali ini? Baru saja keajaiban itu benar-benar datang. Jentera kala yang tergerus oleh banyaknya ketakutan antara pasrah menunggu, menunggu, dan menunggu, kini terbayarkan dengan melihat putra yang amat ia sayangi akhirnya terbangun setelah hampir dua bulan lamanya terbaring koma. Orang-orang pun tercengang bahagia. Termasuk tim dokter yang sebelumnya memprediksikan tipisnya harapan Kenzie memperoleh potensi kesadaran berdasarkan tanda-tanda hilangnya aktivitas saraf pada otak.
Saat diperiksa dokter, tingkat kesadaran Kenzie adalah somnolen. Dokter memberikan stimulus dengan menekan kuku. Terdapat respons membuka mata dan ekstensi abnormal terhadap nyeri. Selanjutnya dokter mengarahkan beberapa pertanyaan untuk menarik respons verbal.
Kenzie dapat menyebutkan namanya sendiri dengan baik, tetapi kesulitan mengenali lingkungan, peristiwa, serta orang-orang di sekelilingnya. Berulang kali Kenzie meracau dengan memanggil-manggil 'mama', seakan dari bawah sadarnya tengah mencari sosok 'mama' yang dimaksud. Psikomotorik yang lambat, dokter belum dapat menyatakan ingatan Kenzie telah kembali hingga kondisi sadar sepenuhnya (compos mentis).
Akan tetapi, pada kesadaran normal itu pun Kenzie tetap menunjukkan respons disorientasi terhadap lingkungan maupun orang-orang yang seolah baru pertama kali dijumpainya. Kenzie tidak mampu mengingat kejadian di masa lalu, termasuk kecelakaan yang dialaminya.
"Jadi putra saya kehilangan ingatannya?" Adib yang mendadak lunglai di kursinya masih tidak percaya harus menguak pengertian dari apa yang disampaikan dokter terhadap hasil tes putranya.
Di ruangannya, Dokter Gata-ahli neurologis-masih memberikan penjelasan tanpa mengubah ekspresinya yang bertolak belakang dengan wali pasien di hadapannya. Mungkin karena sudah terbiasa baginya sebagai seorang dokter yang senantiasa menjaga wibawa dengan bersikap tenang ketika harus menyampaikan berita-berita kurang menyenangkan seperti ini.
"Berdasarkan tes pencitraan diagnostik yang kami lakukan, hasil CT-scan, MRI, dan EEG putra Anda menunjukkan adanya trauma di kepala akibat benturan keras sebelumnya. Kerusakan pada hipokampus inilah yang menyebabkan putra Anda mengalami sindrom amnestik. Sebagaimana otak manusia memiliki bermiliaran jaringan neuron yang terhubung ke sel-sel neuron lainnya. Tiap-tiap neuron membawa transmisi sinyal listrik yang dibentuk melalui aktivitas pengalaman panca indra untuk disampaikan ke otak sehingga mencapai area penyimpanan dan pengolahan memori jangka panjang atau yang disebut hipokampus."
Sesekali Dokter Gata menggunakan penlight untuk membentuk tanda melingkar maupun menyeret pada layar monitor yang menampilkan gambar pindai CT kepala pasiennya sambil melanjutkan keterangannya. "Sebagai bagian dari sistem limbik yang terlibat dalam proses merenspons perilaku serta emosi, hipokampus sendiri bertanggung jawab untuk menghubungkannya dengan kenangan seseorang. Pada dasarnya, memori yang disimpan akan dapat kita ambil ketika dipanggil. Namun, ketika hipokampus ini mengalami kerusakan, maka akan mengakibatkan gangguan memori seperti amnesia dan disorientasi."
Dengan nanar, Adib masih turut mencermati penjelasan Dokter Gata melalui layar monitornya. "Tapi, Dok, kenapa sewaktu putra saya tidak mengenali siapa-siapa anggota keluarganya di sini, dia justru mengingat ibunya yang padahal sudah meninggal sejak melahirkan putra saya itu?" tanyanya kemudian menatap Dokter Gata.
Dokter berusia akhir tiga puluhan itu memundurkan kedua bahunya dan memosisikan duduk untuk sepenuhnya menghadap lawan bicaranya. "Begini, Pak Adib, bisa jadi itu terjadi ketika korteks visual otak putra Anda telah meraih suatu gambaran hidup tentang ibunya dari alam bawah sadar. Kita bisa menyebutnya semacam mimpi. Jika tadi Anda mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal saat persalinan, memang tidak memungkinkan bagi putra Anda membentuk kenangan episodik secara aktual bersama ibunya. Tapi pasti selama ini putra Anda telah membangun retensi memori untuk mengenali wajah ibunya sendiri dalam bentuk foto-foto, misalnya. Pada fase tidur yang dalam, intensitas emosional itu dimunculkan sehingga putra Anda menyakini bahwa dia bertemu ibunya. Kesan mendalam pada mimpi itulah yang membuat putra Anda tetap mengingatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...