10. Cinta dan Benci Sewajarnya

1.5K 167 105
                                    

BEL istirahat baru saja berbunyi. Kebanyakan anak biasa berjejal di kantin yang memang selalu jauh dari kata sepi pengunjung, kecuali pada saat KBM tengah berlangsung. Jam istirahat itu pun tak luput dimanfaatkan Rissa, Rumaisha, dan Kinar untuk segera menyerbu meja kantin di urutan tengah yang mereka temukan kosong.

"Tumben Juki nggak ikut gabung sama kita," ujar Rumaisha sekembalinya memesan siomay.

"Tahu, tuh, si Kecap Asin. Mentang-mentang udah ditraktir Kenzie, sekarang dia lupain kita. Biasanya dia, kan, larinya ke kita kalau mau yang gratisan," cebik Kinar sambil menuangkan sambal ke dalam mangkuk mi ayamnya.

Rumaisha menoleh sekilas ke tempat di mana beberapa cowok teman sekelasnya tengah nongkrong sambil asyik berkelakar, hingga membuat meja yang mereka tempati terlihat paling ramai. Di antara mereka ada satu cowok yang baru hari ini dilihat Rumaisha. Dialah Kenzie, anak pindahan yang kemarin sudah sedikit-banyak diceritakan Kinar lewat chatting.

"Gimana, Sha, menurutmu setelah hari ini kamu melihat langsung Kenzie?" Pertanyaan Kinar menghalau lamunan Rumaisha.

"Aku pikir dia anaknya baik. Buktinya gampang akrab aja sama yang lainnya," sahut Rumaisha apa adanya.

Kinar menjentikkan jari. "Nah, kan, kamu aja berpikiran begitu. Tapi kenyataannya masih ada, tuh, satu teman sekelas kita yang bawaannya benci mulu sama Kenzie."

Nada-nada menyindir dalam perkataan Kinar cukup dengan mudah dipahami Rumaisha sedang diarahkan ke mana. Cewek berkerudung putih itu pun hanya menahan senyum geli saat diliriknya Rissa yang malah terlihat cuek melahap sotonya.

"Padahal, ya, Sha, aku udah ingetin dia supaya jangan kelewatan benci sama orang. Kita, kan, nggak pernah tahu kapan benci itu bisa berubah jadi cinta," lanjut Kinar sebelum menyeruput kuah mi ayamnya dengan nikmat.

"Ya, bahkan itu ada dalam sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi dan disahihkan Asy Syaikh Al-Albani yang sering banget kita dengar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'cintailah seseorang yang kau cintai dengan sewajarnya, karena boleh jadi kelak ia akan menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah seseorang yang kau benci dengan sewajarnya pula, karena boleh jadi kelak ia akan menjadi orang yang kau cintai'. Jadi intinya mencintai atau membenci seseorang itu tidak boleh berlebihan." Rumaisha berujar kalem.

"Tuh, dengar apa kata calon ibu ustazah masa depan," timpal Kinar yang baru saja mengelap mulutnya dengan tisu.

Rissa yang sepertinya tengah menjadi objek ceramah kedua temannya hanya bisa mendesah pelan dalam hati. "Dengar ya, teman-temanku sayang. Aku itu bukannya benci, tapi cuma ... cuma nggak suka aja," katanya kemudian dengan air muka sewot.

Mudah saja kedua temannya berkata seperti itu. Coba kalau mereka berada di posisi yang selalu diusili makhluk macam Kenzie itu. Tahan berapa lama untuk tidak makan hati?

Seperti pagi ini waktu Rissa mau berangkat ke sekolah dengan mengendarai skuter matic yang akhirnya kemarin sore jadi keluar dari bengkel Mas Damar. Tahu-tahu dari arah samping, muncul mobil Kenzie yang menyalipnya dengan kepala cowok itu sudah menyembul dari kaca pintu mobil beserta wajah tengilnya.

"Selamat pagi, Putri Macan! Hati-hati, ya, bawa motornya biar nggak nyungsep. Kalau nanti nyungsep, mewek lagi. Kalau macan mewek, kan, sama aja mencoreng citra buas ketua rimba—eh, ketua kelas maksudnya."

Belum lagi di kelas. Gara-gara julukan baru yang diberikan Kenzie itu, Rissa serasa kehilangan wibawanya sebagai ketua kelas. Parahnya, Kenzie yang sepertinya belum pernah dicakar macan itu terlalu pandai memasang ekspresi innocent, sehingga Rissa yang seharusnya di posisi 'korban' jadi malah serbasalah sendiri.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang