TAHUN ini pun, seluruh angkatan siswa kelas XII SMA Bina Karisma dinyatakan seratus persen lulus Ujian Nasional. Acara pelepasan yang dihadiri sejumlah 412 lulusan siswa diselenggarakan dengan penuh semarak di auditorium SMA Bina Karisma. Undangan juga ditujukan kepada orang tua/ wali murid untuk turut serta mendampingi serangkaian acara pelepasan tersebut.
Lulus melewati Ujian Nasional bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Justru dari titik itulah generasi-generasi muda bangsa dituntut bersiap menghadapi perjuangan yang sesungguhnya. Mereka yang semakin beranjak dewasa, bukan masanya lagi bermanja-manja seperti saat masih menjadi pelajar. Raga yang sehat, jiwa yang aktif menjadi modal utama untuk mempersiapkan masa depan dengan sebaik-baiknya. Sebab kelak, dunia kerja yang lebih keras pun siap menanti di depan mata.
Seperti halnya Rissa, Rumaisha, dan Kinar yang kini mulai disibukkan dengan kegiatan kuliahnya sebagai mahasiswi baru. Seolah sudah menjadi satu paket yang tak terpisahkan dari bangku SMA, ketiga cewek itu pun kembali berhasil diterima ke universitas yang sama—Universitas Lentera Diwangtara—meskipun berbeda jurusan.
Rissa, seperti minatnya selama ini pada dunia bisnis, maka jadilah ia masuk ke jurusan Manajemen Bisnis. Rumaisha, tanpa diduga cewek yang tampaknya menyukai pembukuan itu ternyata memilih jurusan Psikologi Soshum (Sosial dan Humaniora). Sedangkan Kinar yang sudah melewatkan ajakan tantenya berkuliah di Jakarta, memilih jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual).
Bukan hanya itu, kabar lainnya pun menyusul keberhasilan Erlang yang lolos seleksi calon taruna Akpol (Akademi Kepolisian). Tak ketinggalan Nona yang siap bergabung dalam lingkungan militer mengikuti jejak turun-temurun keluarganya dengan masuk Pusdik Kowad (Pusat Pendidikan Korps Wanita TNI AD). Kelebihannya diikuti penampilan Nona yang sudah berhijab sekarang.
Bergeser sebentar ke cowok berkulit hitam manis—siapa lagi kalau bukan Marjuki Sasongko—cowok itu lagi gencar-gencarnya menjadi konten kreator di channel Youtube pribadinya yang sudah diikuti lebih dari 391k subscriber.
❤
Rissa baru saja menyelesaikan transaksi pembayaran krim moisturizer pesanan mamanya. Keluar dari toko skincare di mal itu, perhatiannya langsung tertumbuk pada toko pernak-pernik yang letaknya memang berada persis di seberang toko skincare. Sudah lama juga rasanya sejak Rissa membeli gantungan ponsel boneka gajah di toko itu. Sayangnya, Rissa tidak melihat keberadaan mbak-mbak pramuniaga yang dulu melayaninya.
Eh, terus kalau ketemu mbak-mbak itu memangnya mau apa? Ya, mungkin Rissa akan berterima kasih karena sudah merekomendasikan gantungan ponsel boneka gajah itu. Berkat jadi membeli gantungan gajah itu, sekarang ponselnya pun telah mendapatkan gantungannya juga. Ica Macan yang manis dan cantik.
Ah, tiba-tiba Rissa jadi teringat pada si ganteng menjajah itu. Bagaimana keadaannya sekarang? Terpisah jarak, bukan berarti hubungan telekomunikasi dengan mengandalkan kecanggihan teknologi di zaman modern sekarang ini jadi terputus. Teknologi, jika dimanfaatkan sebagaimana mestinya akan membuat hubungan jarak jauh menjadi dekat. Bukan malah sebaliknya.
Namun, begitu menjelang Ujian Nasional beberapa waktu lalu, Rissa memang harus disibukkan dengan persiapan kelulusan, ujian masuk universitas, hingga dilanjutkan kegiatan kuliahnya sekarang yang juga banyak menyita waktu.
"Rissa?"
