Karena yang katanya harus mengenal lebih dekat justru salah. Mengenal lebih dekat butuh waktu. Waktu yang tidak bisa dibilang cepat. Namun pada akhirnya, kita hanya semakin terpisah oleh jarak dalam waktu yang semakin lama. Percayalah. Aku sudah membuktikannya. Maka, jangan pura-pura sok tidak tahu soal jarak antara kita.
Awalnya, aku pikir dengan mengenalmu lebih jauh akan berakhir dengan baik. Maksudku, aku pikir semakin aku mengenalmu, semakin aku bisa masuk ke dalam duniamu. Tapi nyatanya malah berbeda. Apa yang seharusnya aku pikir akan terjadi malah terbalik dan menamparku dengan kenyataan yang tidak ingin aku terima. Nyatanya, kita semakin jauh. Jarak membentang diantara kita. Waktu yang terus merangkak maju membuat suasana semakin canggung. Walau masih sering menatap langit yang sama, rasanya aku dan kamu terpisah bagai ke dunia yang fana.
Lalu kita tidak lagi berhubungan. Aku tak pernah melihat bayanganmu di retina mataku. Sekalinya aku menangkap bayangmu, aku tak berani berucap, hanya diam, memandangmu dari jauh sembari berharap semoga waktu bisa diputarbalikkan. Aku tak lagi mendengar kabarmu, padahal awal kita bertemu, kamu selalu memberikan kabarmu walaupun aku tak menanyakannya. Aku tak lagi mendengar keluh kesahmu terhadap apa yang kamu alami setiap hari. Padahal dulu kamu selalu mengatakannya acap kali kita bertemu.
Dan aku, aku selalu benci mengatakannya. Tapi..., jangan dipikirkan lagi. Kita sudah usai. Tidak ada yang perlu diingat ketika kita berusaha mencari kebahagiaan kita masing-masing. Maaf telah mengusikmu. Maaf telah menyalahkan takdir. Dan maaf, aku masih tak bisa bicara di hadapanmu, karena bagiku, kamu seperti leser pengecil nyaliku, sampai nyaliku benar-benar tidak ada hanya untuk menyapamu.
- 7.40pm
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoesíaAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...