Kala itu

145 4 0
                                    

Kala itu, aku berhasil menemukan tempat pelabuhanku. Sebuah tempat untuk singgah, entah untuk sementara waktu, atau selama waktu yang tersisa. Aku berhasil menemukan kamu. Kamu menjadi tempat singgahku. Kamu membuatku merasa bahwa kamu rumahku. Rumah yang aku rasa akan membuatku nyaman hingga aku tak tela jika aku harus berpindah ke lain tempat.

Kala itu juga, aku berhasil menyadarinya. Aku berhasil menampar wajahku sendiri agar bisa melihat kenyataannya. Bahwa memang kamu tidak begitu. Kamu bukan rumahku. Betapa munafiknya jika aku mengatakan bahwa kamu rumahku. Betapa munafiknya jika aku menyebutmu sebagai tempat persinggahanku.  Betapa munafiknya jika aku singgah pada tempat yang tak sungguh.

Kala itu juga, aku berani menyadari, padahal aku memang tak ingin melihat kenyataannya. Karena bagiku, singgah tapi tak sungguh sama saja menyakitkan. Karena bagiku memilih tempat persinggahan yang salah memang tidak wajar. Aku memilihmu sebagai rumahku, tapi kamu malah sebaliknya. Kamu sibuk menjadikan dia sebagai rumahmu. Lalu, jika begini, sama saja aku singgah di rumah kosong. Rumah berdebu dan tak ada orang di dalamnya. Tak ada kasih sayang, atau cinta. Bahkan sulit untuk mencari seteguk air untuk menumbuhkan akar kepercayaan. Maka, aku tak lagi percaya padamu, karena tak ada pupuk yang mendukungnya tumbuh.

-18 : 38

Today.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang