Kamu bisa diibaratkan sebagai pelabuhan. Sementara aku, aku adalah kapalnya.
Aku masih suka berlayar. Mengunjungi beberapa pelabuhan hanya untuk singgah, baik sebentar maupun lama. Sudah beberapa pelabuhan aku datangi, tapi pelabukan itu tak membuatku harus menetap lama. Hingga suatu ketika, aku bertemu denganmu.
Iya, kapalku berlabuh di pelabuhanmu. Menurunkan segala isinya untuk singgah di rumah dekat pelabuhan. Menurunkan jangkar, mempersiapkan bahan bakar agar ketika pelabuhan ini tak menyambutku dengan baik, aku akan kembali berlayar.
Tapi dugaanku salah. Kamu menyambutku dengan hangat. Dengan senyum ramah dan peluk yang kau tawarkan, aku berhasil terpesona padamu. Tak lama setelahnya, ada kapal lain yang berlabuh di pelabuhanmu. Sama sepertiku, kamu menyambutnya dengan ramah. Kamu juga tersenyum dan menawarkan peluk. Tapi, setelahnya, kamu malah menaruh hati padanya. Kamu tak membiarkan kapalnya pergi dari pelabuhanmu. Aku yang sedang berlabuh, tidak lagi kau hiraukan. Peluk yang kau tawarkan padaku, nyatanya kau tawarkan padanya. Lantas, untuk apa aku tetap berlabuh di pelabuhan ini jika kamu saja tidak menerimaku?
Lalu aku mempersiapkan diri dan barang-barang yang aku turunkan dari kapal untuk kembali aku naikan. Bahan bakar yang sudah aku siapkan, kembali aku cek ulang agar aku tak perlu kembali ke pelabuhan ini. Ketika aku akan mengangkat jangkar, kamu memanggilku. Awalnya aku tak peduli. Aku terus berusaha mengangkat jangkar, tapi jangkarnya terselip dalam karang. Aku tak bisa menaikannya. hingga kamu menghampiriku, mengajakku untuk kembali dalam pelukmu.
Kemudian, aku menurutimu. Aku mengikutimu, duduk di pinggiran pelabuhan dengan secangkir teh yang kau buat sendiri. Kamu bercerita tentang dia yang pergi setelah kamu memberikan separuh hatimu untuknya. Kamu bercerita bagaimana keseharian kalian sebelum dia memutuskan untuk kembali berlayar.
Dengan begitu, aku tahu satu hal. Tujuanmu memanggilku kembali hanya untuk menceritakan kisah kalian yang kandas. Padahal, aku pikir, kamu menarikku kembali untuk menawarkan cerita kita, bukan kalian. Aku pikir kamu menarikku kembali untuk menyerahkan hatimu yang masih tinggal separuh itu, bukan menyesali sepruh hatimu yang dibawanya pergi.
Lantas, dengan beribu alasan yang aku buat, aku pergi dari pelabuhanmu. Tak peduli apa yang akan kau tawarkan, aku sudah tidak mau. Maka, aku kembali berlayar.
-2.55pm
![](https://img.wattpad.com/cover/140338104-288-k460858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...