69. Terulang Lagi

1K 122 47
                                    

"PUAS KAMU SUDAH MENCELAKAKAN KEPONAKAN SAYA, HAH?"

Satu tamparan cukup keras mendarat di pipi kanan seorang wanita yang menampakkan kekacauan luar dan dalam. Berpasrah, wanita yang telah kehilangan tatanan elegan busananya ketika terdapat bekas sobekan serta penuh bercak darah itu hanya menunduk sedalam-dalamnya. Riasan wajahnya sudah sedari tadi luntur oleh jejak-jejak air mata, kini harus ditambah bekas merah tamparan itu sekiranya cukup menjadi bukti runtuhnya singgasana keangkuhan yang ia bangga-banggakan.

"Kamu sadar gara-gara perbuatanmu, di dalam sana keponakan saya sedang bertaruh nyawa sekarang. Seharusnya kamu pantas dipenjara. Wanita jahat!" Belum puas dengan tamparannya, Shafira masih meluapkan hujatan kemarahan di hadapan wanita sepantaran usianya itu.

Hanif berusaha menjauhkan istrinya itu sebelum akan menjadi lebih kalap. "Fira, tenanglah. Istigfar. Ingat kondisimu sendiri. Kamu baru sembuh." Diusap-usapnya bahu sang istri yang naik-turun dengan memburu itu. Ia mengkhawatirkan kondisi Shafira yang baru saja hari ini diperbolehkan pulang dari rawat inapnya bisa-bisa akan kembali drop jika emosinya dibiarkan tak terkendali.

"Bagaimana aku bisa tenang, Mas? Kenzie celaka gara-gara orang itu. Pokoknya aku tidak akan pernah memaafkannya kalau sampai terjadi apa-apa dengan Kenzie." Pecah tangis lebih dalam menenggelamkan suara Shafira yang kian merendah. Dibenamkan kepalanya yang lunglai ke dada Hanif hingga suaminya itu perlahan membimbingnya untuk duduk di kursi tunggu depan ruang operasi.

Sakha turut menenangkan ummanya. Sedu sedan Shafira belum mereda, tetapi emosinya sudah lebih stabil selagi berada di tengah-tengah suami dan putra yang menuntunnya untuk banyak beristigfar.

Kecelakaan nahas yang terjadi di jalur jalan tol itu melibatkan dua orang menjadi korban. Slamet Wartono, 35 tahun. Pengemudi mobil yang merupakan seorang pegawai kantoran itu pun sempat pingsan usai bagian bodi samping mobilnya ringsek akibat kehilangan kendali dan berbalik arah membentur dinding pembatas jalan tol. Beruntung kantong udara yang terpasang pada setir mobil mampu menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga mengurangi risiko luka yang lebih serius. Beruntungnya lagi saat itu tidak ada kendaraan lain yang melintas atau mungkin kecelakaan beruntun akan terjadi. Sementara satu korban lainnya, Athava Kenzie Hanggara, 17 tahun. Pelajar SMA yang menjadi korban tabrakan mobil Slamet Wartono ditemukan dalam kondisi terluka serius di kepala dan patah tulang kaki.

IGD Rumah Sakit Universitas Lentera Diwangtara segera bertindak sigap ketika menerima kedatangan dua pasien dari brankar ambulans. Dokter yang menangani Kenzie merujuk pada prosedur operatif. Benturan keras di kepala mengakibatkan hematom pada dua lapisan otak arachnoid dan dura meter. Operasi kraniotomi segera dijalankan. Dokter spesialis bedah saraf, Profesor Lesmono telah pula menjelaskan peningkatan kasus penumpukan darah di kepala ini jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kompresi intrakranial hingga kerusakan jaringan otak yang dapat menyebabkan kematian. Terlebih mengingat pasien pernah mengalami trauma kepala sebelumnya, operasi besar ini akan lebih meningkatkan risiko.

Dari bedah saraf, operasi diteruskan oleh bedah ortopedi. Tabrakan keras itu sekaligus menyebabkan tungkai kaki kiri Kenzie mengalami diskontinuitas struktur jaringan tulang tibia dan fibula, di mana fraktur ini terletak pada 1/3 proksimal sinistra. Dokter akan menetapkan tindakan ORIF atau pembedahan terbuka melalui fiksasi internal dengan cara menanamkan pen titanium pada area patah tulang.

Persetujuan tindakan medis (informed consent) dilakukan oleh Hanif sebagai wali setelah ia cukup menerima penjelasan dokter mengenai diagnostik maupun terapeutik pada keponakannya tersebut. Adib masih dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Hanif masih ingat bagaimana ia memberitakan kecelakaan yang dialami Kenzie pada adik iparnya itu. Sepuluh tahun lalu Adib harus melampaui masa-masa terberat ketika putra jerat sematanya itu didiagnosis cedera otak yang cukup parah. Kini cobaan itu kembali datang menghampiri mereka dengan kejadian sama yang seakan-akan terulang kembali. Qodarullahi wa masya-a fa'ala.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang