SERENTAK salam membalas penutupan kegiatan halaqah sore itu usai sebelumnya juga dibacakan doa kafaratul majelis. Ketujuh akhwat yang duduk melingkar di dalam saung bambu Masjid Al-Islah sebagai tempat menggelar diskusi materi halaqah mulai berbenah untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Eh, tunggu-tunggu! Sebelum pulang, kita ngerujak dulu, yuk?" Tiba-tiba Pita dengan suara cemprengnya mengungkapkan usul.
"Wah, boleh juga, tuh, idenya Pita. Sore-sore gini ngerujak, seger kali, ya. Pada setuju semua kan, Ukht?" aju Shema yang mengenakan pashmina bermotif wajik.
"Iya, deh, aku ikutan ngerujak. Kamu juga mau, kan, Sha?" sahut Fida kemudian menyiku lengan Rumaisha yang duduk tepat di samping kanannya.
Rumaisha pun mengangguk. "Iya, boleh."
"Mbak Yasmin, ikutan ngerujak juga, ya?" Ully menawari Yasmin yang merupakan pemateri halaqah mereka hari ini.
"Maaf, aku kayaknya nggak bisa. Habis ini mesti ngerjain tugas referat soalnya," balas Yasmin menyesal.
"Oh, iya, nggak apa-apa, Mbak. Hamasah bikin tugasnya, ya."
"Afwan, antunna, aku juga mau langsung pulang. Di rumah mau ada acara keluarga." Sambil beranjak berdiri, Amanda mengungkapkan penyesalannya karena tidak dapat ikut acara makan-makan rujak itu.
"Iya, Mbak Manda. Hati-hati di jalan. Eh, Ully nitip salam ke Sakti." Pita melirik jail Ully untuk kalimat terakhirnya.
Kontan Ully tersedak air liurnya sendiri. Seiring semu merah menjalar dengan cepat di wajahnya, kedua matanya memelototi Pita yang malah cengengesan tanpa dosa.
"Salam kangen," tambah Pita justru semakin menggoda dan tanpa mengindahkan protes tertahan dari gerakan bibir Ully.
"E-eh, nggak ding, Mbak Manda. Itu si Pita kado ngarang aja," sanggah Ully cepat-cepat.
Asli, kalau Ully tidak sedang menjaga imej di depan kakak orang yang diam-diam ditaksirnya, ia pastikan sudah jejalin itu si mulut ember Pita pakai tahu bulat lima ratusan. Meskipun lewat kerlingan sebelah mata Pita padanya, Ully bisa menangkap kalau teman satu Irmas-nya itu tengah menegaskan niat baiknya membantu Ully biar di-notice sama 'calon kakak ipar' sehingga ikhtiar mendekati adiknya ke depan bisa semulus jalan tol.
Tapi caranya nggak mesti malu-maluin gini juga, dong, Pit. Duh, malah jadi pusat perhatian anak-anak lain, kan, ini? desah Ully jengah dalam hati.
Ya, iyalah, Sakti itu anak pesantren. Sementara Ully juga masih dalam proses memantaskan diri dalam hijrahnya. Kendati di masa-masa jahilnya dulu curahan hatinya pada cowok bernama Sakti itu sudah bukan lagi menjadi rahasia di telinga teman-teman Irmas-nya, tetapi Ully yang sekarang ini tidak mau, dong, kelihatan ngebet banget mengejar cinta santri. Astagfirullah, jaga pandangan Ully, Ya Allah.
"Insya Allah, nanti disampaikan salamnya. Pas banget Sakti lagi pulang ke rumah," kata Amanda diiringi senyuman gelinya.
Pipi Ully seketika mengepul. Shema mengacungkan dua jempolnya dengan mulut membentuk huruf O tanpa suara seperti karakter stiker yang ada di aplikasi pesan daring. Fida sok-sokan batuk jaim yang gagal ingat sama obatnya. Rumaisha hanya tersenyum kalem. Dan Pita—si pembuat masalah itu—langsung heboh menyenggol-nyenggol bahu Ully.
Sepeninggal Yasmin dan Amanda, berarti kini tinggal lima orang yang tersisa di saung bambu.
"Ya, udah, mana sini urunannya buat beli rujak," todong Pita menjulurkan telapak tangannya di depan keempat hijaber itu.
"Lah, kamu yang ngajakin ngerujak, kirain kamu juga yang traktir kita semua, Pit."
"Iya, Shema cantik. Nanti, ya, kalau aku udah sukses jadi pemilik restoran. Jangankan rujak, kalian semua aku gratisin, deh, makan sepuasnya di restoranku."
![](https://img.wattpad.com/cover/137685574-288-k886387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Teen Fiction[COMPLETED] Young Adult | Religi | Romantic Comedy Mulanya Rissa si cewek tomboi itu benar-benar risi ketika harus mengubah penampilannya dengan berhijab demi memenuhi janji di hari ulang tahunnya yang tepat menginjak angka tujuh belas. Esensi berhi...