SAAT sambungan telepon diputus, Rissa tahu mamanya akan mengubah arah tujuan mereka dari sebelumnya. "Pasien Mama, ya?"
Anna menganggukkan kepalanya dengan perubahan raut yang seperti diburu kegawatan. "Iya, pasien mama di ruang PICU membutuhkan mama sekarang."
"Terus?" Nada tanya diarahkan Rissa, apakah mereka harus menunda saja rencana untuk menjenguk Kenzie sampai mamanya selesai memeriksa pasiennya.
"Begini saja, Sayang. Gimana kalau sekarang kamu pergi duluan ke kamar rawat Kenzie? Secepatnya nanti mama menyusul begitu selesai memeriksa keadaan pasien mama."
Apa boleh buat. Rissa juga mengerti kalau mamanya mesti buru-buru menuju ruang PICU, karena memang seperti itulah tuntutan pekerjaan mamanya sebagai tenaga medis untuk mendahulukan pasiennya. Sebelum pergi, mamanya sudah menitipkan sekantong kue yang memang dipersiapkan untuk buah tangan. Oke, sebaiknya Rissa langsung ke kamar rawat Kenzie saja sekarang mumpung masih jam besuk.
Pintu lift yang tampak di hadapannya terbuka. Beberapa orang keluar, tetapi segera terisi kembali oleh para pembesuk rumah sakit lainnya yang ingin menggunakan efisiensi moda transportasi vertikal tersebut. Melihat masih ada kapasitas penumpang, Rissa bergegas mengejar pintu lift sebelum tertutup. Akan tetapi, tanpa sengaja bahunya membentur seseorang yang berjalan melawan arah dengannya.
"Maaf ... maaf ...." Dalam hal ini Rissa mengakui ia yang salah sudah tidak memerhatikan jalan. Kedua matanya membulat begitu menyadari siapa orang yang ditabraknya. "Tante?"
Sevanee, wanita bersetelan belted top coral dan celana panjang kulot itu sedikit mengerutkan kening pada remaja putri yang menabrak jalannya.
"Namaku Rissa, Tante. Aku teman sekolahnya Kenzie," kata Rissa memperkenalkan diri. Wajar saja Tante Sevanee belum mengenalnya.
Sebelum ini, Rissa pun baru sebatas berpapasan dengan Tante Sevanee saat ikut menunggu operasi Kenzie. Ditambah situasinya sendiri yang memang tidak memungkinkan waktu itu hingga Rissa terpaksa melihat Tante Sevanee menjadi sasaran kemarahan semua orang.
Berbicara soal marah, memang benar Rissa juga sempat marah pada Tante Sevanee. Saking marahnya, Rissa hanya bisa diam. Ia hanya kasihan dengan Kakek Ahmet yang harus ikut menanggung kesalahan Tante Sevanee.
"Rissa?" gumam Sevanee mengingat-ingat sesuatu. Selang sebentar, garis melengkung pada bibir bergincu senada warna coral bajunya itu membentuk senyuman semringah. "Oh, jadi kamu yang namanya Rissa. Ayah tante—Kakek Ahmet—sudah sedikit banyak cerita tentangmu."
"Begitu, ya, Tante," ringis Rissa jadi malu sendiri kalau mengingat pertemuan pertamanya dengan Kakek Ahmet yang memang bikin malu. Dari mengira kakek bule itu pimpinan gangster sampai bahasa Inggris Rissa yang belepotan, padahal Kakek Ahmet sebenarnya sangat fasih berbahasa Indonesia.
"Kamu mau jengukin Kenzie, ya?"
"Iya, Tante. Apa Tante juga habis jengukin Kenzie?" Sekejap Rissa baru menyadari bahwa ia sudah salah membalikkan pertanyaan yang sama.
Kenyataannya, meskipun jejak senyum itu masih tertinggal di bibir Tante Sevanee, auranya tidak sama cerah lagi dengan yang tercetak beberapa detik lalu. Senyum itu senyum topeng yang berjaya menyembunyikan kesenduan.
Sebenarnya jika mengingat jurang pemisah di antara keluarga babanya Kenzie dan keluarga Kakek Ahmet, Rissa sendiri pun cukup terkejut melihat Tante Sevanee ada di rumah sakit ini, sementara ia masih yakin babanya Kenzie tidak mungkin berubah pikiran segampang itu mengizinkan kehadirannya.
Ya, hari ini—seperti hari-hari sebelumnya—Sevanee selalu datang ke rumah sakit dengan maksud yang sama. Menjenguk tanpa benar-benar masuk menemui keponakannya. Sekadar melihat dari kejauhan sudah cukup baginya memastikan kondisi fisik Kenzie semakin membaik, meskipun demikian itu tidak mampu mengobati sesal seribu sesal yang sepertinya sudah mendarah daging begitu sebaliknya kondisi ingatan Kenzie belum kembali. Kenzie terkena amnesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...