"Hosgeldin, Kizim. Akhirnya kamu bebas."
Sevanee menyambut pelukan sang ayah yang menantikan kepulangannya di rumah. Pelepasan rindu mereka tuangkan sebebas-bebasnya. Sebebas Sevanee bisa menghirup kembali udara luar setelah satu bulan lebih mendekam di balik dinginnya jeruji besi. Senyumnya merekah berkali-kali lipat lebih lebar ketika Yuda menjemputnya dari kantor tahanan polisi. Terutama setelah ia tahu bahwa Yudalah yang menjadi penjaminnya.
Obrolan mereka pun berlanjut di meja makan. Ahmet tahu jika putrinya itu tidak mendapat asupan makanan yang cukup baik selama di penjara. Karena itu Ahmet sudah menyuruh juru masak terbaik di dapurnya untuk menyajikan makanan-makanan kesukaan Sevanee di meja makan.
"Makan yang banyak, Kizim. Baba tidak suka melihatmu kurus," kata Ahmet.
"Tamam, Baba," patuh Sevanee disambung ucapan terima kasih ketika Yuda mengambilkan sepotong bistik ke piringnya.
"Yuda, sekali lagi baba ucapkan terima kasih karena kamu sudah mengupayakan kebebasan untuk Sevanee," ucap Ahmet memberikan atensinya pada Yuda yang duduk di samping Sevanee.
"Sama-sama, Ba. Tapi ucapan terima kasih itu saya rasa lebih pantas kita sampaikan pada Adib karena dia akhirnya bersedia mencabut tuntutan itu sebelum masuk ke proses kejaksaan," sahut Yuda.
Ahmet meletakkan sendok dan garpu makannya di atas piring, lalu membawa tautan kesepuluh jari tangannya untuk menopang dagu. "Ya, sebenarnya baba juga berniat ingin mengucapkan terima kasih secara langsung padanya, tapi ...."
"Saya mengerti. Tapi Adib memang sudah berpesan pada saya agar kalian tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Bagaimanapun ini perjanjian yang telah kita sepakati bersama," kata Yuda berat hati.
Ahmet mengangkat kedua bahu seiring helaan napas panjang keluar dari mulutnya. "Mau bagaimana lagi? Kita sudah tidak punya pilihan," desahnya.
Yuda dapat memahami raut kekecewaan Ahmet. Ganti, diliriknya Sevanee yang tengah mengunyah pelan makanannya dengan wajah datar. Yuda tidak tahu apa yang dipikirkan wanita itu. Sevanee tidak banyak bicara lagi sejak ikut menandatangani surat perjanjian yang dilayangkan Adib. Yuda tahu keputusan itu memang berat untuk semua orang. Namun, Yuda cukup salut pada Sevanee yang mampu bersikap lebih tabah.
Tampaknya Sevanee memang sudah banyak berubah. Mantan istri yang sebentar lagi akan dinikahinya kembali itu jauh lebih dewasa dalam mengendalikan temperamennya ketika menghadapi permasalahan. Kendatipun Yuda paham sekali bahwa Sevanee-lah orang yang paling merasa terpukul oleh bubuh hitam di atas putih itu ketika kebebasannya harus ditukar dengan jaminan untuk tidak pernah menemui Kenzie lagi selama-lamanya.
"Oh, ya, bagaimana tentang hubungan kalian selanjutnya? Maksud baba, kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" tanya Ahmet mengalihkan topik pembicaraan.
"Insya Allah, secepatnya, Ba. Rencananya kami akan melangsungkan akad nikah di kota ini. Saya sudah tidak memiliki keluarga. Selama di sini, saya hanya dekat dengan keluarga besar Panti Asuhan Khaira Ummah binaan Ustaz Alimuddin. Karena itu setidaknya saya ingin mereka dapat menyaksikan akad nikah kami." Yuda sekilas menoleh ke arah Sevanee yang dibalas wanita itu dengan senyuman.
"Baguslah. Baba setuju-setuju saja. Jadi setelahnya kita bisa mempersiapkan keberangkatan ke Turki. Kamu tidak masalah, kan, Yuda, jika kamu ikut kami ke Turki?"
Yuda menggeleng satu kali. "Tidak masalah. Saya sudah berjanji akan selalu mendampingi Vani."
"Yah, mungkin ini sudah saatnya baba pensiun dan menyerahkan pengelolaan AMC Hospital pada Sevanee. Sebenarnya baba juga sudah merencanakan satu hal untukmu, Yuda." Jeda sejenak, Ahmet meneguk air mineral di gelas goblet-nya. Pria tua itu lalu melanjutkan ucapannya dengan tatapan lebih intens pada Yuda. "Selama ini AMC Hospital telah mendukung yayasan peduli anak-anak pengidap kanker. Baba pikir untuk kepengurusan yayasan itu selanjutnya bisa kamu pegang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...