"SAYANG banget waktu Senpai Aksa datang, aku pas nggak masuk latihan. Gagal, deh, ketemu langsung senpai." Pembicaraan Nona dan Erlang bergulir soal latihan karate hari Rabu lalu. Dan Nona hanya bisa mengerucutkan bibirnya ketika ia ingat cerita Feby soal kedatangan salah satu atlet karate kebanggaan bangsa itu.
"Itu pas barengan kamu izin nggak masuk sekolah karena mesti datang ke acara lamarannya Mas Haidar, kan, Non? Oh, ya, gimana acara lamarannya? Lancar?" tanya Erlang selepas memesan ciloknya agar jangan dikasih saus, sebab Lala memang tidak suka pedas.
"Alhamdulillah, lancar. Kalau nggak ada halangan, insya Allah pernikahan Mas Haidar sama Mbak Nisa akan dilangsungkan dua minggu lagi."
"Syukurlah. Acara pernikahannya di Timika, ya. Jauh juga."
"Ya, ditugaskan di Timika, dapat jodohnya juga di sana. Yang berangkat ke sana juga cuma anggota keluarga besar."
Erlang mengangguk-angguk mengerti. Bersamaan itu pesanan cilok mereka sudah jadi. Erlang mencegah tangan Nona yang hendak mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar cilok. "Biar sekalian aku aja yang bayar. Ini, Pak, dua sama punya teman saya." Lebih cepat sebelum Nona yang bereaksi ingin menolak, Erlang sudah menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan kepada bapak tua pedagang cilok.
"Makasih, ya, Lang, udah dibayarin."
"Santai aja, Non. Kayak sama siapa aja."
Lebih dari rasa senangnya mendapat traktiran cilok, Nona tahu ia tidak akan menyesal sudah menemani neneknya hadir di kajian kali ini. Pertemuan dengan Erlang yang tak terduga baginya—tetapi ia selalu percaya segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan—masih membuat hati kecilnya bersorak riang. Apalagi saat penampilan berhijabnya dipuji oleh cowok yang sudah lama disukainya secara diam-diam itu.
Ya, cowok yang disukainya. Berawal sejak kelas dua SMP, saat nama mereka yang maju di ajang turnamen olahraga siswa se-Jawa Tengah muncul sebagai penyumbang medali emas atas kontingen Kabupaten Semarang dalam cabang karate untuk masing-masing kadet kumite perorangan putra dan putri. Anak-anak karate yang lain lantas menjadikan mereka permainan jodoh-jodohan yang paling asyik buat di-'ciye-ciyein' atau di-'ehem-ehemin' pakai suara kor super kompak.
Jodoh-jodohan yang awalnya hanya berdengung di antara anak-anak ektrakurikuler karate mereka, entah bagaimana jadi merambak di kelas. Terlebih Erlang dan Nona selalu sekelas dari kelas satu SMP, bahkan sudah bersama sejak kegiatan MOS dan mereka memang cukup dekat sebagai teman berbagi bangku.
Tanggapan Erlang, sih, cuek-cuek saja. Terkesan tidak peduli malah. Sedangkan Nona kerap terbawa senewen, kendati semua itu cuma guyonan teman-temannya. Simpel saja, ia tidak suka dijodoh-jodohkan seperti itu.
Namun, ketika lama-kelamaan tren jodoh-jodohan itu perlahan mereda sampai pada akhirnya terlupakan, kanopi hati Nona justru serasa mulai dijatuhi pijar-pijar cahaya kecil layaknya percikan kembang api yang dimainkan di udara. Meletupkan gelenyar di sekujur tubuh yang anehnya membuat Nona ingin menyelami imajinasi dunia kembang api di dadanya. Sesuatu yang tidak pernah Nona rasakan sebelumnya saat ia benar-benar memerhatikan teman sebangkunya itu. Saat di mana ia selalu mengajak ekspresinya berkhianat dengan debaran jantungnya yang gila-gilaan setiap kali berada di dekat Erlang.
Di kenaikan kelas tiga SMP, barulah Nona dan Erlang pisah bangku, meskipun masih menjadi teman sekelas. Saat itu Erlang memilih sebangku dengan Sakha, teman sepermainannya dulu dari TK hingga awal SD. Sakha baru saja kembali ke Tanah Air setelah tujuh tahun menetap di Abu Dhabi. Anak dari seorang ustaz dan perancang busana muslim itu masuk ke SMP mereka untuk melanjutkan masa satu tahun lagi pendidikan SMP-nya.
Hari-hari pun berlalu sebagaimana wajarnya. Erlang yang kadang masih suka menjaili Nona dan Nona yang tetap pandai menyembunyikan debaran jantungnya. Sampai pada pelajaran membuat prakarya di sekolah, Erlang berkata ingin mengajak tukaran hasil kerajinan tangan buatan masing-masing setelah dinilai guru. Katanya sebagai kenang-kenangan sebelum lulusan SMP.
![](https://img.wattpad.com/cover/137685574-288-k886387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...