Kamu tahu, kan? Aku bukanlah peramal atau bahkan pembaca pikiran. Aku juga bukan murid dari orang pintar atau pun murid limbad yang bisa membaca sebuah pemikiran orang lain. Jadi, jangan buat aku harus menerka pikiranmu, bahkan perasaanmu. Sulit. Jika aku harus membaca pikiranku sendiri saja terasa sulit, maka jangan tanyakan mengapa aku tak bisa menerka perihalmu.
Bagiku, kamu adalah seseorang yang susah dipahami. Sangat sulit dimengerti apa maumu. Sangat tidak wajar menerka-nerka tanpa tahu kebenarannya. Pikiran dan perasaanmu mungkin berbeda jalannya. Contoh saja, dengan kamu yang katanya mencintaiku, tapi kamu memilih pergi dari pada menyakiti hati ku. Kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku kedepannya kan? Kamu hanya berpikir bahwa aku bisa bahagia tanpamu, tanpa berpikir hancurnya aku saat tidak lagi berada di sampingmu. Kamu bodoh untuk mengambil tindakan.
Tentu itu hanya presepsi ku saja. Aku tidak tahu kebenarannya. Bisa saja, kamu meninggalkanku karena memang kamu tidak ingin aku berada disampingmu. Kamu tidak ingin aku mengganggumu dengan sebuah kalimat sapaan setiap pagi dan malam. Mungkin kamu tidak menginginkan hatiku. Pikirku,mungkin karena pikirmu aku tidak akan tersakiti bila kamu merespon semua yang aku lakukan padahal kamu tidak menginginkanku. Mungkin dugaanku tentang pikiran dan perasaan mu tak sejalan benar. Kamu telah menyakiti sekaligus membuatmu bodoh.
Tapi kenyataannya, aku masih saja berdiri di sampingmu walau kamu tak menginginkanku. Aku masih saja berdiri di sampingmu dengan kepura-puraanmu perihal perasaan. Kenyataannya, aku mencintaimu dengan kesakitanku.
-22 : 38
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...