Berhentilah, bodoh. Kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri.
Kemari, akan aku ceritakan.
Ketika kau mengenal seseorang yang baru dalam hidupmu, jangan kau anggap asing, dan jangan pula kau anggap teman dalam sekejap. Setiap orang tak bisa kau tebak perasaannya dan juga pikirannya. Kau tak bisa langsung mengecapnya sebagai teman, walaupun ia sudah membuatmu terbang sampai ke langit ke tujuh. Maaf, maksudku, lebih dari teman. Jangan menganggapnya lebih dari teman. Karena semakin kamu menganggapnya lebih, harapan dalam dirimu padanya akan muncul. Maka, kau hanya harus mempersiapkan hatimu untuk dipatahkan.
Mengapa aku bisa berkata begitu? Karena cukup aku saja yang tersakiti. Jangan sampai orang lain sepertiku; menderita sehingga terlihat menyedihkan. Kita tidak saling mengenal. Tapi aku menasehatimu selayaknya teman. Karena tak banyak orang di luar sana yang akan menyakitimu. Bahkan, untuk memilih yang benar-benar akan di sampingmu akan terlihat sulit. Mereka yang baik tertutupi oleh mereka yang akan melukaimu.
Maaf terlalu berbelit-belit. Singkatnya begini. Aku terluka. Aku terluka, karena seseorang membuatku menaruh harapan, lalu dia meninggalkan ku begitu saja. Bahkan, ketika aku mencoba menyapanya, ia hanya bertanya siapa aku. Percayalah, rasanya sakit. Maka, di sini aku hanya memperingatimu, bodoh. Jangan terus bertindak bodoh. Dia, orang yang sukses membuatmu tersenyum ketika melihatnya, tidak menjamin dia akan berada di sisimu pada akhirnya. Siapa tahu dia hanya bermain? Siapa tahu, baginya hatimu adalah taman bermain?
Berhentilah, bodoh. Kamu menyakiti dirimu sendiri.
- 1.57am
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...