60. Firasat

1K 117 39
                                    

TUGAS kelompok ekonomi menyusun makalah dengan tema agrobisnis yang diberikan Pak Samsul sudah ditetapkan masing-masing terdiri dari enam individu. Sedangkan untuk pemilihan nama-nama kelompok, Pak Samsul membebaskan siswa-siswinya mencari rekan sekelompok mereka sendiri.

Tak perlu ditanya lagi, Rissa sudah pasti akan memilih sekelompok dengan dua sohibnya, Rumaisha dan Kinar. Terlebih karena meja mereka saling berdekatan. Ketambahan Juki yang ikut menggabungkan diri, berarti kekurangannya tinggal dua orang lagi. Segera saja Kinar menunjuk Kenzie untuk masuk ke kelompok mereka, meskipun sebelumnya sempat rebutan dengan Cheesi yang merasa lebih dulu menawari Kenzie ke kelompoknya. Akhirnya keputusan yang sepenuhnya di tangan Kenzie itu jatuh pada kelompok Kinar setelah ia juga mesti mengajak serta Erlang. Dengan demikian, genap sudah jumlah enam orang kelompok mereka.

Kesepakatannya sepulang sekolah hari ini mereka akan langsung membahas tugas makalah penelitian itu di rumah Kenzie yang dijadikan markas. Pasukan cewek bermotor roda dua sampai duluan ke rumah Kenzie. Sebaliknya, pasukan cowok yang lebih memilih nebeng mobilnya Kenzie—bahkan Erlang bela-belain nitip motornya di rumah Septian yang cuma berjarak 100 meteran di belakang sekolah—rupanya belum juga tampak muncul di belakang mereka.

"Mau nungguin yang punya rumah dulu atau langsung masuk aja, nih?" Rissa meminta pendapat Rumaisha dan Kinar.

Belum lama mereka sama-sama berpikir bagaimana baiknya, tiba-tiba terdengar suara pintu berdaun ganda itu terbuka dari dalam. Seorang wanita paruh baya berdaster batik motif supit urang menampilkan senyum ramahnya.

"Eh, Mbak Rissa sama teman-temannya Mas Kenzie, ya?" sapa Bi Wati. "Pas sekali sudah pada datang. Saya baru saja ditelepon Mas Kenzie. Katanya kalau misalnya Mas Rissa sama teman-teman yang lain sudah pada sampai, langsung saja disuruh ke dalam. Soalnya Mas Kenzie mau mampir dulu ke rumah ... rumah ... duh, siapa tadi namanya, ya?"

"Juki?" sela Kinar menimpali nama yang dimaksud Bi Wati.

"Nah, iya, betul. Mas Kenzie mau mampir dulu ke rumah temannya yang namanya Juki itu."

Kinar mendesah ketika mendapat tatapan heran Rissa dan Rumaisha. "Barusan Juki chat aku, nih. Dia bilang simbahnya kebanyakan masak sambal teri. Takut nggak ada yang ngehabisin, makanya Juki mau ambil dulu ke rumah. Nanti biar dimakan bareng-bareng sama kita," jelas Kinar.

Begitu keterangan Kinar, mereka pun lantas mengikuti Bi Wati yang mempersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu.

"Ah, kangen juga aku main ke rumah ini. Dulu waktu masih jadi rumahnya Rissa, kita, kan, sering banget main ke sini," kenang Kinar sembari membiarkan sepasang matanya menjelajahi dekorasi tata ruang tamu yang ternyata masih sama seperti saat terakhir kali mereka bermain sampai ikut beres-beres pindahannya Rissa dari rumah bekas tempat tinggalnya ini dulu.

Hal sama dirasakan Rumaisha. Meskipun tak ikut ada komentar, ia pun membenarkan ucapan Kinar barusan. Hampir dua tahun mereka bertiga selalu bersama sejak duduk di kelas X. Rumah ini pun tak lekang mengukir kenangan saat mereka pernah kumpul-kumpul bermain atau belajar bareng.

Rumaisha yang sedari tadi diam, baru mengeluarkan suaranya ketika menoleh tingkah Rissa yang seperti tak nyaman duduk di kursi victoria berwarna hitam itu. "Kamu kenapa, Ris?"

"Duh, aku kebelet, Sha. Pingin pipis," desis Rissa disertai gerakan menahan-nahan buang air kecilnya itu sampai-sampai bulu romanya pada berdiri menegang. Pasalnya sudah sejak dalam perjalanan Rissa menahan pipisnya. Puncaknya sekarang bendungan pipis yang semakin menggedor-gedor ujung pertahanannya itu benar-benar sudah mau jebol.

"Ya, udah, numpang ke toilet aja sana, Ris, daripada keburu ngompol," kata Kinar sekenanya.

Tepat pada saat itu Bi Wati kembali menemui mereka dengan membawakan suguhan minuman dingin dan aneka kudapan.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang