Jadi, Mau Mu Apa?

144 4 0
                                    

Jadi, mau mu apa?

Ya, mungkin, karena kita sudah saling berbalas pesan selama ini, aku mengira kamu memang menginginkanku. Waktu yang terbilang cukup lama itu telah merobohkan dinding pertahananku. Awalnya aku pikir hanya sebuah percakapan tidak penting tidak akan membuat rasa ini muncul. Tapi nyatanya aku salah. Setiap hari selalu menatap layar ponsel, berharap ada pesan darimu yang masuk. Hari makin hari, responmu berbeda. Tapi, terlalu munafik jika aku mengharuskan chat terus berlanjut.

Ya, mungkin, karena di awal kamu menanyakan kabarku ketika aku tidak membalas pesanmu, aku pikir kamu memang menginginkanku. Tapi lagi-lagi aku salah. Kamu hanya berlagak menginginkanku diawal saja, tidak sampai di akhir. Padahal, aku tidak tau kapan akhirnya, tapi dengan responmu yang semakin tidak menyenangkan, aku menganggapnya ini akhir. Tidak salah kan? Rasanya aku tidak perlu memperjuangkan seseorang yang tidak memperjuangkanku juga. Karena hasilnya akan menyakiti diri sendiri. Berjuang sendiri itu sakit.

Aku boleh berhenti? Setidaknya agar kita tak saling menyakiti satu sama lain. Aku tak ingin terlanjur masuk jauh ke dalam duniamu. Karena aku tahu, kamu tidak menginginkanku. Akhir dari cerita ini adalah fana. Terlalu egois jika aku berusaha menentang perasaanmu dan takdir yang dirancang sebaik mungkin. Singkatnya, aku berhenti, tanpa mempertanyakan maumu selama ini.

- 23 : 07

Today.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang