"SEKALI lagi terima kasih kamu sudah repot-repot datang dan menyumbang untuk panti asuhan kami."
Kedua sudut bibir Sevanee berkeluk ke atas, menampilkan setoreh senyum berpoles gincu merah terang tepat ketika ia berhenti di depan mobilnya. Di sampingnya berdiri seorang pria yang ikut mengantarkan kepulangannya sampai ke gerbang bangunan panti asuhan. "Sama-sama, Mas Yuda. Sudah berapa kali aku bilang ini sama sekali tidak merepotkan bagiku. Justru aku senang bisa berbagi untuk anak-anak itu. Lihatlah betapa lucunya mereka."
Sudah beberapa kali terakhir ini Sevanee senantiasa datang ke panti asuhan yatim-piatu itu. Pertengkaran sebelumnya dengan sang ayah yang sempat membuat Sevanee nyaris bertindak kalap ingin menabrakkan mobilnya sendiri, siapa sangka justru mempertemukannya kembali dengan mantan suaminya.
Waktu itu jika Yuda tidak datang atau terlambat sedikit saja, mungkin bukan cuma Sevanee satu-satunya korban atas niatan konyol itu, melainkan juga seorang anak laki-laki bernama Zidan yang bisa ikut tertabrak mobilnya. Beruntung Yuda masih sempat menarik Zidan ke tepi. Sementara Sevanee membelokkan setir dengan pengereman mendadak sesaat sebelum mobilnya lebih keras menabrak pohon di bahu jalan.
Zidan merupakan salah satu anak Panti Asuhan Khaira Ummah yang turut dibina Yuda. Insiden tabrakan mobil Sevanee yang kala itu berada di dekat lokasi panti asuhan, keruan saja menggegerkan para pengurus lain serta warga sekitar. Kabar bagusnya, semua dalam keadaan baik usai mereka memeriksakan ke rumah sakit. Zidan hanya mengalami syok dan Sevanee yang juga sedikit mendapat luka luar di kepalanya akibat berbenturan dengan air bag setir mobilnya. Sejak saat itulah Sevanee jadi sering berkunjung ke panti asuhan tersebut.
Yuda—pria berbaju koko lengan pendek itu—mengikuti arah perhatian Sevanee pada anak-anak panti asuhan yang tengah asyik bermain di pelataran. Ada sebagian dari mereka yang bermain kereta-kereta apian sambil bernyayi naik kereta api tut tut tut. Ada pula sekumpulan anak laki-laki yang lebih senang bermain sepak bola. Sementara beberapa lainnya lagi memilih menaiki ayunan, jungkat-jungkit, maupun perosotan yang ada di lingkungan taman bermain panti asuhan tersebut.
"Ya, kamu benar," sahut Yuda, lalu mengalihkan kembali perhatiannya ke depan. "Anak-anak itu seolah tumbuh tanpa beban, meskipun sebenarnya mereka tahu hanya dibesarkan di panti asuhan dan tanpa mengenal siapa orang tua kandung mereka."
Hela napas sejenak sebelum Yuda melanjutkan, "Kebanyakan dari anak-anak itu kami temukan di jalanan. Anak-anak pengamen dan tidak punya tempat tinggal. Tidak sedikit juga sengaja dititipkan di sini karena tidak ada lagi sanak saudara yang dapat merawat mereka. Dan parahnya lagi, beberapa pekan lalu kami baru saja menemukan bayi di pos ronda sebelah panti asuhan ini yang ... yah, entahlah ... sengaja dibuang oleh orang tuanya sendiri, mungkin?"
"Ironis, ya. Di sini ada orang yang ingin sekali bisa punya anak, tapi tidak juga kesampaian. Sebaliknya di luar sana ada saja orang yang sudah dikaruniai anak, tapi malah menyia-nyiakannya. Hidup ini sungguh adil," decak Sevanee dengan nada kiasannya.
"Maafkan aku, Vani." Air muka Yuda perlahan berubah sendu.
"Maaf ... untuk?" Sevanee memiringkan kepala dengan pandangan bertanya atas maksud tiba-tiba Yuda meminta maaf padanya. Namun, tak lama kemudian ia terkesiap pelan dan baru menyadari dirinya telah terbawa perasaan dalam perkataannya tadi. "Oh, Mas Yuda, aku tidak bermaksud menyinggung masa lalu kita. Aku tahu semua itu adalah takdir. Mungkin takdirku harus sama dengan Sevda. Sama-sama kehilangan kesempatan memeluk seorang buah hati."
Suara Sevanee mulai bergetar. Sedikit didongakkan kepalanya demi mencegah ruahnya buliran bening yang berkumpul di pelupuk mata. Gejolak di dada seakan kembali mengorek derita batin atas realitas hidupnya yang masih menganga luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...