14. Makhluk Kacrut Sepupu Kesayangan Gebetan

1.3K 150 59
                                    

SKUTER matic berwarna hijau telur asin itu berhenti di depan sebuah rumah dua lantai dengan gerbangnya yang terbuat dari kayu rangka besi. Seorang cewek yang tak lain adalah si pengendara skuter, membuka helm bogo-nya dan memandangi rumah berpelat angka 47 itu. Senyum cerah mengembang mewarnai perasaan bahagia luar biasa yang seolah memekarkan jutaan bunga di hatinya. Namun, bersamaan itu pula ia merasakan debar-debar ketegangan yang menjalar ke sekujur tubuh.

Duh, baru sampai depan gerbang rumah ini saja jantungnya sudah tidak terkontrol, apalagi ketemu Sakha langsung nanti.

Cewek itu, Clarissa Byanta masih tidak percaya akan mendapati kesempatan bertandang ke rumah pujaan hatinya yang selama ini cuma ditanam sebagai angan-angan semata. Tidak tahu kapan bisa kesampaian. Bukan karena rumah Sakha harus ditempuh dengan mendaki gunung dan melewati lembah yang sungainya mengalir indah ke samudra. Kalau itu, sih, biar jadi tugasnya Ninja Hatori saja.

Rumah Sakha masih berada di jalan yang bisa ditempuh normal, kok. Cuma masalahnya Rissa, ya, tidak mungkin ujug-ujug main ke rumah Sakha sesuka hati. Mereka bukan teman dekat. Bukan tetangga. Apalagi calon pasutri masa depan. Eh, kalau yang satu itu, sih, maunya Rissa.

Bagaimanapun selain urusan pengajian, boro-boro Rissa bisa deketan sama Sakha. Namun, hari ini dengan membawa rasa percaya diri yang utuh, Rissa berhasil mengeruk kenyataan dirinya sudah berdiri di depan rumah Sakha.

Tentu saja motivasi Rissa bisa ngapel ke rumah Sakha tidak secara langsung terbit dari idenya. Sengebet-ngebetnya Rissa sama Sakha, ia juga tidak mesti jadi cewek agresif yang kentara banget menyukai Sakha. Ia tahu Sakha sendiri tidak akan menyukai tipe cewek seperti itu.

Semua berawal dari titah resmi mamanya untuk mengambilkan baju pesanan di rumah ummanya Sakha. Oh, ya, ummanya Sakha itu seorang perancang baju muslim, khususnya hijab syar'i. Hijab syar'i berarti menggunakan aturan berhijab yang sesuai dengan syariat Islam. Artinya harus menutup dada, tidak ketat, dan tidak pula menerawang, sehingga dapat menjaga aurat secara sempurna.

Dari pemahaman tersebut, maka tak heran jika ummanya Sakha menjadi salah satu pelopor hijab syar'i ternama. Saat ini, baik butik maupun distributor hijab syar'i ummanya Sakha yang mengusung brand nama 'Hijab Shafira' tersebut sudah sangat terkenal di UEA maupun di Indonesia.

Mama Rissa biasa berlangganan baju-baju keluaran Hijab Shafira. Beberapa hari yang lalu mama Rissa memesan kaftan rancangan ummanya Sakha itu untuk dikenakan ke acara wisata religi bersama rekan-rekan kerja di rumah sakitnya.

Rencananya hari ini mama Rissa sudah bisa mengambil kaftan tersebut langsung di rumah ummanya Sakha, karena pesanan kali ini langsung dikirimkan dari Abu Dhabi. Namun, berhubung mama Rissa masih punya banyak pasien, maka diutuslah Rissa untuk mengambilkan kaftan pesanan mamanya tersebut.

Rissa, sih, setuju-setuju saja. Malah tidak usah ditanya lagi bagaimana ia dengan semangat yang berkobar-kobar membara langsung tancap gas menjalankan tugas. Badan capek sehabis latihan karate? Lewat.

"Oh, Non ini yang mau ambil pesanan baju itu, ya? Tadi Ibu Shafira sudah berpesan pada saya kalau Non datang, langsung kasih saja pesanannya. Kalau begitu tunggu sebentar, ya, Non, saya ambilkan dulu di dalam."

Rissa hanya mengiyakan dan menunggu bibi asisten rumah tangga keluarga Sakha mengambilkan baju pesanan mamanya. Rupanya Rissa terlambat sampai sini. Baru saja ummanya Sakha harus kembali ke butik karena teringat masih ada janji dengan seorang pelanggan naratamanya. Sayang sekali Rissa tidak bisa menemui langsung ummanya Sakha.

Eh, tapi kalau menemui anaknya bisa tidak, ya? Tujuan Rissa datang ke sini, kan, memang mau sekalian ketemu Sakha. Percuma, dong, kalau Sakha juga malah tidak ada di rumah. Mana sudah dandan cantik-cantik begini, lagi.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang