Aku di belakangmu. Bersama teman-temanku di tengah keramaian waktu itu. Aku melihatmu bersama kekasihmu yang baru. Dan anehnya, aku menangis dalam hati.
Kita sudah selesai. Kita tak ada lagi dalam suatu hubungan yang dapat diartikan kembali. Kita bukan lagi dua individu yang dipertemukan oleh pencipta untuk bersanding. Kita adalah orang yang sudah mengambil komitmen untuk mengambil arah langkahnya masing-masing. Tapi..., kenapa aku masih menangis dalam hati?
Maka, kesimpulan yang aku dapat, sekeras apa pun aku berusaha melupakanmu, ketika sosokmu muncul dalam retina mataku, aku gagal. Sosokmu yang selalu aku nanti kedatangannya masih sangat aku nantikan. Tak peduli bagaimana kondisinya, nyatanya aku rindu menatap punggungmu dari belakang. Dan kenyataannya benar, bukan? Aku menatap punggungmu, dari belakang. Melihat perempuan di sebelahmu, aku tak memperdulikannnya. Hanya saja, akhirnya aku menangis dalam hati.
Kamu tertawa bahagia di sampingnya. Senyum yang pernah ada untuk aku nikmati. Caramu berbisik padanya ketika kamu akan mengatakan sesuatu di telinganya, masih sama. Masih sama seperti dulu kamu memperlakukanku begitu. Wangi parfummu juga belum berubah. Masih sama. Masih sama ketika wangi itu bisa aku cium sepuasanya.
Lalu..., aku merindukanmu.
Sayangnya aku tak bisa bebas merindukanmu seperti dulu. Rasanya tidak pantas, karena aku melihat sendiri bahwa duniamu sudah berubah. Tak lagi berisi aku dan kamu, melainkan dunia yang kamu isi dengan ceritanya saja.
Maka, selamat. Kamu sudah dahulu membangun dunia baru.
—11.48
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...