TAK terhitung berapa kali mulut Erlang terus meracau menyalahkan dirinya sendiri. Ia benar-benar menyesal sudah menimbulkan kekacauan yang berakar dari ketidakmampuannya mengontrol emosi. Pertengkarannya dengan Citra pasti didengar papanya. Karena itu pula papanya jatuh dari kursi roda hingga terkena serangan jantung.
Hati Erlang masih berharap-harap cemas. Belum lagi matanya terasa panas sedari tadi. Gemuruh kecemasan tak henti berkelana dalam relung dadanya selagi ia belum sekalipun mendapat kabar perkembangan keadaan papanya yang masih berada di ruang IGD itu.
"Kita doakan yang terbaik buat papamu."
Rangkulan Kenzie pada bahunya menyadarkan Erlang bahwa yang dibutuhkan papanya saat ini jugalah kekuatan doa. Sepertinya ia pun harus berterima kasih pada Kenzie karena temannya itu datang di saat yang tepat. Kenzie dan Pak Mahmud yang membantu membawa papa Erlang ke rumah sakit. Didukung kelihaian Pak Mahmud mengendarai mobil, papa Erlang bisa cepat sampai rumah sakit dan langsung mendapatkan pertolongan.
Kenzie dan Erlang bergantian melaksanakan salat Magrib. Erlang melaksanakan salat Magrib duluan di Masjid Al-Falah rumah sakit pusat jantung tersebut. Disusul kemudian Kenzie setelah Erlang kembali ke ruang tunggu IGD. Begitu Kenzie selesai dari masjid, ia melihat Erlang sudah berhadapan-hadapan dengan seorang dokter yang tadi menangani papa Erlang. Dari raut wajah Erlang yang tampak tegang, sepertinya dokter paruh baya itu baru saja menyampaikan perihal kondisi kurang baik. Kenzie cepat-cepat menghampiri mereka.
"Kita sudah tidak bisa menunda lagi. Penyempitan arteri koroner yang diderita Pak Chandra telah menyebabkan bilik jantung kiri tidak berfungsi secara normal lagi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan serangan jantung. Untuk itu, Pak Chandra harus segera melakukan operasi bypass jantung untuk mengembalikan suplai darah ke otot jantungnya."
Kabar yang baru saja disampaikan dokter semakin menambah kalut malut yang menggeranyam ke setiap rongga renik kulit wajah Erlang. Cowok itu mengusap wajah dengan telapak tangannya yang terasa dingin dan bergetar. Kepalanya yang mendadak pening ditahannya dengan menggigit bibir kuat-kuat.
"Tolong, kamu segera hubungi keluargamu untuk menandatangani informed consent agar bisa dilakukan tindakan operasi, maka saya akan berkoordinasi dengan tim dokter bedah kardiotoraks secepatnya," lanjut dokter spesialis jantung yang pada kantong kiri atas snelli putihnya tersemat name tag dr. Ferdy Rahadibyo, Sp.JP itu sembari menepuk dua kali pundak anak remaja keluarga pasiennya.
Dokter Ferdy memang segera datang ke IGD usai mendapat telepon dari residen yang berjaga bahwa salah satu pasien rawat jalannya yang bernama Chandra Iskandar mengalami myocardial infarction. Sebelum berlalu, Dokter Ferdy menjelaskan bahwa pasien perlu dipindahkan ke ruang ICCU guna memperoleh fasilitas adekuat perawatan intensif pada pasien penyakit jantung. Dari pihak keluarga sendiri hendaknya perlu menyelesaikan proses administrasi sebagai regulasi pindah ruang.
Erlang terempas duduk lemas di kursi tunggu depan ruang IGD. Kenzie yang berdiri di sampingnya berusaha melipur sebisa mungkin setelah ikut mendengarkan penjelasan dokter.
"CITRA, KAMU PUAS SEKARANG? KAMU PUAS SETELAH PAPA KENA SERANGAN JANTUNG, HAH?" gertak Erlang menyalangkan tatapannya pada seorang cewek berseragam putih-biru yang duduk di ujung lain deretan kursi tunggu berbahan stainless itu.
Citra hanya bergeming tanpa ekspresi dan tanpa niatan membalas tatapan tajam kakaknya.
"Lang, udahlah nggak ada gunanya marah-marah. Sekarang yang terpenting adalah kondisi papa kamu," sela Kenzie menengahi.
Segeranya Erlang beristigfar dalam hati. Benar, percuma ia memarahi Citra dalam keadaan di mana papanya yang tengah anfal seperti ini. Sekarang ia bingung harus bagaimana. Mamanya sedang berada di luar daerah. Paling cepat membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mamanya melakukan perjalanan dari Magelang ke Semarang. Di samping itu, bagaimana cara Erlang menyampaikan berita ini ke mamanya? Mamanya bisa sangat syok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...