"Eh, Tante Shafira. Sedang apa Tante di sini?"
"Biasa, tante lagi meninjau cabang butik tante yang ada di sini. Kamu sendiri sama siapa ke sini? Ini habis pulang kuliah atau gimana?"
Pada akhirnya Rissa menjawab pertanyaan memberondong Tante Shafira itu ketika mereka memilih tempat yang lebih nyaman untuk mengobrol, sekalian makan siang di sebuah resto aneka penyetan. Tante Shafira mulai bercerita tentang banyak hal. Termasuk ketika menyinggung soal Sakha yang ingin mengejar gelar Lc di Doha, Qatar. Selama di Doha, Sakha tinggal bersama keluarga pamannya dari pihak buya Sakha.
"Kalau Kenzie ... mm, apa Tante tahu gimana keadaannya sekarang?" Rissa menyelang dengan pertanyaannya.
"Kenapa? Kamu kangen, ya?"
Nada menggoda Tante Shafira berpengaruh malang pada ekspresi Rissa yang harus setengah mati menyembunyikan kegugupannya.
"Tante sudah menunggu-nunggu kamu menanyakan itu, lho. Pas banget, mungkin kamu bisa lihat sendiri keadaannya setelah kamu menonton ini."
Rissa menerima ponsel Tante Shafira yang menampilkan foto-foto terbaru Kenzie. Cowok itu tampak ceria dan Rissa bisa melihatnya berjalan tanpa bantuan alat-alat penyangga apa pun lagi dari satu rekaman video yang tengah diputarnya.
"Keponakan tante itu makin ganteng, kan?" celetuk Shafira masih menyelipkan godaannya. "Dia anak yang kuat. Jadi penyembuhannya juga sangat cepat. Katanya, dia akan semangat mengejar ketinggalan pelajarannya supaya tahun depan bisa masuk fakultas Kedokteran."
"Jadi cita-cita Kenzie itu mau jadi dokter, ya, Tante?"
"Om Adib sebenarnya kecewa, karena Kenzie sudah diharapkannya menjadi penerus perusahaan keluarga kami. Tapi Om Adib juga tidak mau memaksa setelah Kenzie sudah berusaha jujur kalau ternyata keinginan sebenarnya itu adalah mengikuti jejak keluarga almarhumah mamanya."
Rissa terdiam. Pikirannya menebak, jalan yang dipilih Kenzie akan mempermudah kedekatannya nanti dengan Kakek Ahmet dan Tante Sevanee. Ia harap masalah keluarga cowok itu akan segera menenemui titik temu.
"Apa Tante biasa kontak Kenzie setiap hari?" tanya Rissa kemudian begitu menyedot sisa jus alpukatnya.
"Begitulah. Sering juga Kenzie yang nelepon duluan. Setiap kali nelepon pasti tidak pernah lupa nanyain Ica."
"I-Ica!"
"Oh, itu kucing yang dititipkan Kenzie ke tante."
Rissa hanya bergumam tidak jelas disertai tawa sumir. Ica kucing toh maksudnya. Rissa sudah ge-er saja. Kayaknya Rissa mesti menyuruh Kenzie mengganti nama kucingnya itu.
Makan siang bersama itu berakhir ketika Tante Shafira harus kembali ke butik. Rissa juga memutuskan untuk pulang. Sepanjang sisa perjalanan motor skuternya menuju rumah, Rissa tak berhenti tersenyum bahagia. Setidaknya ia tahu bahwa saat ini Kenzie tengah bersemangat meraih cita-citanya. Rissa juga tidak akan kalah bersemangat. Bukan hanya mereka, melainkan juga banyak orang di luar sana yang sama-sama tengah saling berjuang menuntut ilmu agar kelak bisa mengamalkannya untuk bangsa, negara, dan agama.
Jalan yang terbentang di depan masih panjang. Masa depan perlu diraih. Begitu pun dalam perkara jodoh yang telah dijaminkan Allah bahwa setiap anak adam diciptakan berpasang-pasangan. Akan tetapi, di mana rimbanya dan dengan siapa berjodoh, hal itu senantiasa menjadi misteri Ilahi.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...